HAPPY READING!
Volna tampak berbinar ketika dirinya melihat semua benda bersinar yang dipajang di sana. Volna merekahkan senyumnya sementara Xander mengikutinya dari belakang.
"Nana mau yang mana ? Ambil aja," ujar Xander membuat Volna menyikut perut Xander dengan emosi memperingatkan agar memfilter mulutnya.
"Atas nama Xander," ujar Xander kemudian memberikan sebuah kertas pembayaran yang sudah lunas. Volna melihat ke beberapa meja kaca yang menampilkan banyak perhiasan di sana.
"Kalau suka. Beli aja." Xander entah sejak kapan sudah berada di sebelah Volna mengamati gerak-gerik calon istrinya
"Cincinnya sudah?" tanya Volna tidak membalas perkataan Xander yang tadi. Xander mengangguk sebagai jawaban.
"Tadi lihat gelang yang mana?" tanya Xander mengubah pertanyaannya membuat Volna yang sudah sering dijebak langsung meminta Xander segera keluar dari tempat tersebut.
"Loh, aku cuma tanya Nana." Xander menahan tubuhnya agar tidak keluar dari tempat tersebut. Volna merengut sebal kemudian menarik tangan Xander agar ikut keluar.
"Bentar, notanya tadi ketinggalan." Xander masuk ke dalam lagi dan berbicara kepada pegawai yang ada di sana. Xander memberikan kartunya dan mendapatkan suatu barang yang membuat Volna menatap Xander dengan marah.
"Aku nemu yang bagus jadi beli, deh." Xander nyengir membuat Volna menghela napas.
"Udah tujuh tahun tetep aja enggak bisa ngalahin kamu buat beli barang yang aneh-aneh." Volna menggelengkan kepalanya kemudian menghela napas frustasi.
"Selamanya juga kamu tetep kalah sama aku kalau masalah kayak gini. Lagipula, udah sepuluh tahun atau tujuh tahun itu kamu masih enggak belajar dari pengalaman. Habisin uang aku kalau bisa. Enggak usah hemat." Xander berbicara kemudian mengambil gelang yang baru saja dia beli dan memasangkannya ke lengan Volna.
"Cantik, nih gelangnya." Xander kemudian menggenggam tangannya Volna dan mengajaknya berjalan-jalan. Volna tersenyum kemudian berjalan bersama Xander sesekali melihat ke gelang yang tadi dia inginkan.
"Makasih, Xan." Volna tersenyum membuat Xander membalasnya juga dengan senyuman.
Volna tiba-tiba melihat kukunya sendiri kemudian mengajak Xander untuk masuk ke dalam tempat yang membuat Xander sebenarnya hendak menolak. Bagaimana tidak, isinya saja semua perempuan dengan nuansa ruangan berwarna pink.
"Menurut kamu bagus warna apa?" tanya Volna menunjuk beberapa botol kecil yang berderet di sana. Xander melihatnya dan memperhatikan semua warna walaupun tidak tahu untuk apa warna tersebut.
"Buat di oles ke kuku, Xan." Volna memberi tahu kemudian Xander hanya menganggukan kepalanya.
"Pink muda bagus di kuku kamu." Xander menunjuk salah satu warna dan Volna tersenyum lebar.
"Kalau merah kamu mau?" tanya Volna menunjukan warna merah ngejreng membuat Xander yang ingin sekali keluar dari sana hanya menganggukkan kepala.
Volna segera mengambil tiga buah kuteks yang satu berwarna merah ada yang berwarna bening dan berwarna pink muda untuk dirinya.
Volna masih membayarnya menggunakan uangnya sendiri walaupun Xander sudah mengeluarkan kartu ATM miliknya.
"Nana kalau semisal ke kantor mau enggak? Aku lupa kalau ada klien hari ini yang minta ketemu." Xander jadi ingat dia harus bertemu dengan klien dan meninggalkan Volna sendirian.
Volna mengangguk, "Enggak masalah, Xan. Aku tungguin di kantor aja. Aku juga punya kegiatan baru," ujar Volna kemudian menampilkan jari jemarinya dan bungkusan yang tadi dia barus saja beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...