HAPPY READING!
Karena ini hari libur akhirnya Volna diajak Mama Xander untuk pergi berbelanja. Volna memakai baju yang tersedia di lemari dengan ragu, melihat terdapat beberapa helai pakaian yang bisa dia buat untuk menyicil rumah membuat Volna jadi tidak nyaman saat memakainya.
"Kenapa, Vol?" tanya Mama Xander begitu perhatian, Volna yang sedang berjalan melihat ke arah wanita tersebut dengan senyum tipis lalu menggeleng.
"Tan, kita ke tempat lain aja, yuk? Harganya semahal ini Volna jadi merinding setiap masuk." Mama Xander tertawa, kepolosan Volna memang tidak pernah hilang padahal ini kedua kalinya dia masuk ke dalam sini.
"Enggak usah lihat harga, langsung ambil anggep aja semua di sini gratis," ucap Mama Xander dengan santai membuat Volna merapatkan bibirnya, agak mengumpati Mama Xander karena terlalu lempeng.
Volna melihat beberapa kaus lucu dan mencari label harganya, buru-buru Volna meletakannya. Bajunya lucu harganya juga lucu untuk dompet Volna lucu sampai air matanya keluar.
Xander mengintip kedua wanita itu dari jauh, memastikan semuanya aman sembari meminum segelas susu cokelat yang baru saja dia beli di cafe yang ada di mall tersebut.
Xander melihat Volna yang panik setiap Mamanya mengambil salah satu baju, membuat dirinya terkikik gemas.
Omong-omong soal Volna, Xander tidak tau harus bagaimana. Apa kalau dirinya membantu ingatan Volna kembali, perempuan itu akan bahagia?
Meskipun Volna berkata bahwa terlepas dirinya akan sakit hati atau tidak kalau dia mendapatkan ingatannya kembali Xander masih takut, takut kalau ternyata Volna jadi menjauhi dirinya.
"Xander, kamu kenapa di sini? Katanya tadi enggak mau ikut?" Mamanya berkacak pinggang. Xander tidak menjawab dirinya melirik ke arah Volna yang sedang berebut untuk membawakan barang belanjaannya melihat itu Xander tersenyum tipis.
"Bukannya di jawab, malah kesengsem sama anak orang." Xander mengaduh ketika pinggangnya di cubit.
"Bukan anak orang, emaknya aja dajjal." Xander dicubit lagi membuat Xander mengaduh kesakitan untuk kedua kalinya.
"Enggak boleh gitu." Mamanya memperingati Xander untuk tidak berbicara sembarangan.
"Oh, iya Mama mau pergi sendiri. Kamu ngedate sana sama Volna." Xander belum sempat mencegah Mamanya sudah pergi menjauh bersamaan dengan pengawalnya di sana.
Volna yang tadi masih berebut akhirnya kalah, perempuan itu jadi kebingungan ketika dirinya hanya melihat Xander dan Mamanya menghilang.
"Mama ada urusan jadi kita jalan-jalan aja berdua." Xander menjelaskannya sembari meminum susu cokelatnya hingga kandas.
Volna mengangguk lalu berdiri di sebelah Xander, menunggu cowok itu berjalan. Xander membuang gelasnya di tempat sampah yang ada di sebelahnya.
"Sebelum kita pergi jalan-jalan. Gue cuma mau tanya satu hal, lo beneran mau ingatan lo balik?" tanya Xander dengan serius membuat Volna langsung mengangguk secepat kilat.
"Mikir dulu enggak langsung ngangguk-ngangguk aja." Xander memukul kepala Volna kesal.
Volna berdecih sambil mengelus kepalanya yang digetok oleh Xander. "Iya, gue mau ingatan gue balik. Enggak usah main tangan bisa?" Xander tertawa melihat wajah Volna yang kesal, tangannya ingin ikut mengelus kepala Volna namun urung.
"Ya, udah. Ayo jalan," ucap Xander lalu menarik tangan Volna membuat sang pemilik tangan protes.
"Kalau lo enggak gue pegangin, lo ilang. Tau?" Volna berdecih, memang dia anak kecil? Bisa hilang?
Mereka berada di tempat bermain di sana, Xander berjalan ke kasirnya dan meminta untuk membuat kartu baru dan mengisi saldonya. Volna langsung menyenggol Xander ketika Xander meminta untuk mengisi kartu bermain itu dengan harga yang tidak masuk akal.
"Berisik, tinggal main juga." Volna kesal juga mendengar Xander terus menjawab ucapannya. Akhirnya Volna ikut main meminta Xander untuk ke box alat yang menyediakan capit boneka di sana.
"Lo rugi tau main ini, enggak bakal dapet." Volna menatap boneka lumba-lumba di sana, membuat Xander mengikuti arah tatapan Volna.
"Ya, udah sekali. Kalau enggak dapet ganti main yang lain." Volna langsung menatap Xander berbinar dan Xander langsung mengesek kartu yang tadi baru saja dia beli. Volna menggeser capit itu ke arah boneka lumba-lumba yang ada di sana menutup matanya dan menekan tombol ok sehingga alat capit itu turun.
Alat capit boneka memang seperti itu, hanya sekali percobaan pasti tidak bisa menang. Volna mendengus kecewa saat alat capit itu kembali ke tempatnya tanpa membawakan apapun di sana.
"Nah, kan. Gue bilang kalah pasti. Udah, ayo main yang lain." Volna diseret untuk bermain yang lain, walaupun dalam hatinya dia masih ingin mendapatkan boneka lumba-lumba itu.
Xander menyadarinya dan akhirnya dirinya mengajak Volna untuk pulang terlebih dahulu. Dia beralasan hendak bertemu dengan temannya sehingga Volna tidak boleh ikut.
Setelah Volna pergi Xander kembali kesana, memainkan alat capit itu berkali-kali sampai dirinya mendapatkan boneka lumba-lumba yang Volna mau.
Xander kesal sendiri, ingin rasanya dia membeli mesin capit itu dan memberikannya kepada Volna agar Volna merasa senang. Tetapi, Xander hanya ingin boneka lumba-lumba berwarna biru itu, boneka itu persis dengan gantungan kunci yang dulu mereka beli di toko souvenir.
Xander berharap dengan dirinya yang pulang membawa boneka itu, Volna ingat tentang dirinya dan statusnya. Membayangkan wajah bahagia Volna saja dia sudah tertawa.
Masalahnya, sekarang sudah malam hari dan mungkin permainan di sini sudah hendak ditutup bisa dilihat pegawai yang menjaga mendekati Xander.
"Maaf tuan, saya hanya ingin berkata bahwa tempat ini hendak ditutup." Xander memukul mesin capit boneka itu kesal saat melihat capit bonekanya tidak membawa apapun.
"Sebentar, satu kali lagi." Xander mencegah orang yang hendak berbicara lagi, orang itu akhirnya pergi dari sisi Xander.
Xander mengesek kartu berwarna merah itu untuk terakhir kalinya, merapalkan doa dan menekan tombol oke saat capit boneka itu sudah berada di atas lumba-lumba gemas kesayangan Volna itu.
Xander menutup matanya sembari dirinya berkomat-kamit berharap dia beruntung. Saat membuka matanya, lumba-lumba itu terangkat dan jatuh, masuk ke dalam lubang yang telah disediakan.
Xander langsung berteriam heboh sembari melompat, setelah sekian lama dan sekian banyak uang yang dia habiskan akhirnya boneka itu dia dapat juga. Xander langsung mengambilnya dan menelepon sopir untuk menjemputnya.
Setelah dirinya pulang Xander memeluk boneka lumba-lumba itu gemas. Merasa senang dengan pencapaiannya. Dirinya masuki rumah dan melihat Volna yang sedang mengambil minum.
"Lo kok pulangnya lama banget?" Volna bertanya saat melihat Xander yang berjalan dengan kedua tangan di belakang.
"Terserah gue, lah mau pulang jam berapa. Ngapain ngatur." Volna cemberut menatap Xander yang ketus. Dirinya langsung meneguk air di dalam gelas hingga kandas lalu berjalan hendak masuk ke dalam kamar.
"Eh, lo sini. Gue enggak nyuruh lo balik ke kamar, ya," ucap Xander panik ketika melihat Volna yang sepertinya marah kepadanya.
***
Lanjut? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...