MFB 42 - Seragam sekolah

110 16 56
                                    

HAPPY READING!

"Iya, iya. Santai aja muka lo melas amat." Wajah Xander kembali cerah dan tidak terasa sudah sampai di sekolah.

Volna membuka pintu miliknya diikuti dengan Xander yang ikut keluar. Volna berjalan dengan cepat, tidak nyaman dengan tatapan banyak orang. Sementara Xander mengejarnya, mengenggam tangannya agar Volna tidak jauh darinya.

"Pacarnya Xander kenapa malu? Enggak usah ngurusin yang lain," ucap Xander lalu menatap ke sekitarnya. Menemukan teman Volna yang baru saja keluar dari parkiran, memanggilnya ke arah mereka.

"Jadi, udah balikan?" tanya teman dekat Volna dengan senyum mengembang, menggoda temannya yang sekarang memiliki semburat merah di pipinya.

"Memang sejak kapan putus? Lo anterin Nana deh, ya. Nana enggak nyaman dilihatin orang. Gue langsung ke kelas aja dulu." Xander langsung berpamitan dan berjalan ke lain arah, kelasnya, kan memang berlawanan arah dengan kelas Volna.

"Diem. Enggak usah komen apapun." Teman Volna yang hendak menggoda lagi langsung kincep, diamuk oleh Volna sangat menyeramkan.

***

Volna berdecak merasa sial. Entah dia bisa menyalahkan siapa, baju seragamnya diguyur oleh seseorang sementara baju olahraganya tidak sengaja disiram oleh seseorang di kantin saat mereka berdesakan.

"Aduh, Na. Gue cariin baju dulu, ya di ruang guru," ujar temannya panik, tidak menyangka setidak baik itu manusia yang ada di sekitarnya.

Volna mengiyakan, dirinya duduk di kloset duduk sembari mengomel rasanya ingin menangis. Memang, Volna salah apa sampai seragamnya menjadi sasaran dirusak.

Di ruang guru tidak ada seragam cadangan sama sekali membuat teman Volna panik setengah mati, temannya ingin meminjamkan seragamnya sendiri, namun dia bahkan tadi lupa membawa pakaian olahraga hanya ada seragam yang dia pakai.

Xander yang melihat teman dekat Volna mondar-mandir dengan wajah panik mendekatinya.

"Lo kenapa?" Wajah temannya berubah menjadi cerah ketika melihat Xander yang mendatanginya.

"Volna, seragamnya diguyur sama orang dan seragam olahraganya kena air juga di kantin. Kalau cuma air putih biasa, sih enggak apa-apa masalahnya itu kuah soto." Xander berdecak, dirinya langsung pergi ke koperasi meminta untuk membeli satu set seragam olahraga yang baru.

Xander kembali mengomel ketika koperasi berkata tidak ada seragam olahraga lagi, seragamnya datang dua hari lagi. Xander mengumpat dalam hati. Dirinya meminta teman dekat Volna untuk menunggunya di depan kamar mandi.

Belum sampai lima menit, Xander keluar dengan kaos berwarna putih memang dia bawa dari rumah. Biasanya dia gunakan ganti saat pulang sekolah untuk tinggal di cafe hingga sore.

"Nih, seragamnya kasih ke Nana. Celana olahraganya enggak apa-apa, kan?" Temannya mengangguk lalu menatap Xander tidak

"Bukannya nanti lo bakal dimarahin Xan, kalau lo enggak pakai seragam?" Xander menatap kaosnya lalu mengangkat bahunya.

"Daripada Nana yang dihukum? Mending gue. Udah cepet sana. Gue mau balik ke kelas. Suruh Nana pastiin badannya enggak ada memar atau luka. Kalau ada, bilang sama Nana suruh nelepon gue." Xander berjalan pergi meninggalkan teman Volna yang agak sungkan.

Volna yang di kamar mandi mendengar suara panggilan Arin, segera saja dirinya membukakan pintu dan menjelaskan ucapan Xander. Volna akhirnya menutup pintunya dan menganti pakaiannya yang basah dengan seragam Xander yang kebesaran.

Wangi parfum Xander memasuki penciumannya, membuat Volna akhirnya tidak merasakan ada bau kuah soto di badannya.

"Terus, Xander gimana? Dia bukannya nanti dihukum?" Arin mengangkat kedua bahunya lalu berbicara dengan agak bingung.

"Kemungkinan, ya dia bakal dihukum. Tapi, katanya lo enggak boleh tau Na, intinya lo enggak dihukum dia lega. Mending dia dihukum daripada lihat lo dihukum." Volna menatap temannya dengan wajah sedih dan khawatir.

"Gue susul aja, gimana?" tanya Volna khawatir, takut hukuman yang diberikan oleh guru tersebut terlalu berat. Padahal bukan salahnya.

"Lo yakin, Na? Kalau lo kesana bukannya makin ribet?" tanya Arin bertanya menyakinkan, seandainya Saskia ada pasti dirinya mempunyai pendapat yang bagus.

"Gue bakal beresin baju yang basah kuyup ini, habis itu mungkin gue bisa ke tempat Xander," ucap Volna memberi keputusan final. Dirinya segera merapikan semuanya, membungkus semuanya.

Volna hendak keluar kelas setelah membereskan semuanya. Laki-laki yang satu ini memang selalu membuat Volna panik, selalu saja berkorban untuknya.

"Mau kemana kamu Volna? Ayo masuk kelas. Terus ini juga, rok kamu kemana?" Guru yang mengajar langsung meminta Volna untuk kembali masuk ke dalam.

"Kaos olahraga saya kena tumpahan soto dan rok seragam saya basah Bu," ucap Volna menjelaskan sementara Guru yang diajak bicara menggelengkan kepalanya heran, anehnya seragam Volna terlalu besar untuknya.

"Ya sudah, ayo masuk. Kita mulai pelajarannya," ujar gurunya lalu meminta Volna kembali ke tempat duduk. Volna menghela napas, dia berharap Xander tidak terkena apapun.

Di sisi lain, laki-laki dengan kaos putih dan celana panjang berwarna abu-abu mendongak menatap bendera merah putih yang berkibar terkena angin. Mengambil posisi hormat dan diam di tempat.

"Bisa-bisanya kamu seenaknya enggak pakai seragam. Heran tingkah laku anak jaman sekarang." Kepsek di sana menggelengkan kepalanya menatap Xander di tempat yang teduh, Xander menatap kepsek di sana lalu memberi alasan.

"Bapak bisa hukum saja, tapi bantu saya juga. Seragam saya, saya berikan ke Volna anak kelas A karena seragamnya disiram dengan sengaja oleh oknum yang tidak diketahui siapa. Kalau bapak bisa bantu, saya janji saya enggak bakal buat ulah lagi." Masih dengan posisi hormat Xander melihat ke atas sementara kepsek disana menatap Xander sembari memikirkan siapa Volna.

"Loh, bapak hukum kamu karena salah, malah minta bantuan."

"Bapak pikir aja, kalau saya enggak memberikan seragam saya ke Volna yang notabene nya perempuan. Apa bapak bakal hukum dia buat jemur diri di lapangan ini? Dengan kondisi seragam dia yang basah kuyup? Kalau sakit, siapa yang mau tanggung jawab?" Rahang Xander mengeras, merasa kesal dirinya sudah berhenti hormat bendera dan menatap kepseknya yang terdiam.

"Oke, selesaikan hukumanmu lalu kamu bisa cek CCTV yang ada di ruangan saya. Pulang sekolah hukumanmu selesai." Xander yang wajahnya sudah berkeringat tersenyum, setidaknya perjuangan dirinya berdiri di tiang bendera terbayarkan.

Pulang sekolah hanya tersisa sekitar satu jam lagi, Xander masih menjemur badannya di lapangan sementara Volna menyimak pelajaran dengan perasaan gusar.

Setelah selesai, Arin langsung membantu Volna untuk merapikan bukunya. Dia tau kalau Volna khawatir dengan Xander.

"Katanya dia dijemur di lapangan. Gue denger dari Sintya yang tadi ke toilet," ucap Arin sembari ikut merapikan buku Volna.

"Oke, makasih Rin." Volna segera pergi dari kelas dan berlari kecil menuju ke lapangan. Matanya memincing ketika melihat laki-laki dengan baju putih mendongak ke tiang bendera.

"Xander!" Laki-laki yang dipanggil namanya menoleh lalu tersenyum ke arah Volna.

"Kenapa? Harusnya kamu enggak mimjemin seragam kamu ke aku. Kamu malah jadi dijemur di lapangan." Volna mengeluh sementara Xander berhenti memberikan hormat dan mengusap wajahnya yang sudah banjir dengan keringat.

"Berkorban buat Nana. Biar Nana sayang sama Xander lagi." Xander yang sudah kelelahan tersenyum tipis.

"Siapa yang bilang enggak sayang? Jangan gitu, ya lain kali. Harusnya kamu minjemin kaos kamu ini aja. Biar aku yang dihukum," ucap Volna sambil mengeluarkan beberapa tisu dan mengelap keringat Xander yang sangat banyak.

"Duduk situ dulu, ayo." Volna meminta Xander untuk berteduh, perempuan itu mengusap kembali wajah Xander hingga keringat-keringat yang berada di wajahnya mengering.

"Nana enggak boleh dihukum. Xander aja."

***

Lanjut? Yes or No?

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang