MFB 1 - Hari sial

1K 108 569
                                    

HAPPY READING!

Sebuah tempat bernama warung tenda biru , namun nyatanya yang berwarna biru hanyalah baju masnya yang kemungkinan disebut seragam kerja.

"Kalian diem bisa enggak?" seru seseorang dengan sedikit membentak, otaknya sudah panas ditambah dengan temannya yang bukannya membantu malah ribut diskusi siapa yang paling ganteng di sini.

"Ya santai aja Na, kita butuh refreshing gitu. Apalagi udah sore ini. Gue suntuk dari tadi," ucap salah satu temannya agak sedikit takut melihat Volna yang wajahnya sudah merah, bukan karena salting tapi emang karena kekesalannya sudah di ujung tanduk.

"Terserah. Kalau kalian enggak ngerjain sampai bagian gue selesai, gue bilang ke Bu Anik kalau kalian enggak ngerjain sama sekali." Ancaman dari Volna berhasil, temannya langsung buru-buru membuat pekerjaan mereka masing-masing dan diam.

Volna melanjutkan bagiannya yang memang tinggal satu lembar kerja lagi, saat dia sedang fokus mengerjakan lembar kerja yang tersisa, satu lembar jatuh ke lantai dan di pungut oleh seseorang yang entah dari mana asalnya lalu pergi memesan makanan tanpa mengembalikan kertasnya terlebih dahulu. 

"Nih, gue selesai. Lanjutin punya kalian, gue mau makan." Volna menyodorkan lembar kerjanya dan langsung beranjak dari bangkunya. 

"Na, lembar kerja halaman tiga belas mana?" tanya temannya setelah melihat Volna sudah kembali dengan piring di tangannya. 

"Di situ emang enggak ada Ar?"

"Enggak ada. Ini dari dua belas langsung ke empat belas atau jatuh mungkin tadi?"

"Iya jatuh kali," timpal yang satunya.

Volna meletakkan piring miliknya dan berjongkok mencari kertas yang hilang tersebut.

"Kok bisa hilang sih," keluh Volna masih terus mencari. Tiba-tiba suara heboh menganggu pendengaran Volna.

"Arin, Saskia kalian bukannya nyari malah ter-" ucapan Volna terhenti ketika sebuah tangan terulur dan lembar kerja nomor tiga belas ada di tangan cowok itu.

Tangan Volna terulur mengambilnya "Makas-" cowok itu langsung menarik kembali kertasnya dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Kenalin, Xander." Cowok itu menyodorkan tangan satunya ke arah Volna sambil tersenyum, Volna sendiri menatapnya dengan kesal dan tidak menyambut uluran tangan dari cowok yang menurut dia menyebalkan itu.

"Enggak pengen kenal! Tolong kertasnya dikembaliin." Volna memberikan tangannya, meminta kertas yang masih disembunyikan oleh Xander. Bukannya memberikan kertasnya Xander malah meletakan tangannya lalu bersalaman.

"Xander, siapa namanya? Volna ya?" Xander membaca name tag seragam Volna lalu tersenyum, membuat kedua teman Volna heboh sendiri.

"Melebur enggak sih? Kapan gue digituin," celetuk Arin sambil jingrak-jingrak di tempat. Volna menatap galak ke arah Arin mengancamnya untuk diam.

"Mau dikembaliin enggak?" Volna mengangguk, sementara Xander ingin berteriak karena perempuan di depannya ini terlalu lucu.

"Kalau gitu, lo jadi pacar gue ya?"

"Hah?" Volna melongo, dia yakin kalau cowok yang ada di depannya itu barusan masuk ke sumur buat berenang soalnya otaknya ketinggalan, hanyut kali.

"Kalau enggak jadi pacar gue, kertasnya enggak balik."

"Na, tugas kita dikumpulin besok loh, udah terima aja." Saskia mengompori lalu tersenyum baper sendiri sambil menyatukan kedua tangannya dengan tangan Arin, berbisik heboh.

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang