• TIGA PULUH ENAM •

2.1K 299 35
                                    

Malam mulai menjelang, para Pangeran sudah kembali ke kamar mereka masing-masing, kecuali Thorn yang masih di ruang kerjaku bersama dengan Sai Browkel disisinya.

"Kak, aku akan menunggumu bercerita disini yaa~"

"Aku harus menyelesaikan ini dulu. Bisakah kau tunggu aku sebentar?"

Thorn mengangguk. Ia kembali sibuk dengan toples biskuit ditangannya.

Aku menoleh pada Al yang ikut menatapku. "Al, pergilah temui Arven dan bantu dia. Aku yang akan mengurus Arlen."

'Kau.. benar-benar yakin itu tidak masalah? Maksudku.. aku masih tidak yakin dengan surat dari Tok Aba itu.'

'Tak apa-apa, Al. Setidaknya kita sudah berusaha bukan?'

'Lalu apa kau ingin menjelaskan tentang Leiron Argan juga?'

'Menurutmu bagaimana? Haruskah ku ceritakan?'

Al terlihat berpikir juga. Haruskah kami memberitahu Thorn tentang ini? Bagaimana jika ia tidak percaya?

'Kupikir.. kita harus memberitahu Arlen. Karena bagaimanapun dialah orang yang paling dirugikan saat debutante ini.'

Perkataan Al benar. Aku ingin mengatakannya, tapi seperti yang aku pikirkan sebelumnya, aku takut itu akan membuat masalah.

"Kaingg!!"

Setelah itu, Al terbang keluar dari ruang kerjaku untuk menemui Solar. Hanya tersisa aku yang masih sibuk mengurus dokumen bersama Gopal dan Thorn yang asyik makan dan mengobrol dengan Sai Browkel.

Diam-diam aku melirik Thorn yang masih mengoceh dengan senyuman lebarnya. Disebelahnya Sai Browkel tersenyum sambil sesekali ikut menanggapi ucapan tuan barunya itu. Senang rasanya melihat senyuman di wajah Thorn.

"AKU PERCAYA! AKU SELALU PERCAYA PADAMU ARTER!" Thorn berteriak dengan penuh emosi. Airmata mengalir membasahi pipinya. "Tak pernah sekalipun aku membencimu atau tak percaya padamu..."

Kata-kata Thorn tadi pagi terngiang-ngiang dipikiranku. Benarkah ia tidak membenciku? Tapi, kenapa ia menyakiti Halilintar di novel? Ah, apa karena Halilintar tak sengaja melukainya ketika tuduhan pembunuhan itu terjadi?

Tapi, Ratu Althea tidak berharap Thorn mengetahui ini. Benar kata Ratu Althea, Thorn mungkin akan menangis jika aku mengatakannya. Aku juga teringat pada ucapan Kaisar Azarn yang mengatakan bahwa aku harus menggunakan kristal Gavio disaat yang tepat. Mungkin maksudnya itu disaat ledakan kekuatan itu terjadi?

Dan pion apa yang dimaksud Count Argan? Mungkinkah ada mata-mata di istana ini? Atau mungkin.. pion yang dimaksud Count Argan adalah para Pangeran?

Jika itu benar para Pangeran, siapa yang menjadi pionnya? Ada 3 orang yang berada di benakku saat ini.

Gempa, Blaze, dan juga Ice.

Meski aku tidak terlalu yakin mengenai Blaze, namun kecurigaanku pada Gempa dan Ice juga cukup besar. Jika aku mengingatnya kembali, Gempa adalah salah satu orang yang menjadi Kaisar di novel atau menurut ingatan Al. Dan Ice.. aku tidak tau harus berpikir seperti apa mengenainya. Dia terlalu misterius.

Sial, kepalaku pusing.

"Yang Mulia?"

"Oh.." aku tersentak ketika Gopal menyentuh bahuku.

"Kakak? Kak Arter lapar? Mau makan biskuit denganku?"

Aku tersenyum tipis mendengar suara khawatir Thorn.

"Boleh, kau mau berbagi denganku?"

Thorn dengan cepat berdiri dan menyuapkan sepotong biskuit padaku. Aku menerimanya sembari berterima kasih.

The Crown Prince's and His BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang