MFB 34 - Rumah sakit

110 14 42
                                    

HAPPY READING!

"Maaf, pasien masih tidak sadarkan diri dan kami menemukan sebuah masalah yang memungkinkan keduanya mengalami hilang ingatan. Kami akan meninjau lebih lanjut untuk menanganinya. Kami pamit terlebih dahulu." Para Dokter dan suster itu langsung bergegas pergi dengan agak buru-buru.

Mama Xander menangis dia tidak bisa kehilangan Volna dan Xander begitu saja, kalau keduanya hilang ingatan takutnya Volna tidak akan mengenal Xander begitu pula sebaliknya.

"Nyonya, bisakah kita menunggu saja di sana. Lantainya dingin Nyonya nanti Nyonya sakit." Sherly memapah Mama Xander untuk duduk di bangku lagi.

Sudah seminggu dan mereka tidak kunjung bangun membuat Mama Xander menjadi tidak sehat tidak pernah tidur dengan nyenyak dan menolak untuk makan. Papanya juga sudah pulang, meninggalkan semua pekerjaannya.

Ini pagi hari dan Mama Xander menopang kepalanya sambil menutup mata, salah satu tangannya menggenggam tangan Xander. Berharap kedua anaknya itu bangun, kepalanya sudah pusing kemarin karena ibu dari Volna memaksa untuk melihat Volna dengan tujuan Volna menandatangani surat warisan ayahnya dalam kondisi anaknya tidak sadar, ibu macam apa dia? Volna yang begitu baik hati mempunyai ibu seperti dia, Mama Xander sangat menyayangkan hal itu.

Tangan yang digenggam Mama Xander bergerak membuat Mama Xander bangun dan melihat kondisinya.

"Xander? Xander udah bangun?" Mama Xander menangis dan menekan tombol untuk memanggil dokter. Wanita paruh baya itu terus menggenggam, dia sangat kangen dengan keberadaan anaknya itu tidak lama dokter datang dan memeriksa Xander dengan seksama.

Mama Xander menatap Volna, berharap cewek itu juga bangun dari tidur panjangnya tapi, cewek itu masih terbaring tidak ada pergerakan apapun.

"Xander makan dulu yuk, ini bubur kesukaan kamu." Setelah Xander bangun kemarin mamanya langsung ingin membuat bubur kepiting, Xander tersenyum dan cemberut.

"Enggak mau Ma, Xander mau pulang." Xander menggeleng, dia malas berada di rumah sakit ini suasananya menyebalkan dan cafenya bahkan sudah tidak terurus.

"Kamu juga baru sadar hari ini Xan, Volna juga belum ada tanda-tanda bangun." Mamanya berusaha menasehati sambil menyodorkan sesendok bubur hangat.

"Volna terus perasaan Ma, siapa sih dia? Rese banget." Xander mendumel dan akhirnya menerima suapan mamanya.

"Mungkin sekarang kamu enggak inget Xan, tapi dia itu pacar kamu loh," ucap Mamanya sambil kembali menyendok bubur dan meniupnya.

"Sejak kapan Xander punya pacar yang mukanya kayak dia? Jelek terus itu mukanya kelihatan enggak terawat, kalau Mama mau jodohin orang cari yang cantik dong." Xander berkomentar pedas, tangannya mengambil alih mangkok buburnya dan makan dengan kesal, sesekali melirik cewek yang masih tertidur disana.

“Volna cantik kayak gini dibilang jelek. Lagi pula, kamu ya yang bawa ke Mama. Menantu mama kamu giniin mulu nanti pulang sendiri loh ya." Xander cemberut, sejak kapan ada cewek yang berhasil masuk ke dalam hatinya malah ceweknya jelek lagi.

Mamanya pamit untuk keluar, hendak membeli makan malam setelah memastikan Mamanya pergi cowok itu buru-buru untuk melihat cewek yang dimaksud oleh Mamanya untuk melihat dari dekat.

Wajah perempuan itu terlihat damai dengan penuh luka di wajah, perban menutup wajahnya dahinya diberikan perban yang lumayan banyak. Dia bahkan tidak mengingat wajah itu sama sekali, kapan mereka bertemu dan saling jatuh cinta?

"Gue curiga, heh cewek jelek lo pura-pura tidur ya." Xander mengomel di depan ranjang Volna sambil berkacak pinggang. Menatap cewek itu lama, siapa tau cewek itu akhirnya mengaku kalau dia pura-pura.

"Mama gue lo tipu ya, curiga sih gue. Sejak kapan cewek jelek kayak lo bisa pacaran sama gue. Enggak lagi gue kecelakaan kayak gini." Xander kesal dan berjalan kembali ke kasurnya, baru beberapa langkah cowok itu membalikan badannya untuk melihat Volna yang masih diam saja.

Xander menidurkan kepalanya di bantal dan mengambil ponselnya banyak chat yang tidak penting, dia hanya membuka pesan dari Fey untuk mengabarkan bahwa dia sudah sadar.

Akhirnya lo sadar, pacar lo gimana?

Siapa?

Gue mau sebut namanya ntar lo bogem gue lagi

Sejak kapan gue nonjok lo?
Siapa?

Lo amnesia? Volna woi

Kata nya sih emang gue ada amnesia dikit, tapi lo yakin itu cewek pacar gue? Jelek gitu

Emmm, semoga di ditonjok.
Menurutku gue Volna cantik banget tapi ya gue enggak suka embat pacar temen

Mata lo udah katarak? Urusin itu cafe. Gue bogem beneran lo

Udah pernah di bogem padahal mit amit jangan lagi
btw, pacar lo itu kerja di tempat kita

Hah? Sejak kapan gue open pegawai?
Gue baru bangun jangan ngada-ngada lo

terserah deh, bye

Xander kesal dia menarik selimutnya dengan kasar, memang Volna itu siapa sampai Fey saja mengakui kalau Volna adalah pacarnya.

Ya, Xander berharap cewek itu segera bangun untuk dia tanya. Memang benar dia jatuh cinta dengan cewek yang asal usulnya bahkan dia tidak tau? Apa ini mimpi?

"Masa sih dulu gue pacaran sama lo," ucap Xander setelah turun lagi dari kasurnya dan berdiri di kasur Volna, berkacak pinggang masih menginterogasi.

"Anggap aja di masa lalu gue kerasukan, yang pasti gue nggak bakal pernah suka sama lo." Selesai mengucapkan itu, generator detak jantung itu mulai tidak beraturan membuat Xander melotot melihat garis yang semakin lama semakin lurus. Xander segera memencet bel berkali-kali dia panik membuat Xander berlari keluar dengan infus yang dia langsung cabut dan berteriak memanggil dokter.

Volna segera dibawa ke unit gawat darurat dan Xander berlari mengikuti brankar Volna terlihat wajah paniknya tapi belum sampai tempatnya kakinya lemas dan dia tersungkur ke lantai yang dingin. Xander memaksakan kakinya untuk berdiri dan dia dengan sekuat tenaga berlari lagi dengan terhuyung dia berhasil berlari beberapa langkah dan kembali tersungkur. Suster disana langsung memapah Xander dan menarik kursi roda ingin mengembalikan Xander ke ruangannya tapi cowok itu menolak dia ingin melihat Volna.

"Maaf, tapi infus kakak lepas sehingga tangan kakak jadi berdarah kita harus mengobatinya. Mohon untuk mengikuti prosedur yang ada." Xander diam, tidak bisa apa-apa dia akhirnya pasrah duduk di kursi roda.

Volna berada di tempat yang berbeda dan berusaha untuk berjuang hidup, kata-kata Xander membuat separuh keyakinan Volna untuk kembali menghilang. Volna tidak tau siapa yang berbicara tapi mendengar seseorang mengatakan seperti itu membuat Volna merasa tidak dicintai dan tidak berharga.

Kepala Volna diusap oleh seseorang, Volna mendongak dan menemukan ayahnya. Dia langsung memeluknya sampai menangis tersedu-sedu.

"Ayah kenapa ninggalin Volna? Volna enggak mau ada di sini, Volna mau ikut ayah aja. Tempat ini dingin dan enggak ada yang merangkul Volna sehangat papa. Volna ikut Papa ya?" Ayahnya menatap Volna sendu dia hanya diam dan menatap putrinya sayang.

***

Lanjut? Yes or No?

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang