HAPPY READING!
Mereka pulang, lebih tepatnya menuju rumah makan entah kenapa kali ini Alan yang membuat permintaan. Katanya dia ingin makan mie ayam yang diberi bakso goreng.
"Alan, pelan-pelan makannya. Udah besar kenapa makan masih belepotan?" Volna mengambil tisu dan mengelap pipi Alan yang terkena percikan kuah, sepertinya itu karena Alan yang menyruput mienya kuat-kuat membuat tempat di sekitarnya ikut terkena percikan kuah tersebut.
"Biar cepet ke pasar malam Kak Na. Nanti Alan enggak bisa beli arum manis."
"Makan pelan-pelan nanti kita beli arum manis, arum manisnya kan enggak pergi ke mana-mana." Alan menggeleng, bandel. Dia sudah lama tidak makan kembang gula yang membuat dirinya merasa berada di luar angkasa, melayang-layang dan bebas untuk bergerak.
Alan kembali menyruput mienya kuat-kuat kali ini kuah mie itu sampai ke punggung tangan Volna, membuat Volna menatap tajam Alan memperingatinya.
"Alan, kalau kayak gitu lagi nanti kejadian kayak yang itu loh." Alan langsung berhenti menyeruput mienya dia diam dan makan dengan tenang.
"Kejadian apa Na?" Xander bertanya, setelah lama diabaikan.
"Oh itu, Alan itu paling enggak tahan dipegang, kalau dipegang itu geli gitu. Dulu pernah karena dia nakal aku gelitikin gitu, bandel soalnya terus dia mengompol di celana." Xander mengangguk paham sementara Alan cemberut.
"Ih, Kak Na kok diceritain Alan kan malu. Pokoknya Alan enggak mau dicium Kak Na lagi."
"Alan ngambek ya mainnya, pokoknya nanti kak Na cium sambil Kak Na gelitikin biar ngompol lagi loh." Alan menjerit tertahan ketika tangan kakaknya itu mendekat.
"Makanya, jangan bandel." Volna tertawa merasa ancamannya berhasil dan kali ini seseorang di depannya menyruput mienya dengan kencang, seolah sengaja mencipratkan kuah itu ke tangan Volna.
"Xander, ngapain ngikutin Alan? Bandel banget." Volna menarik tisu agak kasar dan mengelapnya dengan kesal dan kembali mengunyah mienya.
"Kalau Alan enggak mau, aku aja yang dicium Na." Jawaban Xander membuat Volna berhenti mengunyah mienya dan menatap Xander lama.
"Lo gila?" Volna berkata sambil sedikit menaikan nada bicaranya membuat Xander tersenyum puas, merasa berhasil menggoda Volna.
"Gila banget. Soalnya enggak disayang sama Nana." Xander tersenyum menggoda Volna yang masih melotot.
Senyuman Xander membuat hati Volna berdesir hangat entah ini efek dari kuah mie ayam yang panas atau dia yang merasa kepanasan.
***
Mereka sudah membayar makanannya, walaupun saat membayar makanan mereka berdebat panjang dengan hasil Volna yang menang, alias Volna yang membayarnya. Xander sendiri kesal dia tidak bisa mengeluarkan uangnya untuk Volna. Di dalam mobil diisi dengan keheningan karena Xander masih mendumel dalam hati, Volna yang enggan untuk memulai pembicaraan dan Alan yang senyum-senyum membayangkan akan merasakan pasar malam.
Volna yang lelah akhirnya memejamkan mata sebentar, niatnya sih istirahat sebentar itung-itung mengisi energi biar Alan bisa pergi ke mana-mana. Tapi karena kelelahan akhirnya dia tertidur dan Xander yang masih fokus ke jalanan meliriknya lalu tersenyum samar.
"Alan, tutup matanya ya," ucap Xander berbisik setelah mereka memarkirkan mobilnya di parkiran pasar malam yang sangat ramai. Alan sendiri mengangguk dan menutup matanya dengan tas yang dia bawa.
Xander tersenyum setelah melihat Alan menutup wajahnya lalu dia dengan hati-hati melepas sabuk pengaman Volna dan melepaskan sabuk pengaman dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara yang berisik.
"Kak Xan, Alan kapan boleh buka matanya?" Alan yang masih menutup wajahnya dengan tas berbisik dengan suara kecilnya.
"Nanti ya Alan, nanti kak Xan panggil." Alan mengangguk dibalik tasnya walaupun anggukan itu tidak terlihat sama sekali di mata Xander.
Xander mendekatkan wajahnya ke arah Volna dan menekan pipi Volna perlahan, membuat pemiliknya agak terganggu tetapi masih berada di dalam alam mimpinya.
Xander memberanikan mendekatkan wajahnya lagi, kini wajah Volna dan Xander sangat dekat, mungkin hanya satu senti jarak wajah mereka.
"Gue cium pipinya aja kali ya?" batin Xander agak menyiapkan mentalnya lalu mendekat lagi, mengarah ke pipi kanan Volna, bersamaan dengan Xander yang memajukan wajahnya Volna mengerang lalu menggeser posisinya membuat bibir Xander tidak menempel di pipi Volna melainkan di bentuk yang sama dengan bibir Xander.
Seketika pupil mata cowok itu melebar bahkan wajah Xander terasa panas dan merasakan ada air mendidih yang berada di kepalanya dia langsung memundurkan kepalanya dan meletakan tangannya di stir mobil Xander yakin wajahnya sudah semerah seperti kepiting rebus.
"Alan, udah. Minta tolong bangunin Kak Na ya. Kak Xan mau keluar beli tiketnya." Xander berucap lirih lalu segera keluar dari situ, Alan menurunkan tasnya dan segera membangunkan Volna dengan perlahan.
Xander yang sudah keluar mobil mengkibaskan tangan miliknya ke wajah merahnya lalu meraba bibirnya perlahan. Lalu pergi mengantri di loket tiket sambil terus menyentuh bibirnya.
bukan salah gue kan ya? Gue kan ga ada niat ke situ.
"Permisi, mas. Berapa tiket ya?"
"Hah? Oh eh? tiga mas." petugas itu mengangguk lalu menyodorkan tangannya, meminta uang pembayaran. Xander dengan kikuk dan tidak paham menyambut tangan masnya.
"Ish, duitnya mas. Ngapain pegang tangan saya." Mas loket tiket menarik tangannya, risih lalu melotot. Beberapa orang di belakang Xander tertawa kencang membuat Xander malu setengah mati.
Xander mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang seratus ribu, bahkan dia tidak tau berapa harga tiket di sana. Petugas itu memberikan kembalian yang lumayan banyak, sekitar delapan puluh lima ribu dan memberikan tiga buah tiket disana.
"Kak Na jangan ngantuk, nanti Alan enggak bisa main ikan pancing." Alan merengek sambil menggoyangkan tangan Volna ketika melihat Volna masih menguap lebar selama perjalanan menuju loket tiket.
"Iya Alan, Kak Na enggak ngantuk. Nanti Alan bisa main sepuasnya." Mata Alan berbinar dan Xander berjalan menghampirinya lalu menggandeng tangan Volna dan tangan Alan, membuat posisi Alan berada di tengah-tengah mereka.
"Kak Na, mau ke area situ." Alan menunjuk area yang memang penuh dengan antrian dan Volna mengajaknya ke sana. Selama perjalanan ke sana mereka semua berdesakan membuat kadang Alan terjepit di tengah.
Xander menarik Alan dan menggendongnya, meletakan di pundaknya dan mengandeng tangan Volna lalu berusaha untuk mengantri disana.
"Terima kasih Kak Xan, Alan jadi bisa lihat mainan dari atas sini." Alan berteriak dan Xander tersenyum sebagai jawabannya. Volna tersenyum melihat Alan yang bahagia walaupun dirinya lelah tapi Alan bahagia itu cukup bagi Volna.
"Nana, Awas." Xander segera menarik tangan Volna menuju ke arahnya dan memeluknya. Ada seorang yang berlari tidak tentu arah dan menabrak semua orang yang menghalanginya dan orang itu hampir mengenai Volna kalau saja dia tidak menariknya tepat waktu.
Volna hanya diam, jantungnya berpacu kencang ini terlalu mendadak dia terlalu kaget dan tidak siap ditarik sehingga jantungnya melecus begitu saja. Iya, pasti karena itu tidak mungkin karena aroma baju Xander dan perlakuan Xander yang membuat jantungnya berdetak tidak karuan seperti itu.
Lanjut? Yes or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...