"Jin hyung...sudah melupakanku..." gumam Hoseok.
"Jin hyung tidak akan pernah melupakan kita. Karena kita adalah adiknya, hyung" ucap Jimin menasehati kakaknya.
"Bukankah kita sudah sepakat...kita tidak boleh pesimis...apapun yang terjadi saat ini pada Jin hyung...kita tetap tidak boleh pesimis," ucapnya lagi.
Hoseok menatap kedua adiknya dengan linangan air matanya. Ia sendiri tahu, jika kedua adiknya juga sama seperti dirinya. Namun mereka terlihat lebih kuat darinya.
"Hyung pasti bisa!" ucap Taehyung yang menggenggam tangan kanannya.
"Kalian ternyata lebih dewasa dariku, " ia memuji kedua adiknya seraya menyeka air mata dan tersenyum.
"Keadaan...yang memaksa kita harus berpikir dewasa, hyung." jawab Jimin dan merangkul pundak kakaknya.
-
-
-Hari ini Namjoon mengunjungi rumah pemakaman. Ia berdiri di depan dua guci orang tuanya. Cukup lama ia termenung, hingga air matanya mengalir tanpa bisa ia bendung. Ada rasa sesak yang ia tahan sejak kejadian dimana karena dirinya, semua saudaranya mengetahui keadaan Seokjin yang sebenarnya. Namjoon menangis dalam kesendiriannya tanpa mampu mengungkapkan isi hatinya.
Ia sadar jika dirinya salah. Namun ada rasa kecewa ketika ia di abaikan oleh Yoongi, dimana dirinya berkali-kali ingin meminta maaf , akan tetapi sang kakak selalu menghindarinya. Salah satu hal yang membuat dadanya sesak, adalah sikap Yoongi padanya.
Namjoon tidak menyadari kedatangan sang adik, yang ternyata juga mengunjungi orang tua mereka. Jungkook berdiri tidak jauh dari kakaknya. Ia diam sejenak dan menatap sedih padanya. Ia sengaja memberi waktu agar Namjoon meluapkan emosinya hingga merasa lega.
Jungkook merogoh saku tas-nya. Ia mengeluarkan satu minuman kaleng yang masih cukup dingin. Setelah dirinya melihat Namjoon sudah agak tenang, ia memberanikan diri untuk mendekatinya. Minuman kaleng tersebut ia letakkan ke pipi kiri Namjoon, hingga membuatnya sedikit terkejut.
"Hyung pasti haus setelah banyak menangis," ucapnya dan tersenyum padanya.
"Sejak kapan kau di sini?" tanyanya.
"Tidak begitu lama. Aku merindukan appa dan eomma, jadi aku memutuskan untuk mampir" jawabnya.
Namjoon kembali mengalihkan atensinya pada guci kedua orang tua mereka, "Apa...Yoongi hyung tidak akan pernah memaafkanku?" gumamnya tanpa menatap sang adik.
Jungkook memegang pundak kakaknya, "Yoongi hyung jika marah memang selalu diam. Namun aku yakin, Yoongi hyung pasti akan memaafkanmu, hyung." ucapnya.
"Aku sangat keterlaluan kan, Kookie?"
"Jika saja saat itu hyung tidak mabuk dan mengatakan semuanya. Mungkin hingga saat ini kita semua tidak akan mengetahui kondisi Jin hyung"
Namjoon menghela napas panjang, lalu menghelanya. Ia menatap jam tangannya, dan ia tampak curiga pada adiknya, karena biasanya di hari ini Jungkook ada jadwal kuliah. Bahkan yang ia tahu dari teman dekat Jungkook, hari ini ada ujian di kampusnya.
"Kau tidak ada jadwal kuliah?" tanyanya.
Jungkook gugup saat mendengar pertanyaan sang kakak, " A- itu, hari ini dosennya tidak masuk mengajar hyung. Jadi aku pulang lebih awal," bohongnya.
Kedua alis Namjoon saling bertautan, ia semakin curiga jika adiknya menyembunyikan sesuatu dari saudaranya, "Benarkah? Semalam aku bertemu Eun Woo, katanya hari ini ada ujian di kampusmu"
Jungkook mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Namjoon. "Aku tahu kau sedang berbohong Kookie. Katakan padaku kenapa kau tidak masuk kuliah?!" ia terdengar marah pada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Brotherhood" Seokjin & BTS
Fanfiction"Jimin~ah!" "Apaan sih hyung? Aku lagi di toilet!" "Ish! Tidak jadi" "Kookie~ah!" "Ada apa lagi hyung?" "Ambilin handuk di kamarku" perintahnya. "Hyung kan punya kaki. Ambil sendiri gih" "Kau tahu. Kaki ku itu lelahhhhh sekali. Sebagai adik yang...