• DUA PULUH LIMA •

3.2K 348 46
                                    

"kenapa kau tiba-tiba mengelus kepalanya Arzen tadi?"

Kali ini Blaze bertanya.

"Kenapa? Mau juga?" Aku hendak mengelus kepalanya namun ia menahan tanganku dan dengan segera memegangnya erat untuk memutar tubuhku. Lagi.

Apa aku hanya berhasil pada Taufan saja? Mengapa aku diputar lagi seperti ini?

"Aku penasaran."

"Kenapa?" tanyaku.

"Kenapa kau ingin membeli tambang milik Marquis Ferone?" tanya Blaze.

"Hemm, itu rahasia."

"Apa? Tidak bisakah kau memberitahuku?"

Aku menggeleng. "Tidak. Sampai aku mendapatkan tambang itu, aku tidak akan memberitahu kalian tujuanku."

"Dasar menyebalkan."

"Akan kuberi kaca untukmu, Asern, kau harus berkaca sendiri," kataku.

"Hei!"

Lalu setelah giliran Blaze, aku beralih pada Ice yang malah berdansa dengan diam.

"Hei, kau tidak ingin bicara?"

"Mau bicara apa?" Ia malah balik bertanya padaku.

"Entah. Apa yang ada dipikiranmu?"

Ia menatapku dengan manik biru aquamarine yang bagiku terlihat cantik dan tenang.

"Kau begitu buruk dalam berdansa. Apa kau sadar kau sudah 3 kali menginjak kakiku?" ujarnya dengan nada datar.

💢💢💢

Aku yang kesal langsung saja menarik tangannya dan hendak menginjak kembali kakinya. Namun Ice justru mengelak yang membuat tubuhku malah limbung.

Untung dia menahanku. TAPI TIDAK DENGAN POSISINYA!!

Tangan kanannya menahan pinggangku dengan tangan kirinya yang tetap memegang tangan kananku, menyeimbangkan tubuh agar kami tidak terjatuh.

ARGH!! AKU BENAR-BENAR BENCI DANSA!

"Apa kau gila! Kenapa menahanku seperti itu!" aku berbisik dengan tatapan ingin menendangnya.

Ia hanya menatapku dengan tatapan bingung.

"Kau sendiri yang tiba-tiba menarikku."

"Grrr💢💢"

Tahan tahan, tidak boleh. Aku tidak boleh menendangnya😠

Memang ya, yang pendiam itu rata-rata bakalan nggak terduga tindakannya.

Setelah puas menatapnya dengan tatapan membunuh, giliran Thorn dan aku.

Begitu aku beralih padanya, ia sudah memancarkan aura kebahagiaan yang membuatku langsung meleleh.

"Kakak! Kau sungguh keren saat bersama Azer barusan!"

Thorn, tolong hapus itu dari ingatanmu okay.

"Apa kakak sibuk setelah pesta?"

"Entahlah. Ada apa?"

Aku melihatnya sedikit gugup. Dia menggemaskan (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

"Arlen, apa kau butuh sesuatu?" tanyaku.

"Bu-bukan begitu.. aku pikir aku ingin meminta tolong pada kakak."

"Katakan saja."

"Bisakah kakak menemaniku untuk pergi ke pusat kota nanti?"

Apa dia ingin mencari sesuatu?

"Bukan masalah. Hanya kita berdua?"

Thorn menggeleng. "Bersama Asern juga."

The Crown Prince's and His BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang