HAPPY READING!
Suasana yang canggung dan Volna yang gemetaran membuat suasana semakin sunyi.
"Pacar Xander." Akhirnya Xander berbicara membuat keadaan semakin sunyi, beberapa pegawai menutup mulutnya terkejut dan mama Xander menatap Volna tajam.
"Kamu udah pacaran berapa lama?"
"Baru aja. Sekitar 2 minggu atau seminggu gitu." Bukan Volna yang menjawab tetapi Xander.
"Terus, kamu ketemu dia kapan?"
"Beberapa tahun yang lalu." Xander menjawab dengan enteng, membuat Volna menaikan alisnya. Dia merasa dia tidak pernah bertemu sebelumnya, jadi beberapa tahun yang dimaksud itu. Kapan?
"Terus punya dia?" Mama Xander kini menunjuk Alan yang berdiri di sebelah Volna, melihat dia ditunjuk membuat dia mundur perlahan sambil memeluk lengan Volna, bersembunyi.
"Hah?"
"Mama nyuruhnya cari pacar, bukan cariin mama cucu Xander." Xander mengaduh sebab telinganya ditarik dengan kencang, rasanya telinganya hampir lepas.
"Apa sih, aku belum ngapa-ngapain kok."
"Terus itu?"
"Emm, maaf tante ini Alan, adik saya." Volna akhirnya berbicara menyelesaikan salah paham ini. Membuat perempuan paruh baya itu melepaskan tangannya dari telinga Xander yang sudah memerah.
"Oh, adiknya. Maaf ya. Aduh, jadi nuduh yang enggak-enggak." Mama Xander meringis lalu memegang kedua tangan Volna tersenyum.
"Kenapa datang malam-malam nih? Kalau berkunjung siang-siang aja dong. Nggak bisa buat makanan ini, enggak ada persiapan." Mamanya tersenyum lebar, bahagia sekali melihat Volna sebagai pacar Xander.
"Ma, sini." Xander menarik tangan mamanya terlebih dahulu dan berbicara beberapa saat kemudian, Volna menatap mereka berdua yang berbicara dan terlihat mamanya sesekali melihat ke arah Volna kalau terkena kontak mata dia langsung tersenyum senang.
Mereka sudah kembali dan Alan masih memeluk kaki Volna, masih takut dengan wajah orang asing yang berada di depannya.
"Volna ya kan?" Volna mengangguk.
"Siapin tempat tidur ya Sher." Mamanya berbicara ke salah satu pegawainya dan yang diajak berbicara langsung mengangguk patuh meminta Volna dan Alan untuk mengikutinya. Volna awalnya menatap Xander tetapi Xander hanya tersenyum dan melambaikan tangannya, dia yakin kalau dia aman.
"Jadi, kamu pulang malem terus ngedate sama dia setelah cafe kamu tutup?" Kini giliran Xander yang diinterogasi dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Tuh kan, udah cafenya tutup aja. Pacar kamu kasihan tau, nunggu kamu tutup cafe dulu." Mamanya berdecak kesal, emosi melihat tingkah Xander yang menurutnya membuat cewek itu tidak akan betah pacaran dengannya.
"Dia kerja di cafe aku Ma. Jangan ditutup lah." Xander memberikan perlawanan bukannya dipuji atau bagaimana dia malah dipukul lagi.
"Menantu mama kenapa kamu suruh kerja juga? Suruh keluar dari cafe kamu, dia tinggal di sini aja biar mama yang bayarin."
"Tap–" ucapan Xander terpotong. "Masuk kamar. Tidur." Xander mengalah dia menekuk wajahnya dan masuk ke dalam kamarnya.
Dia langsung melompat ke kasur dan mengklik kontak yang selalu dia sematkan.
Nana :( Kita jauhan :(
Makasih ya Xan
Bukan itu jawaban yang Xander mau, jawaban Volna sekarang adalah jawaban yang membuat dia kepikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...