15 "Jika suatu saat..."

2.7K 402 46
                                    

Plak!

Yoongi kelepasan. Ada perasaan bersalah, ketika tangan kanannya mendarat ke pipi adiknya dengan cukup keras. Bahkan saudaranya yang lainpun tidak menyangka jika Yoongi melakukan hal di luar batas pada Namjoon.

"Hyung..." gumam Seokjin yang melihat tindakan spontan adiknya.

"Kenapa kau membentak Seokjin?!  Sudah cukup aku diam dengan sikap tidak sopan mu itu!"

"Aku..." Namjoon menatap tajam Seokjin. Ia menggantung kalimatnya. Bukannya menjawab, Namjoon justru pergi meninggalkan ruang makan.

"Namjoon!" Hoseok mencoba mengejar Namjoon.

Seokjin melihat Yoongi memandangi tangan kanannya yang tampak bergetar. Ia tahu, jika Yoongi merasa bersalah pada Namjoon.

Jungkook tidak menghabiskan sarapannya. Ia meraih ransel dan menyematkan di salah satu punggungnya, lalu pergi meninggalkan ruang makan.

Seokjin memandangi adiknya satu persatu. Ia merasa bersalah karena telah menyebabkan suasana sarapan pagi ini merubah mood mereka.

"Jinnie. Jangan dengarkan apa yang dikatakan Namjoon hyung tadi." Jimin memegang tangannya.

Seokjin tersenyum, "Mungkin Namjoon hyung sedang bad mood saja." sahut Seokjin yang tersenyum pada mereka.

Yoongi tahu, jika sebenarnya sang kakak menyembunyikan rasa sakit hatinya. Namun berusaha baik-baik saja.

-
-
-

"Namjoon~ah!!!" Hoseok berteriak memanggil namanya, namun diacuhkannya.

Hoseok berlari mengejar adiknya yang keras kepala itu. Langkah Namjoon terhenti, sewaktu sang kakak memegang kuat pergelangan tangan kanannya.

Hoseok menatapnya tajam, "Lepaskan tanganku hyung." ucap Namjoon dan berusaha melepaskan genggaman kakaknya.

"Tidak. Sampai kau mengatakan alasanmu membenci Jin hyung." ucapnya.

"Aku tidak pernah membenci Jin hyung. Tapi yang aku benci adalah kebohongan yang ia ciptakan untuk mengelabui kita semua!" Namjoon akhirnya mengatakan apa yang selama ini dipendamnya.

Namjoon berterus-terang, karena posisinya mereka saat ini bukan berada di area rumah mereka.

Namjoon berani mengungkapkannya, karena dirinya pikir sang kakak juga harus mengetahui kebenarannya.

"Hyung bahkan tahu sendiri, kenapa aku membenci seorang pembohong!!"

"Apa maksudmu mengatakan Jin hyung pembohong? Apa kau pikir, Jin hyung berpura-pura Amnesia? "

"Iya." jawabnya.

Genggaman itu terlepas. Ia memandangi sang adik yang menitikkan air matanya.

"Dulu appa dan eomma berbohong padaku. Mereka mengatakan akan datang ke sekolah di acara pertemuan orang tua murid. Aku menunggu dan terus menunggu hingga acara itu selesai. Tapi nyatanya mereka lebih mementingkan Jin hyung,"

"Mereka mempersiapkan untuk mengadakan perayaan wisuda Jin hyung. Bahkan appa dan eomma tidak menanyakan bagaimana acara di sekolah ku?  Bahkan meminta maaf saja - tidak."

"Aku berusaha menerimanya. Tapi sekarang, Jin hyung bersandiwara!"

"Dia menganggap kita adalah adiknya yang bodoh. Dan mudah dia kelabui!" Namjoon menangis di depan kakaknya.

Hoseok mengerti perasaan adiknya. Ia tidak mengatakan apa-apa dan hanya berusaha mengelus punggung Namjoon.

"Aku minta maaf hyung. Namun, aku berat untuk memaafkan seorang pembohong." ucapnya di sela-sela tangisnya.

"Brotherhood"  Seokjin & BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang