HAPPY READING!
Xander mengusap kepala Alan lembut, berusaha untuk tidak terkejut dengan pernyataan yang diutarakan Alan dia berusaha untuk menghentikan pembicaraan tentang hamil dan pegangan tangan yang dibahas oleh Alan daritadi.
"Kita makan aja ya, Kak Na sama Kak Xan belum makan daritadi," ucap Xander sambil membuka bungkus makanan itu membuat Alan bersemangat, dia langsung berjalan meninggalkan Xander untuk mengambil piring dan sendok.
"Maaf lama ya, kalian udah makan?" tanya Volna setelah meletakan kain pel di kamar mandi dan mendekati dua cowok yang asik membuka bungkus makanan yang dibeli tadi.
"Belum Kak Na, tapi Alan boleh makan lagi enggak? Alan jadi ikut laper lihat udang goreng tepung." Volna mengangguk dan Alan berseru senang cewek itu dengan telaten membuka bungkus nasi dan membagi nasinya menjadi dua bagian dan meletakannya di piring Alan separuhnya.
"Na, kamu makannya jadi sedikit banget." Xander memprotes membuat Volna mencubit lengan Xander dari belakang punggung Alan, memperingati untuk tidak membicarakan apa-apa. Kalau Alan mendengar bisa-bisa Alan menjadi sedih dan kepikiran berhari-hari.
"Enak udang atau cumi ya Kak Na?" tanya Alan sambil meletakan sendok di mulutnya, merasa nyaman mengemut sendok seperti itu.
"Enak semua dong, Alan coba semua aja."
"Yes!"
Xander melihat Volna yang mengusap kepala Alan dengan sayang sambil meletakan cumi dan udang di piring Alan dan tersenyum.
"Na, punya saus sambal enggak?" tanya Xander mengalihkan pandangan Volna ke Cumi-cumi di tangannya.
"Ada, bentar ya." Volna beranjak dan pergi dengan cepat Xander menukar nasi miliknya yang masih utuh dengan nasi Volna yang masih setengah itu dengan cepat dia meletakan beberapa udang dan cumi di piring itu dan menyuapnya ketika Volna sudah duduk dan menyodorkan botolan sambal.
Volna menatap piring nasinya yang berubah dan menatap Xander yang pura-pura tidak melihatnya dia asik menuang sambal di piringnya. Entah kenapa Volna tersenyum tanpa alasan dia tidak memprotes dan menikmati makanannya hingga kandas.
"Kak Na, Alan boleh belajar di kamar Kak Na?" Alan sudah kekenyangan dan dirinya merebahkan tubuhnya di lantai membuat Volna langsung mengangkatnya untuk duduk kembali.
"Boleh, tapi sekarang jangan tidur di lantai nanti sakit, jangan lupa bawa bantal kamu ya, nanti kalau ngantuk tidur di kamar Kakak aja," ujar Volna dan dijawab dengan anggukan kecil, Alan segera mengambil piring miliknya sendiri, Xander dan Volna lalu berlari di bak cucian piring. Baru hendak mencuci Volna mencegahnya mengingat Alan ada ulangan di hari Senin.
"Makasih Kak Na, besok Alan nyuci piring Kak Na ya." Alan turun dari bak cuci piring dan berjalan cepat menuju kamarnya untuk mengambil buku dan perlengkapan tidur dan masuk ke kamar Volna lalu menutupnya.
"Jadi, aku pulang?" tanya Xander setelah Alan pergi ke kamar Volna.
"Kita pergi, setelah nyuci piring." Volna menuju ke bak cucian piring dan menyalakan keran air di sana, Xander sendiri hanya diam bingung dengan ucapan Volna, saat ingin bertanya entah sengaja atau tidak Volna menghidupkan air keran keras-keras membuat Xander akhirnya berhenti bertanya, memilih untuk diam saja.
Entah kenapa tangan Volna bergerak menghidupkan air setiap Xander berbicara, rasanya Volna tidak sanggup untuk menjelaskan bahwa ayo makan lagi, kita pergi. Rasanya Volna benar-benar akan mengajaknya kencan. Dia juga bingung hendak bagaimana untuk berekspresi saat matanya menatap ke mata Xander.
"Ayo." Volna selesai mencuci piring dan mengeringkan tangannya dia meraih pergelangan tangan Xander dan membawanya ke luar dari rumah.
"Kemana Nana?" tanya Xander masih fokus terhadap genggaman tangan hangat dari tangan Volna. Volna diam, lalu menghadap ke arah Xander.
"Kita makan." Volna melepaskan genggaman tangan Xander dan berjalan lebih dahulu. Xander mencegahnya, mengatakan untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Cuma ke warung nasi goreng depan Xander, jalan kaki lebih sehat," ucap Volna sambil terus berjalan diikuti Xander di belakangnya. Xander tersenyum lalu meraih tangan Volna, menggengamnya erat.
"Enak jalan kaki ternyata Na," ucap Xander setelah mereka hampir sampai di warung nasi goreng, Volna menatapnya heran.
"Waktu aku sama kamu jadi lebih lama." Xander menjelaskan membuat Volna memukul bahunya kesal, bisa-bisanya Xander melakukan gombalan di saat seperti ini.
"Aku enggak gombal kok Na, Aku jujur."
"Enggak jelas."
"Jelas kok, Na."
"Berisik, Mas nasi gorengnya dua ya-" ucapan Volna terhenti dan beralih menatap Xander.
"Kamu pedes atau enggak?" Xander mengangguk dan Volna melanjutnya pesanannya.
"Satunya pedes satunya enggak ya Mas." Penjual nasi goreng itu mengangguk dan Volna segera duduk di tempat yang disediakan disusul Xander yang duduk dengan memandangi Volna tanpa berkedip.
"Apa?" tanya Volna merasa tidak enak dilihati oleh Xander terus menerus. Xander hanya diam, tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Volna.
"Kamu kenapa sih Xan?"
"Xander."
"Gue pukul ya." Xander melotot, memperingati Volna.
"Aku pukul ya." larat Volna menciut, dia merasakan ada hawa seram di depannya.
"Cantik." Xander tersenyum, masih dalam posisi menatap Volna membuat Volna merasakan pipinya yang memanas.
"Pacarnya Xander cantik."
"Ap- Apa sih Xan." Volna tergagap, merasakan tidak ada sok udara di sekitarnya. Entah itu karena tatapan Xander atau ucapan Xander atau memang dunia mau kiamat.
"Pacar Xander gemesin banget," ucap Xander sambil menyentuh pipi Volna yang sudah memerah. Membuat Volna benar-benar seperti diserang ribuan pasukan kembang api di jantungnya.
"Xan, diem." Xander menggeleng dan masih mengucapkan kata-kata yang membuat Volna ingin menutup mulut Xander dengan lem super kuat.
"Nana cantik banget."
"Xander juga ganteng," balas Volna setelah dia rasa cukup untuk berbicara walaupun pipinya masih memerah. Xander terdiam terkejut dengan serangan yang dikirimkan Volna untuknya.
"Pacarnya Nana ganteng banget."
"Xander ganteng."
"Xanxan kesayangan Nana." Kini giliran Xander yang berusaha untuk mencegah Volna untuk berbicara, kekuatan dari ucapan Volna membuat jantung sangat tidak aman.
"Na, udah jangan dilanjut."
"Kenapa? Tadi kan Xanxan yang mulai." Volna menopang dagu dan menatap mata Xander terus menerus, membuat Xander kelabakan sendiri.
"Soalnya -" Xander menatap sekitar, mencari alasan yang tepat agar bisa menghentikan semua ini.
"Itu nasi gorengnya udah jadi." lanjut Xander dengan cepat melihat tukang nasi goreng tadi sedang membawa nasi goreng milik mereka.
"Xander enggak seru, dibales salah tingkah sendiri," ucap Volna tidak terima lalu mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih ke penjual nasi goreng itu.
"Kalau kamu lanjutin, gawat Na." Xander ikut mengambil sendok dan menatap Volna yang menyerngit bingung.
"Nanti aku bisa nutup mulut kamu -" ucapan Xander dipotong Volna dengan agak sinis. "Apa? Pakai lem super gitu?" Xander menggeleng lalu melanjutkan.
"Bukan."
"Coba aja kalau berani pakai lem nanti aku bales."
"Kalau pakai bibir mau?" jawaban Xander membuat Volna menutup mulutnya waspada dan meletakan sendoknya perlahan.
"Lupain Na, ayo makan." Volna masih menatapnya waspada membuat yang ditatap menjadi tidak enak.
"Enggak bakal aku cium udah makan," ujar Xander membuat Volna melotot lalu melemparkan tisu bekas untuk mengelap sendok miliknya tadi. Sementara Xander terkekeh geli, suaranya memang sengaja dianaikan agar perhatian beberapa orang melihat ke arahnya, biar Volna marah.
***
Lanjut? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...