• LIMA •

4.9K 494 65
                                    

"Arven, kau pikir apa yang kau lakukan?"

Halilintar mengangkat pedangnya dan mengarahkannya ke leher Solar.

Manik rubi merah itu menatap tajam Solar yang jatuh dengan posisi terduduk.

"Aku hanya ingin bermain dengan kakak!"

Sring!

"Bermain? Apa dengan menganggu waktu latihanku?" tanya Halilintar tajam.

Ujung pedang halilintar itu mengarah tepat didepan mata Solar. Membuatnya sedikit takut.

"Hiks! Kakak jahat! Aku kan hanya ingin main pedang dengan kakak!"

"Berhenti menangis seperti anak kecil."

Solar menatap Halilintar tak percaya. Ia mengusap airmatanya yang terus mengalir.

"Pulanglah ke istana."

Halilintar menarik pedangnya kembali dan berjalan meninggalkan Solar yang menangis.

Halilintar hanya bisa menulikan telinganya mendengar tangisan Solar yang justru bertambah keras.

"Kak Hali! Kenapa kakak melukai Solar!?"

Blaze muncul dan langsung memeluk Solar yang menangis.

"Apa ini!? Kakak! Kau melukai Solar!?"

"Hiks, tidak, kakak tidak hiks.."

"Halilintar!"

"Pangeran Asern."

"Hah?"

"Bawa pangeran Arven dan obati lukanya. Jangan datang ke tempat yang berbahaya."

"Tunggu! Halilintar! Apa maksudmu!?"

"Asern, kalian harus ingat, ini bukanlah tempat latihan kalian. Jangan datang kesini jika kalian tidak ingin mati."

Blaze menatap tak suka Halilintar.

"Hah! Kau berubah! Apa karena kau adalah salah satu pangeran terpilih!? Kau jadi sombong! Gempa jauh lebih baik darimu!"

Halilintar diam. Ia tetap berjalan tanpa menoleh kebelakang. Mengabaikan segala umpatan dan juga teriakan yang pangeran keempat lontarkan.

"Halilintar!"

"Pangeran Arter."

"Apa?"

"Berhenti memanggilku Halilintar. Kau harus tau tata krama Asern."

Halilintar menatap dingin Blaze.

Blaze menggeram marah lalu berteriak kencang.

"Baik! Kalau memang itu maumu! Mulai saat ini, aku tidak akan menganggapmu sebagai kakakku! Aku bersumpah untuk itu!"

"Itu lebih baik."

~•~•~•~•~

"Putra mahkota! Ini gawat! Pangeran Arven dan pangeran Arlen berkelahi hingga membuat istana mengalami kerusakan!"

"Apa!?"

Aku dan Gopal langsung berlari kembali kedalam istana. Dan benar saja, sebagian tempat di istana Rain Crystal sudah penuh dengan api dan akar -akar berduri yang besar.

"Apa ini?!"

Aku menoleh ke Gopal yang terkejut.

"Gopal, apa mereka benar-benar jarang bertengkar?"

"Yang mulia!? Anda serius bertanya seperti itu dikeadaan ini?!" Gopal menjawab dengan raut panik.

"Rasanya sulit dipercaya saja." Aku berujar takjub.

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang