HAPPY READING!
Mereka sampai di rumah Volna, Volna hendak turun untuk membuka pagar tetapi dicegah. Sopir itu turun dan membukakan pintunya membuat dia turun dengan agak kikuk.
"Saya bisa sendiri kok Pak, enggak apa-apa." Volna turun dengan agak tidak enak, dilayani seperti itu membuat dia merinding.
"Tugas saya Non, ayo masuk dulu saya tunggu sini saja." Sherly melangkah mengikuti Volna yang membuka pintu pagar rumahnya.
Beberapa saat Sherly sudah membawa koper berwarna biru muda dengan penuh senyuman sementara Volna yang masih sibuk meminta untuk dia saja yang membawa tetapi gagal.
"Sudah Nona?" Volna mengangguk lalu Sopir itu sudah mengambil koper itu dan memasukkannya ke dalam bagasi. Mereka masuk ke dalam mobil dan kembali ke kediaman Xander.
"Gimana kalau manggilnya jangan Nona? Agak enggak terbiasa gitu sayanya." Volna mengusap kepalanya yang tidak gatal sementara Sherly dan Sopir yang Volna belum diketahui namanya itu menggeleng berbarengan, membuat Volna langsung bertanya.
"Kenapa?"
"Nanti kami dimarahi Nyonya." Sherly memaparkan alasannya dan langsung disetujui oleh Sopir itu.
"Atau Nona mau dipanggil Nyonya saja? Jadi nanti kami memanggilnya Nyonya Xander." Volna langsung melotot dan menolaknya dengan cepat.
"Tambah aneh, panggil saya Volna aja, atau Na boleh atau Vol juga boleh." Volna mengacungkan jari jempolnya dan tersenyum. Setelah beberapa lama akhirnya mereka menyetujuinya.
Mereka sudah sampai di kediaman Xander dan mereka turun, kali ini Volna langsung bergegas untuk keluar mencegah sopir itu membukakan pintu.
"Tugas saya."
"Enggak apa-apa Pak, saya bisa sendiri." Volna menganggukan kepalanya kecil, agak sungkan lalu menutup pintu dengan perlahan. Kalau sampai tergores mungkin gajinya satu tahun tidak bisa dia gunakan untuk membayar kerusakan mobil itu.
Saat mereka masuk bau wangi sudah memenuhi ruangan Mama Xander sudah berganti pakaian dengan baju yang menurut Volna sangat cantik dia sendiri jadi agak minder melihat kaosnya yang sudah berbau tidak sedap.
Koper miliknya sudah dibawa oleh Sherly Volna agak tidak enak hati dia tidak terbiasa dilayani.
"Eh Volna, mandi dulu ya. Habis itu turun makan." Volna mengangguk sopan dan permisi untuk masuk ke dalam kamarnya diikuti dengan Sherly yang menarik kopernya masuk ke dalam.
Volna membangunkan Alan dan memintanya untuk sadar terlebih dahulu lalu dia masuk ke dalam kamar mandi dan memakai seragamnya dengan rapi. Volna meminta untuk Alan turun setelah dia selesai nanti dan Alan menjawabnya dengan acungan jempol.
"Eh iya Na, minta tolong bangunin Xander ya?" Volna aslinya hendak menolak tetapi merasa tidak enak juga, dia akhirnya menyetujuinya dan bertanya dimana letak kamar pacarnya itu.
Setelah menemukan, Volna mengetuk sebentar pintu itu dan membukanya. Kondisinya masih gelap Volna meraba untuk mencari saklar lampu dan akhirnya dia menemukannya.
Xander masih terlelap di kasurnya, Volna mendekatinya dengan perlahan dan mencari alat yang bisa dia gunakan untuk membangunkan Xander.
Volna mengambil tongkat pendek entah apa kegunaannya berada di kamar Xander tetapi itu berguna, Volna menusuknya perlahan untuk membangunkan Xander tidak ingin membuat kontak fisik dengannya.
"Xan, bangun yuk. Sekolah." Volna masih gencar untuk menusuknya sementara cowok itu tidak bergeming dia masih terlelap. Setelah beberapa kali Volna menusuknya akhirnya Xander bergerak, bukannya bangun dia malah tambah merapatkan selimut miliknya.
"Xander ayo bangun nanti tel– Aaa." Volna tidak bisa kalau tidak berteriak, dia terlalu terkejut dengan tongkat yang ditarik oleh tangan Xander dengan kuat dan tubuhnya yang ikut jatuh, tongkat itu sudah dilempar oleh Xander ke sembarang arah sementara tubuh Volna sudah berada di pelukan Xander baru hendak bangun, Xander menahannya.
"Xan, bangun kamu ngapain." Volna berusaha melepaskan diri tetapi Xander tetap diam, Xander semakin mengeratkan pelukannya membuat Volna tidak bisa bergerak sama sekali.
"Kamu nggak pake baju ya?" Wajah Volna memerah seketika ketika merasakan tubuhnya menempel di kulit Xander, Xander sendiri tersenyum masih memejamkan matanya.
"Nana diem ih, Xanxan mau tidur."
"Seragam aku kusut nanti, ayo bangun dulu." Xander menggeleng masih melingkar di perut Volna.
"Lima menit lagi ya? Xanxan masih ngantuk."
"Malu Xan, udah besar juga. Ayo ih bangun." Volna memukul tangan Xander yang masih setia melingkar di perutnya.
"Xander, kalau enggak bangun. Nana mogok ngomong sama Xander." Xander langsung bangun dan mengangkat tubuh Volna yang menurutnya ringan, dia sudah bangun tetapi matanya masih menutup dan kini tubuhnya bersandar di bahu Volna sambil terus memeluknya.
"Xan, lepasin." Nada mengancam dilontarkan membuat Xander akhirnya melepaskan lingkaran tangannya dan cemberut Volna sendiri langsung bergegas berdiri dan merapikan seragamnya baru hendak memarahi Volna langsung menutup wajahnya.
"Kenapa Nana?"
"Pake bajunya dulu."
"Udah aku masukin ke keranjang cucian Na."
"Ya udah, itu anu. Aku aku keluar dulu." Volna gelagapan dan menutup wajahnya sesekali tersandung sesuatu yang bahkan dia tidak tahu Xander sendiri tertawa melihat sikap pacarnya itu.
"Cantik banget kesayangannya Xanxan." Xander bergelung di selimut lagi dan memukul bantalnya, gemas dengan muka Volna yang tadi memerah.
Setelah puas akhirnya dia berdiri dan mengusap rambutnya lalu berjalan ke kamar mandi.
"Arghh, gue tadi bau juga seenaknya meluk-meluk Nana." Xander mengomel frustasi sambil memakai seragam sekolahnya, lalu mengambil parfumnya dan menyemprotkannya sedikit lalu memasukannya ke dalam tas.
Xander turun dan melihat kegiatan mereka berdua yang akrab, Volna yang manis dan mamanya yang cantik.
"Pagi Mama sama Nana sayang." Xander memeluk mamanya dan hendak merangkul Volna tetapi Volna langsung menghindarinya.
"Ih, kok enggak mau."
"Bayi banget kamu Xan. Sama mama aja enggak se alay itu." Mama Xander menopang dagunya dan menatap Xander yang sedang kasmaran.
"Sama pacar sendiri enggak apa-apa dong. Papa juga biasanya alay kan?" Xander memprotes lalu duduk di sebelah Volna masih cemberut karena tidak bisa memeluknya.
Alan turun dengan seragam dan tas lengkap bersiap untuk ke sekolah Alan duduk di sebelah Volna dan mengucapkan selamat pagi ke arah Mama Xander yang langsung disambut dengan hangat.
Mereka makan dengan agak ricuh ini disebabkan karena Xander yang memprotes dan tidak terima dikatain mamanya alay dan Volna yang sesekali tertawa melihat keharmonisan keluarga Xander. Alan sendiri tidak bisa berbicara mulutnya selalu penuh karena makanan.
"Ayo, berangkat." Xander sudah menggandeng Alan dan Volna berdiri berpamitan dengan Mama Xander mengantarkannya sampai ke mobil yang sudah dikeluarkan oleh supir mamanya.
"Nana, buku paket kamu ketinggalan." Sherly berlari sambil sedikit berteriak membuat Xander dan Mamanya menatap Sherly tajam.
"Panggilnya Nona," ucap Mama Xander mengingatkan semantara Xander menatap pengurus rumah tangga itu tajam.
"Siapa yang nyuruh manggil Nana?" Atmosfer di halaman menjadi memanas, Sherly yang panik dan dua orang yang merasa kesal. Para pengurus rumah tangga yang lain gelisah.
***
lanjut? Yes or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...