HAPPY READING!
Xander menatap papan tulis sambil senyum-senyum sendiri membuat temannya merinding seketika.
"Lo sejak kapan bisa senyum?" Pertanyaan yang membuat Xander langsung menatap temannya datar, beberapa saat kemudian menatap papan tulis lagi dan tersenyum lagi.
"Wah, gila sih. Lo enggak waras banget. Lo suka sama papan tulis?"
"Maksudnya?" Xander mengalihkan pandangannya dari papan tulis dan menatap temannya dengan pandangan bingung.
"Lo sama gue sinis banget, waktu hadep papan tulis senyum-senyum. Enggak waras lo. Asli."
"Jas hujan lo bacot banget. Pantes jomblo." Xander mencibir membuat teman yang dipanggil jas hujan itu melotot tidak terima.
"Nama gue Jasdan ya, seenaknya lo ganti-ganti nama gue. Lo mau buat syukuran atau gimana?"
"Sini, gue buatin syukuran. Nama lo gue ganti jadi Jas hujan kecebur kali." Jasdan menggerutu dan menggeplak kepala Xander kesal.
"Mentang-mentang udah punya cewek. Jadi stress." Xander mengalihkan wajahnya tidak peduli dengan ucapan temannya itu, dia memilih untuk membuka ponselnya menatap terus dan akhirnya menyerah. Dia menyodorkan ponselnya ke Jasdan membuat Jasdan menatap Xander dengan penuh tanya.
"Lo mau jual HP lo ke gue? Satu juta lepas. Deal." Jasdan mengacungkan jempolnya membuat Xander memukulnya kesal. Bahkan dia tau kalau ponselnya lebih mahal dari satu juta.
"Fotoin gue." Jasdan menatap Xander benar-benar dengan ekspresi shock.
"Sumpah, demi. Lo panggil dokter lo suruh kesini. Lo udah kena penyakit jiwa akut." Xander menatap temannya segit, tidak suka dengan ucapan temannya.
"Cepet, sial. Kelas udah rame pula. Ayo keluar." Xander berdiri dan menatap temannya memerintah untuk mengikuti dia keluar.
"Lo maksa banget asli minta foto, mau lo kirim ke mana?"
"Ke Nana."
"Buset, bucin banget. Lo tambah enggak waras sih."
"Lo ngomong lagi, gue panggil dokter ke sini buat jahit mulut lo." Xander berujar galak sementara Jasdan mengelus dadanya, sabar.
"Pose yang bener, enggak bener gue tendang juga lo," ujar Jasdan galak, dia mengarahkan kamera ponselnya ke arah Xander dan memotretnya beberapa kali.
"Lo diem doang aja ganteng anjir, dunia sangat tidak adil." Xander berjalan mendekati Jasdan dan merebut ponsel itu dari tangan Jasdan melihat hasil foto miliknya.
"Lo banyak banget fotonya sumpah, gue suruh sekali doang ya." Xander memprotes ketika melihat banyak foto wajahnya mungkin ada belasan foto.
"Gue itu pengen buat muka lo jadi aib gitu, tapi lo yang enggak siap aja tetep ganteng. Gue harus gimana njir." Jasdan mengomel, mengungkapkan ketidakadilan semesta.
"Berarti gue emang ganteng ya? Untung gue ganteng jadi Nana suka." Jasdan mual, sangat mual entah sejak kapan Xander yang biasanya galak dan sinis itu menjadi sangat alay. Ya, walaupun sinis dan galaknya masih ada tapi citra coolnya menghilang.
"Ayo balik, gue mau kirim fotonya ke Nana."
"Lo gue lihat-lihat berubah ya, dari stress jadi makin stress. Nana lo keren juga."
"Volna manggilnya, lo manggil Nana juga gue tendang lo." Xander mengepalkan tangannya di udara, mengancam Jasdan.
"Buset, sama temen sendiri galak banget." Xander tidak mempedulikannya, dia langsung bermain ponselnya mengirimkan pesan ke Volna.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...