• EMPAT PULUH EMPAT •

1.5K 308 72
                                    

"Bagaimana jika... Ayah tetap tidak selamat?" Ice berujar dengan suara bergetar.

Para Pangeran itu terdiam. Taufan maju mendekati Ice dan menyentuh pundaknya.

"Azer, tenanglah. Kita pasti bisa menyelamatkan Ayahanda. Kita punya Arter bukan? Kita bisa mempercayainya," ucap Taufan lembut.

Ice melihat tatapan lembut Taufan itu dengan pandangan tak percaya.

"Axer, kau melakukan apa lagi padanya?"

"Oh? Aku hanya menyiksanya sedikit kok, dia tidak mati. Jadi tenang saja, Azer."

"Axer, lepaskan ikatan di lehernya. Dia bisa mati."

"Kenapa sih Azer? Biarin aja dia mati."

Ice menggelengkan kepalanya kuat. Tangannya gemetar hebat.

"Azer..??" Thorn terlihat kebingungan.

"Kalian dan aku sama saja.."

"Huh???"

"Sama saja.. tak ada yang percaya dengannya."

Mereka semua menatap bingung Ice.

"Kau ini kenapa, Azer?" tanya Gempa.  Ia menatap heran Ice.

Ice memperhatikan Solar yang juga memandangnya bingung.

"Arven, apa kau yakin Spirit Arter bisa melihat masa depan?" Ice mencoba memastikan ingatannya ini.

Solar mengangguk. "Iya benar. Dan apa yang diperlihatkan kurang lebih sama dengan yang terjadi sekarang. Asern juga liat kok."

"Iya benar. Aku diperlihatkan juga sama Kak Arter." Blaze juga mengangguk menanggapi perkataan Solar.

"Apa dalam penglihatan itu Ayah mati?"

Solar mengangguk dengan sedih.

Ice mencoba menenangkan dirinya. Itu artinya, apa hanya dia yang menyadarinya? Hanya dia yang mengingatnya? Bukankah Solar selama ini bersama Halilintar? Apa dia tidak memiliki ingatan tentang sebelumnya?

"Arven, apa kau diperintahkan Arter untuk mengawasi Arlen?"

"Eh? Kok kau tau Azer?" Solar terlihat bingung.

"Bisakah kau beritahu aku apa yang diperintahkan Arter?"

Ice menatap serius Solar. Manik aquamarine itu terlihat bersinar.

"Aku harus membuat perisai bersama Nona Douter. Lalu jika itu berhasil, aku harus membawa Arlen agar bersama Ayah sehingga mereka aman. Tapi kau tau sendiri Ayah malah mengabaikan itu dan pergi menuju Arter."

"Perisai? Perisai Cahaya?"

"Iya, kok kau tau?"

Tidak salah lagi. Halilintar benar-benar mengulang kembali kehidupannya. Tapi kenapa? Kenapa dia kembali? Apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya gagal?

"Azer??" Solar terlihat bingung dengan tingkah Ice.

"Arlen," Ice mengabaikan Solar dan beralih pada Thorn.

"Jangan gunakan kekuatanmu untuk sementara. Kemampuan healer milikmu, kau harus fokus meningkatkan itu sekarang. Tunggu aba-aba dari Arter dan aku untuk kau gunakan kekuatanmu itu."

"Apa? Tiba-tiba apa yang kau katakan Azer?" Solar menatap penuh kekesalan Ice.

"Kenapa aku tidak boleh menggunakannya?" bingung Thorn, ia juga terlihat kesal sama seperti Solar.

"Arlen pikiranmu itu bisa dibilang mudah dikendalikan, kita tidak tau apa yang akan terjadi nanti," jelas Ice serius.

Taufan, Gempa dan Blaze nampak bingung. Mereka melirik Solar yang mengepalkan tangannya penuh kekesalan.

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang