• TIGA •

4.5K 513 23
                                    

Aku bisa melihat wajah terkejut Gempa. Ya wajar saja, mana mungkin Halilintar akan mengatakan sesuatu seperti itu padanya kan?

Mungkin saja dia berpikir bahwa Halilintar saat ini sedang tidak waras.

"Jika kau sudah paham, ayo kembali."

Aku berdiri, diikuti Gempa yang mengangguk.

"Yang mulia, ah maksud saya Halilintar, boleh saya mengatakan ini?"

Hm? Firasatku kok tidak bagus ya?

"Apa?"

"Saya... sejujurnya saya tidak menyukai anda sejak anda terpilih menjadi putra mahkota," ujar Gempa.

"Saya merasa bahwa anda adalah orang yang kurang tepat untuk posisi itu. Maafkan saya."

Ah, benar kan. Gempa pasti sangat membenciku, ah maksudnya Halilintar..

"Ahaha begitu ya.."

"Maaf karena sudah lancang, Halilintar."

"Tak apa, itu hakmu. Apa kau membenciku atau tidak, aku tidak peduli."

Saat ini, kira-kira ekspresi Gempa bagaimana ya? Aku tidak bisa melihat itu karena dia berjalan dibelakangku.

Kami keluar setelah selesai bicara, dan menemukan Gopal yang tergopoh-gopoh datang kearahku.

"Yang mul--ah tuan!"

"Ada apa?"

"It-itu.. panger-- ah maksud saya tuan Asern!"

Ahhh, apa dia mengacau lagi?

"Kenapa dengan Asern?" tanya Gempa.

Amar yang tampaknya gelisah langsung meminta agar kami berdua mengikutinya.

Aku sungguh berharap dia tidak membuat kekacauan disini.

•~•~•~•~•~•

Tidak, sepertinya doaku tidak terkabul.

"Apa-apaan ini?" tanyaku ketika melihat Blaze sedang berkelahi dengan seseorang yang lebih kecil darinya.

"Perempuan ini! Beraninya dia memanggilku bodoh!"

"Anda memang bodoh! Apa anda mau membakar tempat ini?!"

Apa!? Membakar?

"Apa yang kau lakukan, Blaze?" tanya Gempa bingung.

"Aku hanya ingin membantu mereka kok! Katanya mereka kalau malam merasa takut dengan gelap, jadi aku membuatkan lilin api dari kekuatanku."

"Tapi... sepertinya kebesaran deh.."

Aku menatapnya cengo. Maksudnya dia mau membuat obor?

"Memang sebesar apa?" tanyaku bingung.

"Tuan bisa melihatnya sendiri diluar!"

Aku langsung berlari keluar bersama Gempa dan menganga melihat betapa besarnya api yang ada. Beruntungnya dibelakang panti asuhan ini adalah sebuah lapangan luas. Bayangkan saja, api itu sangat besar! Sangat sangat besar hingga seolah-olah api itu akan menghancurkan tempat ini dalam sekali serang.

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang