Ia meraba wajah adiknya dengan lembut, "Aku berharap... Jika ingatanku memburuk... Aku masih bisa mengingatmu dengan meraba wajahmu seperti ini" ucapnya.
Air mata yang sedari tadi ia tahan. Akhirnya jatuh juga. Ia menangis di depan kakaknya seraya memegang kedua tangan Seokjin.
"Hyung pasti bisa mengingat kami. Aku tidak akan membiarkan hyung melupakanku." ucapnya dengan suara bergetar.
Seokjin membuka kedua matanya. Ia menyeka buliran bening itu dari wajah sang adik, "Terima kasih..." ucapnya.
Seokjin tidak menyadari bahwa ucapannya tadi di dengar oleh adik adiknya. Mereka terbangun karena langkah kaki Taehyung yang terdengar tergesa-gesa.
Mereka semua mendekati Seokjin, lalu memeluknya, "Hei. Kalian kenapa memelukku?" ucap Seokjin yang sebenarnya terharu akan pelukan mereka.
"Berjanjilah pada kami... Hyung harus terus berjuang. Kami semua akan selalu ada untukmu hyung," ucap Namjoon.
"Aku juga akan membantumu untuk terus mengingat kami." kata Jimin.
"Hei. Ayolah. Kenapa kalian jadi cengeng begini?" canda Seokjin.
"Aku tidak akan mati semudah itu. Aku akan terus bersama kalian." ucapnya. Namun kalimatnya justru membuat mereka semakin sedih.
"Aku jadi semakin takut jika harus pergi meninggalkan kalian." batinnya.
"Ayolah. Aku merasa sesak jika kalian terus memelukku seperti ini," candanya. Namun mereka menganggapnya serius.
Mereka kemudian melepaskan pelukannya dari sang kakak. Seokjin dilarang oleh adik adiknya untuk melanjutkan kegiatan memasaknya, karena wajahnya yang terlihat sangat pucat juga dirinya sempat mimisan. Mereka khawatir jika Seokjin ambruk karena memaksakan dirinya.
Seokjin duduk di kursi. Ia memandangi adiknya yang terlihat saling membantu untuk melanjutkan aktivitas sang kakak yang tertunda.
Seokjin mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia sengaja merekam moment kebersamaan semua saudaranya secara diam-diam.
Seulas senyum manis terukir di bibir pucatnya, "Tuhan... Berilah aku kesempatan untuk bahagia bersama adikku..." doanya.
Seokjin tiba-tiba merasa sangat pusing. Tubuhnya juga lemas, bahkan ia tidak memiliki tenaga untuk beranjak. Ponsel di tangannya terjatuh ke lantai.
Suara benda jatuh, membuat atensi saudaranya tertuju pada sang kakak yang tampak berbeda.
Jungkook berlari sewaktu melihat Seokjin yang oleng bahkan hampir rebah jika saja Jungkook terlambat menopang tubuh kakaknya.
"Hyung!!" paniknya. Seokjin tersenyum tipis. Samar-samar dirinya menatap sang adik. Ia mendengar tangis adik adiknya, lalu seketika semua menjadi gelap.
-
-
-Terdengar suara sirine ambulan yang menggema di jalan. Kendaraan segera memberi jalan, karena tanda dari sirine yang menunjukkan bahwa pasien yang berada di dalamnya berada dalam kondisi darurat.
Di dalam ambulan, Yoongi tidak melepaskan genggaman tangan sang kakak. Air matanya terus mengalir, meskipun beberapa kali ia mengusap kasar.
"Bertahanlah hyung..." gumamnya terus menerus. Seokjin bernapas dibantu dengan masker oksigen. Detak jantungnya juga lemah.
Setelah beberapa menit berlalu. Kini mereka tiba di rumah sakit. Dua orang perawat segera menurunkan brankar, lalu mengusungnya menuju ruang ICU, dan Yoongi ikut mengiringinya.
"Maaf. Anda tidak bisa ikut masuk ke dalam," itu kata sang perawat padanya.
Yoongi hanya bisa pasrah dan menunggu di luar. Tidak berapa lama, saudaranya yang lain segera menghampirinya, "Bagaimana Jin hyung?" tanya Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Brotherhood" Seokjin & BTS
Fanfiction"Jimin~ah!" "Apaan sih hyung? Aku lagi di toilet!" "Ish! Tidak jadi" "Kookie~ah!" "Ada apa lagi hyung?" "Ambilin handuk di kamarku" perintahnya. "Hyung kan punya kaki. Ambil sendiri gih" "Kau tahu. Kaki ku itu lelahhhhh sekali. Sebagai adik yang...