HAPPY READING!
Volna terpaku di tempat dia mematung dan menatap Xander yang berjalan menjauh. Ia meraba pipinya yang memanas.
"Kesedak gue, sumpah pagi-pagi gue baru dateng juga. Udah ada adegan merusak mata suci gue." Saskia mencibir membuat Volna menatap tajam, kesal.
"Jangan digodain mulu Volnanya, lihat tuh pipinya merah." Arin muncul dari dalam kelas lalu terkekeh di akhir ucapannya, menggoda Volna yang semakin merah di pipi.
"Berisik." Volna masuk ke dalam kelas dan beberapa pasang menatapnya tidak suka dan yang lainnya tidak terlalu mempedulikannya.
"Jadi, kemarin lo enggak bisa dihubungi karena pacaran?" tuduh Arin dan tersenyum menggodanya, kemarin Arin meneleponnya hendak mengajaknya pergi ke mall untuk membeli baju dan kebutuhannya tapi ponsel Volna sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Gue kerja."
"Kerja apa coba? Kerja jadi pacarnya Xander?"
"Kerja di cafe."
"Cafenya Xander?" selidik Arin dan diberi anggukan sebagai jawabannya "Kok tau Xander punya cafe?" tanya Volna setelahnya.
"Kudet." Saskia mencibir dan Volna menatapnya kesal.
"Satu sekolah juga tau kalau Xander punya cafe, cuma lo aja yang ga tau kayaknya." Saskia memberi penjelasan, sebelum kepalanya akan dipukul dengan buku paket tebal milik Volna.
"Kalau hari sekolah coba lihat pasti banyak cewek-cewek pakai seragam sekolah nongkrong di sana." Arin memberi peringatan, berharap Volna peka kalau itu tanda dia harus memegang pacarnya terus.
"Ngapain? Punya duit banyak ya pakai nongkrong segala." Arin berdecak malas, sinyal peringatannya tidak ditangkap oleh Volna.
"Nanti lo pulang sekolah berarti kerja lagi?" Volna mengangguk mendengar pertanyaan Saskia dan dia mendapat ide yang bagus.
"Ikut." Volna menggeleng dan Saskia tidak Mempedulikannya, terbukti saat pulang sekolah dia selalu menempel pada Volna diikuti dengan Arin yang cengegesan.
Volna menghela napas tidak tau harus berbuat apa, dia berjalan keluar dan dua orang itu selalu mengikutinya.
"Kalian enggak punya kerjaan lain?" mereka berdua menggeleng serempak membuat Volna mendengus kesal, Xander baru saja keluar dari kelasnya dan menemukan Volna dan kedua temannya itu dia langsung mengampiri dan memeluk Volna dari belakang.
"Nana sayang." Xander memeluknya membuat Volna memukul tangan yang merangkulnya, dia seperti kehilangan napasnya.
"Sakit Xander." Xander cemberut dan melepaskan pelukannya berganti mengenggam tangan Volna yang bebas.
Arin dan Saskia berbisik heboh, membuat Volna bisa mendengar apa saya yang mereka bicarakan apa lagi yang bisa mereka bahas kalau mereka baru saja melihat Xander memeluknya.
"Ayo, ke cafe kan?" Volna mengangguk dan berusaha untuk melepaskan gengaman tangan Xander. "Aku pergi sendiri aja." Xander menggeleng dan memintanya untuk naik mobil miliknya, Volna yang baru saja membuka mulutnya untuk mengatakan tidak langsung dibungkam oleh kedua sahabatnya itu dengan tarikan paksa dari keduanya membuat Xander tersenyum, berterima kasih kepada dua orang yang berjasa menurutnya.
"Aku mau ke sekolahnya Alan dulu." Volna berusaha mencari alasan, dia hampir lupa kalau tadi dia tidak memberikan uang makan kepada Alan, berharap Alan belum pulang mengingat dia pulang di jam yang sama dengan sekolahnya hari ini karena dia bilang kalau ada kerja kelompok untuk tugas prakarya mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...