"Jin hyung!!!" serunya.
Suara Jimin mengalihkan fokus Jungkook. Ia ke luar dan menemuinya, "Ada apa hyung?" tanyanya.
Jimin menitikkan air matanya, "Jin hyung..."
"Jin hyung kenapa?!" tanya Jungkook semakin cemas.
"Jin hyung hilang..." tangis Jimin.
"Jin hyung hilang?!" Jungkook meninggikan suaranya.
Jimin mengangguk, dan air matanya masih saja mengalir. Mereka berdua memutuskan untuk mencari kakaknya.
Jimin mengunci pintu lebih dulu. Sanking paniknya, mereka lupa membawa ponsel.
Jimin dan Jungkook berpencar. Mereka mencari di sekitar komplek. Seruan suara mereka terdengar oleh tetangga sekitarnya. Ada beberapa yang juga membantu untuk mencari keberadaan Seokjin.
Seokjin sendiri yang berjalan cukup jauh. Ia menghentikan langkahnya di depan sebuah taman yang terdapat beberapa pengunjung yang menemani anak-anak mereka untuk bermain.
Seokjin mengamati anak-anak itu. Kepalanya kembali nyeri. Sekelebat ingatan itu bermain-main dipikirannya. Ia memegang kepalanya, bahkan Seokjin merasakan linu di seluruh tubuhnya dan membuatnya lemas.
Peluh keringat dingin membanjiri tubuhnya. Napasnya juga tampak tersengal-sengal, dan ia juga mengalami mimisan.
"Jin hyung?" suara khas itu berasal dari salah satu adiknya yang tidak sengaja melihatnya berada di taman tersebut.
Seokjin tidak menyahut. Nyeri itu semakin menyakitkan, hingga ia rebah - namun sang adik berhasil menopangnya.
Pemuda tinggi dan tampan itu adalah Namjoon yang baru saja pulang dari tempatnya bekerja.
Namjoon dengan sigap menggendong kakaknya ke dalam mobil. Panik - cemas; itu yang dirasakannya.
Namjoon menginjak gas dan melaju menuju rumahnya. Untungnya saja ia juga yang lain memiliki kunci cadangan masing-masing, hingga dirinya bisa membuka pintu rumah dengan mudah.
Namjoon terlihat sangat marah. Pasalnya ia tidak menemukan kedua adiknya yang bertugas untuk menjaga kakak mereka hari ini. Rumah juga dalam kondisi terkunci tadi.
Namjoon segera merebahkan kakaknya di kasur. Ia juga segera menghubungi Kyuhyun untuk memeriksa kondisinya.
Namjoon mengambil handuk kecil di kamar mandi Seokjin yang telah ia beri air. Kemudian ia bergegas duduk di tepi ranjang dan menyeka noda darah di hidung sang kakak.
Namjoon menemukan memar di bagian tengkuk leher sang kakak. Ia juga membuka sedikit pakaian kakaknya. Air matanya jatuh ketika dirinya mendapati banyak sekali memar di tubuh kakaknya. Ia takut jika penyakit Seokjin semakin parah.
Namjoon menyelimuti kakaknya. Lalu ia beranjak dan menutup pintu kamar, sewaktu ia mendengar suara derap langkah kaki yang menuju kamar Seokjin.
"Hyung... Jin hyung..." ucap Jimin terbata-bata dan napasnya ngos-ngosan.
Plak!
Namjoon menamparnya begitu saja. Kedua tangannya terkepal kuat. Sorot mata tajamnya menatap kedua adiknya.
"Hyung! Jangan menampar Jimin hyung!!" marah Jungkook.
"Kenapa?! Kalian berdua ke mana saja?!! Apa kalian sengaja membiarkan Jin hyung ke luar dari rumah!!!" ia meninggikan suaranya.
"Hyung harus mendengar penjelasan kami dulu." itu kata Jungkook.
"Penjelasan!! Penjelasan apa lagi?! Kalian tahu Jin hyung di luar sana kesakitan!! Dan saat aku pulang membawanya!! Kalian tidak ada di rumah!! Kalian berdua lalai menjaganya!!" marah Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Brotherhood" Seokjin & BTS
Fanfiction"Jimin~ah!" "Apaan sih hyung? Aku lagi di toilet!" "Ish! Tidak jadi" "Kookie~ah!" "Ada apa lagi hyung?" "Ambilin handuk di kamarku" perintahnya. "Hyung kan punya kaki. Ambil sendiri gih" "Kau tahu. Kaki ku itu lelahhhhh sekali. Sebagai adik yang...