MFB 33 - Hotpot terakhir

102 14 39
                                    

HAPPY READING!

"Silakan pacarnya Xander." Cowok itu membukakan pintu mobil dan Volna tersenyum, cewek itu mulai menerima semua perilaku Xander tanpa menolak. Volna meletakan tasnya di pangkuannya dan menunggu Xander untuk masuk ke dalam mobil.

"Makan dulu ya?" tanya Xander setelah dia masuk ke dalam mobil, Volna menolak dia menggelengkan kepalanya. Xander menghidupkan mobil dan mulai keluar dari parkiran.

"Aku udah bolos kemarin Xan, ini juga telat masuk kerjanya. Makannya nanti sore aja ya?" ucap Volna sambil melihat ke arah radio di mobil yang menunjukan jam berapa sekarang. Dia merasa berhutang padahal dia karyawan baru bisa-bisanya mengambil cuti terlebih dahulu.

Xander mendekatkan wajahnya ke arah wajah Volna membuat cewek itu secara reflek menahan napasnya.

"Bukannya cafe dan bosnya semua punya kamu?" katanya, setelah selesai berbicara dia memundurkan kepalanya sambil tangannya menarik sabuk pengaman, memasangkannya dan menatap Volna yang masih dengan raut wajah yang sama. Sangat terkejut dan tidak bisa berkata-kata, ini terlalu tiba-tiba.

"Mau makan dimana?" Xander tersenyum lalu mulai menghidupkan mobilnya, sesekali melirik Volna yang masih terkejut, Xander tertawa wajah Volna terlalu lucu sampai dia ingin melakukan hal yang serupa lagi.

"Hotpot?" Xander berbicara sendiri karena Volna masih sibuk memegang wajahnya yang terasa panas.

Tidak ada pembicaraan lagi setelah itu Volna yang terlalu malu dan Xander yang masih tertawa dan senyum-senyum sendiri, mereka sampai di tempat yang dimaksud oleh Xander.

Dengan buru-buru Xander membukakan pintu untuk Volna, takut keduluan lagi. Volna memang tidak suka kalau dia harus merepotkan orang padahal Xander mau banget direpotin sama Volna.

"Ayo Na," ucap Xander diikuti dengan Volna yang melangkah keluar dari mobil, Xander menggandeng tangan Volna dan mengajaknya berjalan masuk ke tempat makan tersebut.

"Mau pesan apa?" Xander menyodorkan buku menu ke arah Volna dan perempuan itu menerimanya dengan senang hati.

"Mau ini, yang kuah pedasnya satu," ucap Volna sambil menunjuk menu ketika Xander menanyakan ingin pesan apa, Xander mengubah raut wajahnya agak pias tapi dia hanya diam saja. Tidak ingin mengganggu wajah Volna yang cerah.

"Xan? Pedes nggak apa-apa kan?" Volna memastikan saat melihat Xander diam saja padahal biasanya cowok itu akan berbicara hingga telinga Volna hampir meledak.

"Enggak apa-apa, pesen lemon tea nya dua ya mbak. Sama Nana mau apa?" Xander tersenyum.

"Teh aja ya mbak." Pelayan itu mengangguk dan mengambil buku menu dan pergi dari sana.

***

Wajah Volna sudah berkeringat dingin dan panik melihat Xander yang mengeluh memegang perutnya yang sakit, kemungkinan Xander salah makan atau bagaimana juga tidak tahu.

"Xan, ke rumah sakit aja ayo." Volna memegang telapak tangan Xander yang sudah berkeringat.

"Nggak mau, ini butuh ke toilet aja kok." Xander mengelak, padahal perutnya teramat perih ini terlalu menyakitkan.

"Ya udah, mampir ke pom bensin aja. Kamu ga bisa makan pedes ya?" Volna bingung harus bagaimana yang dia bisa lakukan hanya menatap Xander dengan khawatir.

Xander yang perutnya sakit dengan buru-buru dia berbelok ke arah pom bensin yang dia lihat, bersamaan dengan itu ada sebuah truk dengan kecepatan tinggi berada di belakangnya. Sama-sama terkejut tetapi tidak bisa menghindar truk itu menabrak mobil Xander hingga terpental dan berguling beberapa kali ke depan.

Xander merasakan tulangnya remuk dengan sisa tenaga dia membuka matanya perlahan melihat ke arah Volna yang sudah tidak sadarkan diri. Seolah-olah pelindung pengemudi itu tidak berguna, Xander merasakan kepalanya hampir pecah dan semuanya mati rasa.

"Vol-" Tiba tiba semuanya gelap Xander tidak sadarkan diri. Kondisi Volna juga sama parahnya atau mungkin lebih parah karena dia tidak mendapat balon pelindung jadi kepalanya langsung bersentuhan dengan dashboard mobil.

Butuh waktu lama untuk polisi datang, ditambah lagi dengan kondisi mobil mereka yang terbalik jadi butuh waktu lama untuk mengevakuasi korban dan menyelamatkannya. Pengemudi truk itu ditahan dan dimintai keterangan, sementara mereka berdua sudah diantar ke rumah sakit setelah mereka dikeluarkan dari dalam mobil.

Beberapa perawat keluar dari rumah sakit dan berbondong-bondong mereka mengeluarkan brankar rumah sakit, kedua korban didorong untuk masuk ke dalam UGD dan dilakukan sebuah operasi yang lumayan parah semua dokter dan perawat bekerja keras, entah bagaimana hasilnya. Hidup dan mati mereka hanya dipisahkan dengan selembar kertas.

***

Seorang wanita paruh baya itu sudah berlari kencang dan menangis tersedu-sedu bersama dengan Sherly.

"Ruangannya dimana Sher!" bentak wanita yang wajahnya sudah penuh dengan air mata.

"Di sini Nyonya." Sherly menunjuk ruangan UGD dan Wanita itu dengan kasar menggedor tempat operasi.

"Xander, Volna." Dengan kasar wanita itu menggedor, dia sangat panik hatinya seolah dihancurkan.

"Nyonya, jangan seperti itu nyonya."

"Mereka pasti baik-baik saja Nyonya." Sherly dengan sekuat tenaga menahan nyonya nya untuk tidak kembali membuat keributan di rumah sakit.

Setelah agak tenang akhirnya nyonya nya duduk di kursi terdekat dan terus menangis. Beberapa saat kemudian seseorang menghampirinya.

"Maaf Nyonya, saya ingin melaporkan tentang bagaimana alur kejadiannya." Seseorang dengan baju hitam lengkap memberi hormat ke arah tuannya, wanita itu mempersilahkan untuk berbicara.

"Saya mulai, Tuan muda dan pacarnya setelah pulang sekolah mereka makan di sebuah restoran yang ada di depan sana, kemungkinan mereka kehabisan bensin dan langsung berbelok ke arah pom bensin, belum sempat untuk masuk ke dalam dari arah belakang ada truk yang melaju kencang dan menabrak mobil tuan muda." Sherly memeluk nyonya nya dengan prihatin, dia ikut sedih mereka berdua adalah orang yang sangat baik.

"Mobil tuan muda terpental lumayan jauh dan berguling beberapa kali hingga mobil mere-" penjelasan pria baju hitam itu berhenti ketika Nyonya mengangkat tangannya, dia tidak ingin mendengar sesuatu yang membuat hatinya hancur lagi.

"Supir truk itu, cari dan penjarakan. Kalau perlu hukum mati sekalian." Di bagian akhir teriakan melengking terdengar, Pria berbaju hitam itu langsung pamit setelah diberi perintah.

Beberapa jam berlalu wanita dan pelayannya itu hanya duduk diam tanpa melakukan apapun, satunya terus menangis dan satunya sibuk menenangkan. Akhirnya dokter dan perawat sudah keluar dengan kondisi yang kemungkinan besar sangat lelah.

Mama Xander langsung berdiri dan berjalan agak cepat mencengkram bahu dokter yang baru saja keluar. Wajahnya sudah menunjukan Keputusasaan mungkin waktu orang melihat wajahnya mereka beranggapan bahwa dia termasuk pasien rumah sakit jiwa yang beredar.

"Gimana Dok? Gimana kondisi kedua anak saya?" Mama Xander berbicara dengan menahan semua emosinya, pikirannya hanya ingin melihat wajah anaknya dan anak angkatnya, wanita itu sangat mencintai keduanya melebihi dirinya sendiri.

"Maaf -"

***

Lanjut? Yes or No?

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang