MFB 14 - Istrinya ya, Mas?

140 22 118
                                    

HAPPY READING!

Xander menepuk pelan punggung Volna, ingin membuat Volna tertidur dan tenang. Volna mencengkram kuat tangan Xander tidak ingin melepaskannya. Dia takut karena sesuatu yang dilepas tidak akan kembali lagi ke tangan Volna. Pelukan dan perlakuan Xander yang menepuk punggungnya membuatnya tenang dan akhirnya terlelap ke mimpi indah.

Sudah setengah jam kira-kira mereka terjebak di sana dan masih banyak orang yang berteriak-teriak. Belum ada pergerakan sama sekali dari tadi. Xander ikut memejamkan matanya setelah Volna tertidur, dia yakin Volna kecapean.

Xander memejamkan matanya ikut terlelap. Entah sejak kapan listrik itu kembali hidup dan bianglala berputar hingga posisi kotak Xander berada di bawah. Petugas membukanya dan terlihat panik takut ternyata mereka berdua pingsan.

"Permisi mas mbak. Maaf atas ketidaknyamanannya. Listriknya sudah hidup jadi mas mbak bisa keluar." ungkap petugas itu setelah berhasil membangunkan Volna dan Xander yang masih terlelap.

"Eh, Alan." Volna segera sadar mengingat adiknya masih di tempat mandi bola Xander yang masih setengah sadar ikut tertarik karena tangan mereka masih berpegangan.

"Pelan-pelan Na." Xander berjalan agak terseret karena posisinya dia masih setengah sadar dan Volna berlari panik.

"Kalau Alan ilang gimana?" Volna sedikit berteriak kesal dia ketakutan, takut Alan diculik dan kemungkinan hilang. Xander hanya diam, dia merasakan tangan Volna yang masih menggenggamnya bergetar ketakutan.

"Adik saya, adik saya mana mbak?" Volna berbicara gusar sementara petugas di sana menautkan alisnya bingung.

"Maaf, adiknya yang mana ya kak? Tadi pergantian shift soalnya."

"Kak Naa!" Alan berteriak sambil melambaikan tangan lalu terpeleset di bola-bola dan tertawa dia segera berdiri dan menghampiri kakaknya itu.

"Oalah adiknya yang ini ya? Ini masih sisa setengah jam kak soalnya tadi mati lampu agak lama dan trampolinnya gasnya habis." Xander yang daritadi diam akhirnya angkat bicara.

"Alan, main di sini dulu ya. Nanti Kak Xan balik ke sini beli arum manis." Mata Alan berbinar mendengar kata arum manis diucapkan dia langsung berbalik arah dan kembali bermain di sana.

"Nana ayo." Xander mengandeng tangan Volna yang sempat terlepas dan bergegas ke tempat penjual arum manis.

"Mas, saya beli dua ya–" Xander mendongak lalu menunjuk dua warna yang berbeda yang tergantung di sana "yang biru sama yang pink ya mas." Tukang arum manis itu mengacungkan jempolnya dan mereka dipersilahkan untuk duduk terlebih dahulu di kursi terdekat.

"Xander mau makan juga?" Volna yang hanya diam sedaritadi melihat sekitar menatap Xander begitu mereka duduk di bangku yang tersedia.

"Buat Nana."

"Mahal Xan, mending nyemilin gula pasir." Volna berbisik, takut abang gulali itu mendengar ucapannya.

"Murah kok, santai aja," ucap Xander meremehkan lalu meraih tangan Volna menyalurkan kehangatan dari tangan Volna yang dingin.

Volna enggan berdebat dia menguap karena masih mengantuk dan memejamkan matanya sebentar, baru beberapa menit dia sudah pergi ke alam mimpi. Entah berapa lama dia tertidur tapi dia sudah berada di dalam mobil dengan sabuk pengaman yang sudah dipasangkan. Dia terlalu lelah, sampai sadar kalau Alan dan Xander sudah keluar dari dalam mobil.

Volna segera melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobilnya dan mendengar suara percakapan.

"Enakkan, daripada di pasar malem rame Alan, nanti bisa aja arum manisnya disenggol orang."

"Enak Kak Xan. Tapi pengen lagi." Alan merenggut ketika tangannya meraih permen kapas yang merupakan bagian Volna ditarik oleh Xander secepat kilat.

"Alan nanti giginya sakit loh kalau makan banyak-banyak." Xander memperingati dan dibalas Alan dengan cembikan kecil.

"Kasih aja Xan," ucap Volna akhirnya setelah dia keluar dan menyimak pembicaraan mereka berdua dengan asik.

"Tap–" ucapan Xander dipotong oleh Volna dengan perkataan yang membuat Alan tidak menginginkan arum manis itu lagi "Biar manisnya Alan ilang, kalah sama arum manis."

"Alan yang paling manis Kak Na," ucap Alan narsis, pasalnya dari kecil Volna selalu bilang Alan lucu dan manis apalagi ketika dia sedang mengerjakan tugas ataupun belajar alhasil, kini Alan sangat tidak suka kemanisannya dibilang akan hilang dan dikalahkan dengan permen kapas yang manisnya biasa saja di mulut Alan.

"Habis makan yang manis, minum air putih dulu ya."  Alan mengangguk walaupun masih memajukan bibirnya kesal dan Volna tertawa puas, Volna membuka pintu rumah untuk mengambil sebotol air dan diikuti Xander dan Alan di belakangnya.

Sesampainya di sana, Volna meletakan kunci di meja dan menyusul Alan yang sudah lebih dahulu lari ke dapur dan menuang air dengan hati-hati.

"Sikat gigi dulu sama mandi." Volna memperingati tingkah laku Alan yang hendak berlari masuk ke dalam kamarnya.

Volna sudah mandi tadi di cafe setelah rapat selesai, tetapi Alan belum karena tidak membawa baju ganti dan dia tadi beralasan takut arum manisnya tutup. Alan segera masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan air hangat yang membuat dia menggosok tubuhnya dengan gembira.

"Sini Xan. Kamu pasti capek." Tangan Volna menepuk kursi di sebelahnya dan Xander duduk di sebelah Volna dan memejamkan matanya.

"Tadi, aku kayaknya di tukang arum manis. Kenapa jadi di dalem mobil? Kamu gendong aku?" Volna memulai pembicaraannya dan menggeser badannya menatap lawan bicaranya penasaran. Lawan bicaranya hanya mengangguk agak ragu kalau diingat-ingat dia jadi kesal walaupun lumayan puas melihat hasilnya.

Xander yang menunggu arum manis dibuat sambil bersenandung kecil, belum beberapa menit kepala Volna sudah berada di bahunya memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi.

Napas cewek yang berstatus pacarnya itu terasa sampai kulitnya karena jarak yang berdekatan. Xander mencium wangi rambut Volna yang masih terasa entah baunya apa tetapi itu sangat menyegarkan membuat tangan cowok itu mengelus kepala Volna sayang.

"Istrinya, ya Mas? Cantik banget." Seseorang entah siapa mendekat lalu melihat Volna terus menerus membuat Xander menggeram dan menatap nyalang, persis seperti anjing yang menjaga pemiliknya.

"Astaga Mas, jangan galak-galak saya udah punya istri juga. Enggak bakal direbut juga istri masnya." Mas - mas itu menunjuk seorang perempuan yang sedang memesan arum manis dengan baju senada milik mereka.

"Emang masnya mau dibilang istrinya cantik sama orang lain?" Xander masih menatap waspada dan memeluk Volna dengan erat takut pacarnya itu hilang diterkam oleh makhluk menyebalkan di depannya.

"Ya enggak sih, tapi istrinya beneran cantik. Saya cuma sebagai cowok menyampaikan aja Mas enggak ada niatan merebut. Aduh jadi salah paham." Cowok itu panik dan gelagapan sendiri membuat istri cowok itu mendekat dan bertanya heran ke arah suaminya.

"Di jaga mbak suaminya, ngelirik istri orang lain terus." Xander memulai cibiran pedasnya membuat laki-laki itu salah tingkah alhasil telinga laki-laki itu menjadi target sasaran istrinya.

"Mampus."

***

Lanjut? Yes or no?

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang