Ada rasa bersalah, setelah ia memarahi sang kakak.
Sebenarnya ia tidak ingin bersikap demikian. Hanya saja, apa yang dikatakan oleh pria yang di temuinya di Apotek, kembali memenuhi pikirannya. Hingga membuat amarahnya tidak terkendali.
"Jadi Jin hyung hanya berpura-pura saja?!"
"Iya. Seokjin melakukannya hanya karena ia sering kesepian, dan ingin kalian memperhatikannya."
"Huwah!!! Jadi dia membohongi kami!!"
"Ahjussi mohon, jangan marah padanya."
"Apa hanya itu alasannya?!"
Pria itu diam dan menatapnya ragu, "Atau masih ada kebohongan lainnya!" tanyanya.
Namjoon mendesah kasar, "Sepertinya dia banyak sekali menyimpan kebohongan!" celetuknya nyelekit.
Namjoon menyeka air matanya kasar. Satu hal yang paling ia benci sejak dulu, yaitu... Kebohongan. Meskipun saudaranya sendiri yang berbohong.
-
-
-Seokjin duduk termenung di kamarnya. Setelah Namjoon memarahinya, ia memilih untuk menyendiri di kamarnya.
"Kenapa Namjoon begitu marah padaku?"
Seokjin melipat kedua lututnya di atas kasur, dan memeluknya.
Jujur saja... Saat ini hatinya terluka akan ucapan Namjoon padanya. Ia beberapa kali terlihat menghela napas.
Seokjin mengalihkan pandangannya ke arah lemari pakaiannya. Ia beranjak, dan berjalan menuju lemari.
Ia mengambil sesuatu di lipatan paling bawah pakaiannya. Tatapan sendunya tertuju pada sebuah amplop berisi tentang hasil kesehatannya.
"Kau harus segera memberikan keputusan, Jin."
"Saya belum bisa, Dok. Masih banyak yang harus saya lakukan."
"Saya mengerti. Tapi..." Seokjin memutus begitu saja kalimat sang Dokter, "Tolong bantu saya untuk merahasiakan hal ini dari adik-adik saya." pintanya.
Dokter itu tampak diam, dan menatapnya lekat, "Baiklah." jawabnya terpaksa.
Seokjin meletakkan kembali amplop tersebut ke bagian paling bawah dan agak lebih dalam, agar tidak ada yang mengetahuinya.
Seokjin berbalik, dan kembali ke kasurnya. Ia terlihat bergelut dengan pikirannya, dan memikirkan semua yang terjadi pada dirinya.
"Jinnie~ah..." mendengar namanya di panggil, Seokjin buru-buru tidur dan menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.
Ia pura-pura tidur. Ia tahu, jika salah satu adiknya sedang duduk di tepi kasurnya, "Kau sudah tidur rupanya." ucapnya seraya mengelus kepalanya.
"Apa kau terluka dengan ucapan Namjoon hyung?"
"Aku juga tidak mengerti, kenapa Namjoon hyung tiba-tiba berubah, dan sangat ketus padamu."
"Aku ingin bertanya... Namun aku yakin jika Namjoon hyung tidak mau cerita."
"Jin hyung..."
"Apa Namjoon hyung sedang ada masalah?" ucapnya lagi.
Pemuda tampan yang tak lain adalah Jimin, ia bicara seorang diri. Ia pikir Seokjin sudah terlelap, namun sebenarnya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Brotherhood" Seokjin & BTS
Fanfiction"Jimin~ah!" "Apaan sih hyung? Aku lagi di toilet!" "Ish! Tidak jadi" "Kookie~ah!" "Ada apa lagi hyung?" "Ambilin handuk di kamarku" perintahnya. "Hyung kan punya kaki. Ambil sendiri gih" "Kau tahu. Kaki ku itu lelahhhhh sekali. Sebagai adik yang...