• TIGA PULUH TUJUH •

1.9K 301 92
                                    

Sudah 10 hari berlalu, debutante hanya tinggal kurang dari 2 Minggu lagi. Semua orang di istana mulai sibuk. Meski Halilintar sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang terus menumpuk, ia juga masih menyempatkan diri untuk berlatih bersama Solar, Luke, Yaya dan Yvone.

Dan Halilintar juga sesekali berlatih bersama Thorn dan Blaze di taman Istana Ruby Diamond. Sebelumnya Blaze merengek ingin berlatih bersama Thorn, walau pada akhirnya Thorn beberapa kali menangis karena Blaze tak sengaja membakar bunga di taman.

Sementara Halilintar sibuk, para Pangeran lainnya juga ikut sibuk mempersiapkan debutante mereka. Memilih pakaian, aksesoris, sepatu, mahkota dan lainnya.

Terkadang Taufan ataupun Blaze akan menyeret Halilintar untuk ikut bersama mereka, karena Halilintar yang terlalu sibuk seringkali melewatkan jadwal bersama mereka.

Seperti hari ini misalnya. Pagi-pagi sekali disaat para Pangeran lain belum bangun, Taufan, Blaze dan Thorn sudah menggedor pintu kamar Halilintar. Berniat membangunkan si kembaran sulung untuk segera bersiap memulai jadwal mereka.

Para Ksatria mereka hanya bisa memasang wajah pusing karena sedari tadi ketiga Pangeran itu mengetuk pintu dengan cara yang bringas.

"KAK ARTER! BANGUNNNNN!!!!"

"KAKAK PERTAMAAAA!! TOK TOK TOK!"

Blaze dan Taufan berteriak dengan penuh semangat, sementara Thorn disebelahnya tersenyum dengan sebuah pot mawar biru ditangannya.

"Bagaimana jika kita hancurkan saja pintunya? Kakak tidak menjawab dan pintu ini ada sihir Kak Arter," ucap Thorn, menyentuh barier tipis berwarna merah didepannya.

"Pangeran Arlen, tolong jangan lakukan hal aneh lagi," kata Sai Browkel yang pusing dengan tingkah tuannya itu.

Thorn hanya terkekeh saja sedangkan Taufan dan Blaze sudah menyeringai.

"Ide bagus, Arlen. Ayo Asern!"

"Pangeran Axer, tolong bersikap sopan," kesal Fang Ivor, Ksatria dari Taufan yang juga ikut pusing dengan tuannya.

Sementara Stanley Lorn hanya bisa berharap tuannya, Blaze, tidak bertingkah gila lagi.

"Jadi bersiap okey," Blaze mulai menghitung.

"Satu..." Blaze menyiapkan sihirnya.

"Dua..." Taufan juga mengeluarkan kekuatannya dengan seringai.

Sebelum angka ketiga mereka ucapkan, pintu terbuka dengan sendirinya. Membuat kedua orang yang sudah siap untuk melempar sihir itu kecewa.

"Kang! Kaing kaing kaing!!!" (Kalian! Kalian ngapain sih ganggu kami pagi-pagi!)

Al muncul dari dalam kamar sambil mengoceh. Taufan dan Blaze langsung merengut begitu yang muncul adalah Al.

"Halo Al, selamat pagi," sapa Thorn penuh senyum.

Al menghela napasnya mendengar sapaan Thorn.

"Kaing.." (Pagi juga Thorn..)

"Hehehe, kau menjawab sapaanku ya?" Thorn masuk sembari mengelus Al.

"Al, kakak pertama masih tidur?" tanya Taufan.

Al mengangguk sembari menunjuk  kearah tempat tidur Halilintar dengan sayapnya.

"Hehehe..." Taufan menyeringai melihat Halilintar yang masih tertidur dengan pulasnya tanpa menyadari kedatangan mereka.

"Pangeran Asern, sepertinya Putra Mahkota sangat kelelahan, apa tidak sebaiknya kita keluar saja?" tanya Stanley Lorn dengan raut ragu.

"Tenanglah, Stanley. Kakak tidak akan marah kok," balas Blaze sambil menyeringai nakal.

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang