MFB 52 - Mimpi Kita

30 3 34
                                    

HAPPY READING!

Volna menunduk dirinya meminta maaf atas kejadian memalukan yang tadi dia lakukan. Sangat memalukan kalau Volna mengingat bahkan kutek kukunya sudah hancur lebur karena ulahnya.

"Apakah saya semirip itu dengan ayahmu?" tanya Pak Cello kemudian tertawa tampaknya dia tidak terlalu menakutkan.

"Iya. Kalian mirip." Volna mengusap air matanya menghapus sisa-sisa air mata miliknya.

"Lalu, dimana ayahmu sekarang?" tanya Pak Cello dengan penasaran.

"Di Surga, Pak." Volna tersenyum lirih membuat Cello jadi merasa bersalah.

"Bapak tidak perlu meminta maaf karena kematian ayah saya bukan karena bapak," ujar Volna seolah membaca pikiran Pak Cello.

Pak Cello tampak diam seolah dirinya mengetahui sesuatu. "Kamu umur berapa?" tanya Pak Cello kembali membuat Volna mendongakkan kepalanya.

"Umur dua puluh tiga. Ayah saya sudah pergi sejak saya SD." Volna menjelaskan kemudian tersenyum tipis. Dirinya sangat kangen dengan ayahnya.

"Seperti kembaran saya. Dia meninggalkan istri dan anaknya saat anaknya masih kelas tiga atau empat SD. Sayangnya saat itu saya tidak bisa datang ke pemakamannya karena ada urusan mendadak." Pak Cello bercerita membuat Volna jadi beransumsi yang tidak-tidak.

"Apa kembaran bapak namanya Rio?" tanya Volna dengan hati-hati membuat Cello terkejut begitu mendengar pertanyaan Volna.

"Bagaimana kamu tau?" tanya Cello membuat Volna tersenyum merekah kemudian memandang Xander yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka sembari terus memeluk Volna.

"Itu nama ayah saya." Volna menjelaskan sekarang kemungkinannya menjadi jelas pemikiran Volna yang awalnya dia pikir merupakan hal yang tidak mungkin malah sekarang menjadi mungkin.

"Kamu dan mamamu hidup enak, kan? Saya selalu mengirimkan kalian uang agar kalian bisa hidup bahagia itu juga sebagai permintaan maaf saya yang paling dalam karena tidak bisa mengunjungi kembaran saya sendiri. Bahkan kalian tidak bisa dihubungi saya sudah bingung harus mencari ke mana." Pak Cello duduk mendekati Volna dan memegang tangan Volna.

"Jadi, warisan ayah saya itu dari Om?" tanya Volna membuat Cello menganggukan kepalanya. Sekarang jadi terasa jelas awalnya Volna tidak memikirkan hal itu tapi jumlah tabunganya bertambah setiap bulannya.

Dengan kondisi ekonomi mereka yang dulu rasanya tidak mungkin ayahnya mempunyai uang sebanyak itu apalagi itu bertambah setiap tahunnya.

"Biarkan Om bertemu dengan mamamu. Om akan mengurusi kalian selamanya." Pak Cello berbicara dengan senang karena dirinya berhasil bertemu dengan anak dari saudara kembarnya.

" Volna sudah berada di keluarga kami mama Volna sendiri sudah membuat Volna bersama dengan adiknya. Jadi, saya harap Om tidak perlu mencari dia lagi," ujar Xander angkat bicara karena merasa hal ini perlu untuk dia jawab.

Xander tidak mau ibu dari Volna yang mengganggu kehidupan mereka muncul kembali dan menganggu pernikahan mereka.

"Apa yang dilakukan dia sampai membuat dia membuang anaknya sendiri?" tanya Pak Cello tidak menyangka dengan penuturan dari Xander.

"Papa meninggal bukan hanya karena keadaan ekonomi kami tetapi, dia berselingkuh dengan orang yang lebih kaya dihadapan papa membuat papa jadi bertambah parah semakin harinya." Volna menjelaskan sembari menggenggam jari jemarinya sendiri. Dia tidak boleh menangis karena hal tersebut. Volna yang sekarang harus kuat  karena dia sudah dewasa.

Pak Cello tampak marah dirinya tidak terima begitu mendengar cerita dari Volna yang membuat hatinya terasa diremas. Kembarannya sangat miris kematiannya harus dibalaskan dengan setimpal.

"Ini kartu nama saya. Hubungi saya kalau ada apa-apa mengingat kita adalah keluarga." Pak Cello memberikan kartu nama miliknya dan di terima oleh Volna dengan sopan.

"Baik, saya ada urusan saya tidak bisa terlalu lama di sini. Volna kamu bisa mengandalkan saya." Pak Cello kemudian menepuk pundak Volna sayang dan Xander menjabat tangan Pak Cello dengan senang.

"Jangan sakiti keponakan saya." Pak Cello berpesan sebelum mobilnya pergi meninggalkan kantor Xander.

Xander memeluk Volna kemudian menatap perempuan itu dengan sayang. "Mau pulang?" tanya Xander dan dijawab dengan anggukan oleh Volna.

Volna sepanjang perjalanan hanya melihat ke arah luar memperhatikan awan dan pepohonan yang dilewati oleh mobilnya.

"Nana, seminggu lagi kita nikah mau undang Pak Cello buat jadi pendamping kamu pengganti papa?" tanya Xander memecah keheningan. Volna langsung melihat ke arah Xander dan dijawab dengan anggukan mantap.

Xander tersenyum ketika Volna sudah ceria tidak seperti tadi yang murung dan jadi pendiam. Xander mengacak rambut Volna dengan gemas membuat Volna tertawa karena diperlakukan hangat oleh Xander.

***

Malamnya Volna mengoleskan kuteks berwarna bening ke kuku Xander. Awalnya Xander menolak, namun melihat wajah Volna yang memohon membuat dia akhirnya menyetujuinya.

Xander menonton televisi sembari menunggu Volna yang sibuk menghias jarinya. "Udah cerita ke mama kalau ketemu sama Pak Cello?" tanya Xander memulai pembicaraannya dirinya tidak bisa fokus ke arah televisi karena tangannya merasa dingin saat Volna dengan telaten mengoleskan cairan kuteks ke kukunya.

"Sudah. Alan juga udah tau dia bahkan langsung minta teleponan sama Om Cello di kamar." Volna tersenyum senang sembari wajahnya berfokus ke arah jemari Xander.

"Baguslah, mimpi Nana tercapai, ya akhirnya." Xander tersenyum tipis membuat Volna mendongakkan kepalanya menatap Xander yang juga sedang menatap dirinya.

"Nana berharap papa dampingin waktu nikahan, kan?" tanya Xander menjelaskan membuat Volna menaikkan alisnya.

"Kok tau?" tanya Volna membuat Xander terkekeh geli.

"Xanxan tau segalanya tentang Volna. Soalnya Xanxan cinta sama Nana." Xander menjawab dengan tersenyum ingin mengacak rambut Volna, namun urung karena jemarinya sedang dalam proses pengeringan cairan dirinya tidak mau rambut Volna menjadi korbannya.

"Makasih Xan. Kamu yang buat aku bisa jadi yang sekarang. Kamu yang selalu wujudin semua mimpi aku." Volna tersenyum tipis kemudian menutup botol kuteksnya dan memeluk lengan Xander.

"Cuma Nana juga yang bisa wujudin mimpi aku." Xander berbicara, namun fokusnya ke arah televisi yang sedang menampilkan sebuah drama.

"Apa? Aku enggak pernah merasa bantu kamu apa-apa Xan." Volna bertanya membuat Xander tersenyum.

"Seminggu lagi terwujud mimpi aku. Nikah sama kamu. Cuma kamu yang bisa wujudin mimpi itu," kata Xander kemudian menengok ke arah Volna dan mencium pipi Volna secara tiba-tiba.

Wajah Volna memerah memang laki-laki ini yang bisa melakukan hal-hal romantis dan kata-kata gombal di setiap ucapannya.

"Nyebelin. Raja gombal." Volna menyenderkan kepalanya ke bahu Xander dan melihat ke arah televisi.

"Thank you, My Favorite boy." Volna berbicara dengan suara kecil membuat Xander tidak begitu jelas mendengarnya karena kalah dengan suara televisi yang menyala.

"Apa, Na?" tanya Xander bertanya dan Volna hanya menggelengkan kepalanya pertanda tidak membicarakan apapun.

Malam ini, hanya suara televisi dan kedua orang yang terlelap tidur dengan kedua tangan yang saling bertautan.

***

End

Hi! Terima kasih sudah mengikuti cerita ini sampai akhir. Akan ada beberapa ekstra part buat kalian yang masih belum puas sama romantisnya Volna dan Xander.

See you di extra part!

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang