HAPPY READING!
Xander mengetuk jarinya di meja pesanan sambil menopang dagunya dia menunggu pacar kesayangannya datang tetapi tidak kunjung muncul bahkan dia sudah rela menunggu dengan menggunakan seragam cafe yang bahkan biasanya tidak pernah dia sentuh.
"Bos, ada masalah apa?" tanya pegawainya dengan khawatir, biasanya kalau bosnya berdiam diri di satu tempat pasti ada masalah yang terjadi.
"Apa sih? Lo kerja aja deh, ribet banget," ucapan sinis dan nada kesal yang biasa dia dengar membuat pegawai itu hanya mengangguk lalu mundur dan masuk ke dalam untuk melakukan tugasnya.
"Maaf Xan tadi ban angkotnya bocor jadi gue langsung jalan kaki dari sini," ucap Volna dengan terengah-engah nafasnya tidak beraturan seluruh pegawai melihatnya dengan tatapan terkejut dan bahkan ada yang berbisik.
"Gue yakin habis ini anak itu ditandai sama si bos."
"Sumpah, gue mending menghilang dari bumi daripada ngelihat amukan si bos."
Xander melihat ke arah Volna lalu berjalan ke arahnya dan sikap di luar dugaan membuat semua pegawai melongo tidak menyangka.
"Kok enggak nelepon si Na, kan bisa aku jemput." Xander meraih bahu Volna lalu mendorongnya perlahan untuk mengikuti arahannya, menuju tempat duduk terdekat. Volna yang dilihati merasa tidak enak dan berbisik ke arah Xander.
"Gue pegawai loh Xan, jangan kayak pilih kasih gitu," Volna merasa tidak enak dengan banyak tatapan yang menatapnya keheranan.
"Ih, kamu kan pacar aku masa harus aku samain kayak mereka," ucapnya sambil memanyunkan bibirnya membuat wajah lucu agar Volna terpikat.
"Oh pacarnya," ucap serempak pegawai di sana membuat pipi Volna memerah dan segera ingin menghilang dari sana.
"Kenapa? Ada masalah?" balas Xander sinis lalu meletakan kepalanya di paha Volna dan memejamkan matanya. Pegawai di sana langsung melakukan tugas masing-masing tapi kali ini dengan selipan gosip tentang Volna dan Xander.
"Gue mau kerja, pindah aja Xan jangan tidur di sini," kata Volna sambil menyentuh pelan pipi Xander untuk berpindah posisi.
"Ini cara supaya Volna enggak kerja, nanti kesayanganku kalau sakit gimana dong." bibir Xander maju beberapa centi sambil tetap memejamkan matanya membuat Volna menghela nafas lalu menjitaknya kesal.
"Kalau enggak kerja gue enggak digaji, minggir ih Xan," kata Volna dengan kesal sambil mendorong Xander agak bangun, Xander yang tau kondisinya terancam langsung merapatkan tubuhnya dan memeluk pinggang Volna agar Volna tidak bisa berbuat apa-apa. Seluruh pegawai di sana melotot melihatnya bosnya yang selalu galak dan jutek menjadi bayi di hadapan perempuan yang baru saja mereka lihat.
"Xan, ayolah." Xander tidak bergerak bahkan Volna sudah mulai merasakan dengkuran halus yang menandakan Xander sudah pergi ke pulau kapuk.
"Monggo, ini minumannya. Jangan lupa di minum ya, pacarnya bos." salah satu pegawai mendatangi mereka berdua dan meletakan segelas air putih yang sedikit berembun itu.
"Eh, maaf enggak usah. Lagi pula saya di sini mau kerja enggak jadi pelanggan," tolak Volna merasa tidak enak bahkan dirinya tidak bisa bergerak karena Xander yang terus memeluknya.
"Santai aja, sama kita. Kita juga belum buka kok nanti bukanya jam Sembilan masih ada -," ucapannya berhenti lalu melirik ke jam tangannya.
"Masih satu jam, santai aja nanti juga ada Bos Vey yang handle kalau Bos Xander istirahat."
"Bos Vey, cewek?"
"Aduh, maaf jadi bikin salah sangka, Harvey namanya pacarnya pak Bos jadi dia cowok." Volna meringis dengan nama panggilannya yang aneh itu.
"Saya Volna kak, jangan panggil pacarnya Xander terus."
"Oh, maaf habis baru pertama kali ini Bos bawa pacarnya jadi kita semua agak kaget." Volna tersenyum kecil sambil memainkan rambut Xander, seperti kebiasaannya kalau Alan tidur di pahanya.
"Emm, boleh minta tolong enggak kak? Saya juga mau kerja, jadi Xandernya dipindahin gitu." Pegawai tersebut diluar dugaan menggelengkan kepalanya lalu tersenyum senang.
"Jangan Volna, Pak Bos jarang-jarang anteng gini, kita kerja sendiri bisa kok, kamu jagain pak Bos aja." pegawai tersebut langsung ngacir masuk ke dapur membuat Volna tidak bisa berbuat apa-apa, Volna pasrah dan akhirnya memutuskan untuk membuat daftar tugas yang akan dia lakukan di ponselnya sambil menunggu Xander untuk bangun.
"Yo! Maaf telat, jam weker saya tadi saya lempar ke kolam ikan jadi mati." suara teriakan menggema di seluruh cafe, seluruh pegawai langsung keluar dari dapur dan menyambutnya.
"Jam weker ke berapa Bos Vey? Kayaknya setiap hari deh," goda salah satu pegawai merasa akrab dan disambut gelak tawa yang lainnya.
"Ya, tinggal dihitung berapa hari saya bangun saja, sekali bangun satu jam weker," ucapan Vey membuat Volna yang mendengarnya ikut tertawa.
"Xander dimana?" Semua pegawai menunjuk Volna, lebih tepatnya Xander yang tidur di paha Volna membuat Volna menundukan wajahnya malu.
"Lo siapa?"
"Oh, saya pega-"
"Pacar gue." Xander yang sejak kapan membuka matanya menatap Vey segit sambil masih menidurkan kepalanya di paha Volna.
"Jangan dengerin dia, saya pegawai di sini. Baru kerja hari ini." Volna menutup mulut Xander dengan telapak tangannya agar diam lalu tersenyum ramah ke arah Vey yang masih menatapnya.
"Namanya?"
"Saya Volna," ucap Volna sambil berusaha berdiri walaupun tidak berhasil karena Xander menariknya kembali dan Vey yang melihatnya tersenyum lalu mengayunkan telapak tangannya, meminta jabat tangan.
"Harvey. Bos kedua di sini. Tapi, kalau bisa panggil saya Vey aja." Volna meraih jabat tangan Vey lalu tersenyum canggung.
"Saya panggil Bos Vey saja sama seperti yang lain." Volna yang merasa jabat tangan tersebut cukup hendak menarik tangannya tetapi langsung dicegah oleh Vey, dia menatap Volna agak lama.
"Kamu cantik juga, udah punya pacar?" tanya Vey tidak tahu diri, padahal Xander tadi langsung mengeclaim Volna miliknya.
"Heh, lepas tangan lo. Dia pacar gue enggak denger lo?" Xander menatap sengit ke arah Vey dan masih di posisi yang sama dia mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Vey dari tangan Volna.
Volna sendiri diam sambil berusaha untuk bergeser agar bisa lepas dari Xander yang masih tidur di pahanya.
"Gue tanya Volna, bukan tanya lo."
"Sama aja." Vey akhirnya melepaskan genggaman tangannya dan langsung memukul Xander kesal.
"Saya, saya mau kerja dulu. Permisi." Setelah berhasil Volna langsung berdiri membuat kepala Xander yang tidak siap langsung mengenai kursi. Melihat kejadian itu Vey tertawa puas sambil berbisik ke arah Xander, bisikan yang membuat Xander melotot.
"Saya harus bantu apa kak?"
"Kita udah selesai, Na, nanti bantu nerima tamu aja ya sama ngambil pesenan." Volna mengangguk ramah sambil masih membawa tasnya.
"Oh iya, untuk tas sama baju ganti masukin loker aja ya," sahut yang lain dengan nada bersahabat.
"Jadi, kamu pacarnya bos?" tanya seorang demi seorang sambil bergerombol di loker Volna, Volna meringis dia sendiri bingung antara menjawab iya dan tidak.
"Iya." jawaban singkat itu membuat Xander yang mendengarnya langsung tersenyum senang sementara Vey menepuk punggung Xander turut menyalurkan kebahagiannya.
***
Lanjut? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...