• TIGA PULUH LIMA •

2.2K 299 53
                                    

Baik Halilintar maupun Leiron Argan kini saling berhadapan dengan aura membunuh disekitar mereka.

"Hah! Sombong sekali kau, Arter," sinis Leiron Argan.

Halilintar tertawa lagi mendengar perkataan Leiron Argan. Ia melipat tangannya didada dan menatap Leiron dengan pandangan mencemooh.

Halilintar mendekat pada Leiron Argan dan menepuk bahunya beberapa kali.

"Hei Paman, jangan terlalu percaya diri. Kali ini, aku sudah siap untuk melindungi keluargaku dari kejahatanmu."

Halilintar berujar dingin kemudian pergi meninggalkan Leiron Argan yang terdiam ditempat dengan wajah menahan marah.

Leiron Argan menggeram, ia mengepalkan tangannya kuat dan berbalik menatap Halilintar yang pergi meninggalkannya.

"HALILINTAR ZYN ARTER GLACIUS!"

Teriakan penuh amarah itu menghentikan langkah Halilintar. Ia diam, mencoba mendengarkan hal apa lagi yang hendak Leiron Argan katakan.

"Jangan pikir kau bisa mengalahkanku hanya karena kau seorang pewaris seluruh Elemental! Akulah yang akan menjadi Kaisar selanjutnya! Lihatlah nanti! Kau akan hancur setelah aku menggerakkan pion milikku!"

Pion? batin Halilintar curiga.

"Kau? Menjadi pemilik Kekaisaran ini?"

Nada penuh ejekan itu Halilintar arahkan pada Leiron Argan yang menatapnya dengan marah.

"Itu hanya dimimpimu, Paman," lanjut Halilintar dingin.

"Kau! Dasar bocah sialan! Lihatlah nanti bagaimana aku menghancurkan kesombonganmu itu!" teriak Leiron Argan.

"Hahaha. Kita lihat saja nanti."

Halilintar menoleh sesaat sembari menatap dingin Leiron Argan.

Brakkkk!

Pintu tertutup dengan kasar, meninggalkan Leiron Argan seorang diri di ruangan itu. Pria itu mengepalkan tangannya penuh amarah hingga kuku-kuku miliknya menusuk kulitnya hingga berdarah.

Pria itu berjalan keluar dari ruangan itu dengan amarah yang tertahan.

Ia menggertakan giginya, menahan benci yang teramat besar pada Halilintar yang sudah meremehkannya.

Beraninya anak yang tidak bisa melakukan apa-apa itu meremehkannya dan berkata seolah-olah ia jauh lebih kuat. Leiron tersenyum jahat, ia jauh lebih hebat karena mempunyai pion yang sudah ia letakkan di istana. Hanya tinggal menunggu pion itu digerakkan dan Halilintar juga Amato akan hancur karena perbuatan mereka sendiri.

Meski ia merasa tidak nyaman menjadikan seseorang ini sebagai pionnya, namun ia juga tidak bisa melakukan apapun.

"Lihatlah nanti, Amato, Arter. Aku akan menghancurkan kalian dan mengambil alih semua milik kalian!"

-------

"Kak Arter!"

Halilintar menoleh, mendapati Thorn berlari dengan wajah riang ke arahnya.

"Kakak sedang apa di danau?" tanya Thorn.

Halilintar tersenyum sembari mengelus rambut hitam Thorn.

"Hanya mencari angin. Bagaimana keadaanmu, Arlen?"

"Aku baik-baik saja! Bagaimana dengan kakak?"

Thorn melirik tubuh Halilintar dan kemudian senyumnya luntur begitu melihat lengan kiri kakaknya masih dibalut perban. Ia yakin kalau perut kakaknya juga pasti masih belum sembuh.

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang