"Penyakit itu kambuh lagi?" tanya Namjoon curiga.
"Benar," jawab Yoongi.
"Dan... " Yoongi menatap mata adiknya lekat dan menggenggam tangan kiri adiknya, "Jin hyung..." ucapnya dengan suara yang mulai bergetar.
"Jin hyung kenapa?!! Jangan berbelit-belit hyung!!" marahnya.
"Dokter Kyuhyun mengatakan... Jika Jin hyung tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi..." jawabnya terpaksa jujur mengenai kondisi Seokjin padanya. Air matanya jatuh setelah berkata jujur.
"Bohong!!! Kau pasti bohong!!! Dokter mengatakan pada kita bahwa Jin hyung sudah sembuh!!! Kenapa kau mengarang kebohongan ini hyung!!!" Namjoon meninggikan suaranya.
"Untuk apa aku berbohong padamu!!!"
Namjoon terdiam. Kedua matanya mulai terasa panas, kemudian buliran bening itu jatuh membasahi pipinya.
"Maafkan hyung, Joon..." pintanya. Namun Namjoon tidak menjawab.
"Bantu aku berbohong di depan yang lain," pintanya.
"Kau tahu!! Aku paling benci di bohongi!!!" ucapnya penuh kemarahan, lalu ia ke luar begitu saja meninggalkan Yoongi yang menangis di dalam mobil.
-
-
-Di kamar, Seokjin terbangun dari mimpi buruknya. Ia duduk sambil mengatur napas. Keningnya berkeringat, tangannya tampak gemetar.
"Jin...ayo ikut kami..."
"Appa..."
"Kami berdua menunggumu Jin," ucap seorang pria tampan bertubuh tegap dan tersenyum lebar padanya. Di sisi kanan pria tersebut terlihat seorang wanita yang berparas cantik dengan rambut yang tergerai dan tertiup angin.
"Jin hyung..." terdengar suara adik-adiknya yang memanggilnya dari kejauhan.
Seokjin yang berdiri di antara mereka tampak kebingungan, karena mereka adalah orang-orang yang paling ia sayangi, namun orang tua juga adiknya berada di alam yang berbeda.
"Kami akan segera menjemputmu, Jin." itu adalah kalimat terakhir yang di dengar Seokjin dari ibunya sebelum ia terbangun dari mimpinya.
Seokjin menundukkan wajahnya. Bulir demi bulir air matanya jatuh dan mengenai kedua tangannya.
Ia meraih ponsel yang terletak di meja nakasnya. Ada sebuah pesan yang berasal dari Kyuhyun, namun ia tidak ingin membalasnya.
Seokjin membuka aplikasi rekam suara. Ia merekam beberapa pesan untuk adik-adiknya. Meskipun nantinya ia sudah tiada, namun setidaknya mereka masih bisa mendengar suaranya melalui ringtone yang akan ia kirim melalui ponsel adiknya.
Seokjin tersenyum lebar, dan baru saja ia ingin ke luar kamar, namun Jimin dan Taehyung datang menemuinya.
"Ada apa?" tanyanya bingung saat melihat Taehyung membawa slayer di tangan kanannya.
Taehyung mendekatinya, lalu ia mulai menutup kedua mata sang kakak, "Tae, apa yang kau lakukan padaku?" tanyanya lagi.
"Ada deh..." jawabnya.
"Rahasia dong," celetuk Jimin padanya. Mereka berdua terkekeh sewaktu Seokjin mengerucutkan bibir pucatnya.
Mereka menggandeng tangan Seokjin, lalu menuntunnya ke luar kamar menuju ruang tengah, di mana semua sudah berkumpul terkecuali Namjoon yang entah pergi ke mana saat ini.
"Ayolah... Kalian merahasiakan apa dariku?" protes Seokjin. Kini dirinya juga kedua adiknya sudah tiba di ruang tengah.
"Surpriseeeee!" seru mereka setelah Taehyung membuka ikatan slayer yang menutup mata Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Brotherhood" Seokjin & BTS
Fanfiction"Jimin~ah!" "Apaan sih hyung? Aku lagi di toilet!" "Ish! Tidak jadi" "Kookie~ah!" "Ada apa lagi hyung?" "Ambilin handuk di kamarku" perintahnya. "Hyung kan punya kaki. Ambil sendiri gih" "Kau tahu. Kaki ku itu lelahhhhh sekali. Sebagai adik yang...