• TUJUH •

4.3K 419 49
                                    

Halilintar menatap Sai serius.

"Apa maksudmu? Kau tau itu adalah hal yang tidak mungkin."

Penyihir gelap. Sosok dengan kekuatan magis dan spirit kegelapan yang dapat mengontrol para monster. Penyihir gelap sudah lama tidak terlihat dikekaisaran ini.

Namun bukan pula berarti bahwa mereka sudah tiada. Tapi, melihat segel yang mengalami masalah saat ini, tidak heran jika para penyihir gelap mulai menunjukkan diri mereka.

"Apa buktinya sir Browkel?" tanya Gempa.

Hannah kemudian mengeluarkan kristal berwarna hijau gemerlap.

"Ini adalah kristal Zygard yang bisa merekam segala hal yang terjadi di suatu wilayah."

Kristal itu kemudian mengeluarkan cahaya dan mengeluarkan sebuah gambar seseorang dengan tudung berwarna hitam. Wajah orang itu tertutup sehingga mereka tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tapi Halilintar bisa melihat adanya aliran mana gelap disekitar orang itu. Mungkin itu benar, bahwa sosok bertudung hitam itu adalah penyihir gelap.

"Ini adalah bukti yang kami dapatkan dari salah satu ksatria penjaga Serlon beberapa hari sebelum kami mengirim pasukan."

"Sesaat setelah kristal ini sampai, kami mendapat pesan dari ksatria penjaga Serlon yang meminta tambahan pasukan untuk membantu."

"Kita tidak bisa asal tunjuk, apa dia benar-benar penyihir gelap atau bukan." Taufan bersuara.

"Benar, sesuai kata kalian tadi, itu masih berupa rumor yang beredar. Tapi tetap berjaga-jaga untuk saat ini," ungkap Halilintar, akan lebih baik jika ia menyembunyikan kecurigaannya itu dulu.

"Baik kapten!"

Halilintar nampak berpikir keras sebelum menatap Taufan dan Solar.

"Taufan, Solar, aku serahkan pada kalian tentang baron Zewid. Tangkap dan bawa dia ke penjara."

"Baik!"

"Ice, Thorn, kalian ikut dengan sir Browkel untuk membantu mengungsikan sementara para penduduk yang tinggal berdekatan dengan perbatasan tempat segel dan hilir sungai berada," perintah Halilintar.

"Gopal, kau ikutlah dengan Taufan dan Solar. Dan sir Browkel bantulah Ice dan Thorn. Aku akan pergi dengan pasukan Thunderbird dan dame Holfer."

"Laksanakan perintah anda, kapten."

"Lalu, Gempa dan Blaze kalian ikut denganku memperbaiki segel perbatasan."

"Untuk saat ini itu perintahku. Seperti biasa, jangan ada yang mati. Kita tidak butuh mayat untuk dibawa pulang."

"Karena aku tidak membutuhkan orang yang mudah mati," lanjut Halilintar dingin.

Semuanya mengangguk paham kecuali para pangeran yang melihat Halilintar dengan tatapan horor.

Dia tidak berubah sama sekali!! pikir para pangeran seram.

"Anu.. kakak.."

"Apa?"

"Apa kami boleh menggunakan kekuatan kami?" tanya Thorn yang sedari tadi hanya diam.

"Gunakan jika perlu. Jangan sampai terluka."

"Kalau kami terluka lalu mati bagaimana?" tanya Blaze.

Tingg!

Pisau steak yang sedari tadi dimainkan Halilintar terjatuh, menimbulkan suara bising pelan.

Untuk beberapa saat tidak ada jawaban. Baik para pangeran maupun Gopal dan ketua pasukan juga melihat Halilintar dengan tatapan bingung.

"Kapten?"

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang