MFB 49 - Lipstik

17 3 30
                                    

HAPPY READING! 

Volna menepuk tangan Xander kemudian tersenyum. Xander menatap Volna karena tangannya terus dianiaya oleh tunangannya tersebut.

"Kenapa, sayang?" tanya Xander dengan nada halus. Kemudian Volna menghela napasnya.

"Anak SMA sekarang nakutin semua," ujar Volna kemudian memeluk lengan Xander.

"Mau dimajuin aja nikahannya? Besok aku sanggup." Xander membicarakan hal yang tidak masuk akal membuat Volna mengerjapkan matanya kaget dengan penuturan Xander barusan.

"Gila, ya?" Volna mengeplak Xander kemudian menggelengkan kepalanya tidak paham.

Xander mengacak rambut Volna gemas. "Kalau kamu mau majuin pernikahannya. Bilang aja, aku bakal atur."

Volna tersenyum. "Kapan beli jepit rambutnya?" Dia menyentuh kembali area belakang rambutnya dan tersenyum.

"Tadi, waktu kamu chat aku. Aku lagi jalan-jalan aja habis ketemu client juga. Terus nemu itu." Xander berbohong. Dia tidak pernah ada bertemu client. Dia ke mall sehabis melakukan kegiatan rahasianya.

"Makasih. Pasti mahal." Volna tersenyum sembari memeluk lengan Xander senang.

"Enggak, biasa aja sih." Xander menjawab sekenanya. Volna merasa ada yang salah.

"Xan. Kamu gendut an, enggak sih?" tanya Volna spontan tanpa filter. Xander menaikkan alisnya.

"Masa?"

"Iya, nih lengan kamu jadi lebih besar." Volna menekan lengan Xander membaut empunya langsung kelabakan.

"Perasaan kamu aja, ah. Udah, yuk. Makan siang aku laper." Xander mengalihkan pembicaraan membuat Volna menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

Mereka makan siang dengan tenang tanpa ada keributan seperti tadi. Setelah makan Volna menghela napas. Entah mengapa hari ini dirinya sering menghela napas.

"Kenapa, Nana?" tanya Xander setelah mengunyah suapan terakhir.

"Kalau semisal ada cewek yang terang-terangan kayak Jerico gitu, kamu bakal gimana?" tanya Volna jadi kepikiran sendiri. Xander tersenyum.

"Aku cium kamu di depan dia," jawab Xander dengan mantap membuat Volna memukul tunangannya itu jengkel.

"Jawabannya enggak pernah serius, loh!" Volna memaki membuat Xander bingung.

"Serius itu. Beneran."

"Bodo amat." Volna marah membuat Xander kebingungan karena Volna berdiri dari sana meninggalkan dirinya.

***

Volna menelepon Xander berturut-turut. Namun, tidak kunjung mendapatkan jawaban. Ini hari penting untuk mereka, tetapi laki-laki yang seharusnya menemani dirinya tidak kunjung datang.

Setelah telepon entah yang kesekian akhirnya suara Xander terdengar dari seberang sana.

"Maaf, Na. Bisa ke kantor aku enggak, ya? Penting banget." Setelah mengucapkan itu teleponnya dimatikan sepihak.

Volna segera ke kantor karena merasa ada yang aneh di sana. Dengan perasaan was-was dirinya naik ke lantai atas dan membuka pintu ruangan dimana Xander berada.

Di sana hanya ada Xander yang sedang duduk dan seorang wanita di sana. Volna tidak paham dengan situasinya. Dia melihat ke arah Xander dan wanita itu bergantian.

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang