HAPPY READING!
Volna menunduk dalam-dalam meminta maaf atas kekacauan yang dia buat dengan kapas di siku dan plester luka di bibir bawahnya. Sementara Xander hanya diam dan tidak menatap tajam pegawainya seperti biasa.
"Enggak apa-apa Na, Tadi untung cafenya kita bisa handle. Banyak istirahat Na biar enggak sakit tadi aku lihat wajah kamu pucet banget." Volna tersenyum senang mendapat perhatian dan pengertian dari pegawai di sana. Bahkan beberapa menit yang lalu dia sangat takut untuk keluar di sana dan mendapat gosip yang tidak-tidak.
"Tenang kalau kamu kesayangan bos, kita juga sayang kok." Seseorang yang Volna bahkan belum tau namanya berbicara sambil mengacungkan jempolnya.
"Yang boleh sayang cuma saya. Kamu ngapain," celetuk Xander sambil menatapnya dengan tajam tidak menyukai ucapan pegawainya.
"Xander." Volna melihat ke arahnya memperingatkannya dengan mata yang agak menyipit.
"Iya Nana? Aku diem aja loh," ucap Xander tanpa dosa dan tersenyum manis ke arahnya, Volna menghela nafas lalu meminta maaf sekali lagi sementara Xander terus-terusan menatap Volna tanpa berkedip. Setelah dirasa permintaan maaf Volna cukup Xander segera mengakhirinya, ini hari Sabtu, please. Masa dia enggak bisa kencan gitu sama Volna.
"Udah jam pulang, Vey gue pulang dulu sama Nana." Xander segera merangkul Volna, sudah membuat rencana yang matang untuk kencan.
"Saya nanti bakal beresin cafenya kak, jadi kakak-kakak pulang aja." Perkataan Volna membuat harapan Xander pupus dia mencebikan bibirnya kesal. Pengennya sih melototin pegawai biar pada sadar diri terus kerja keras biar Dia sama Nana bisa kencan, tapi semua pegawai langsung tersenyum sumringah dan langsung buru-buru pamit. Semua pegawai berberes dan pamit satu persatu, menyisakan Volna, Vey, dan Xander di dalamnya.
"Gue juga pulang ya, Cintiya minta di jemput." Vey langsung bergegas lalu menepuk bahu Xander, memberikan sebuah kalimat yang membuat Xander tersenyum menyetujuinya.
Volna langsung bergegas menuju ke dapur dan melihat tumpukan piring dan cangkir yang menggunung, Volna menyemangati dirinya dalam hati dan mulai mengambil spons dan sabun cuci piring, mulai membersihkan dengan telaten.
"Na, enggak pengen kencan gitu?"
"Kerjaannya masih numpuk ini Xander, nanti aja deh ya."
"Mau main game enggak? Sambil beresin cafe?" Setelah berpikir agak lama akhirnya Volna mengangguk setuju dan tersenyum senang.
"Truth or dare?" tantang Volna sambil memegang piring yang sudah dibilas dan menatap Xander, Xander mengangguk menyetujuinya.
"Dimulai dari siapa?"
"Lo aja deh."
"Oke, dare deh." Xander mengambil cairan pembersih meja dan lap yang mengantung di sana sementara Volna masih sibuk mencuci piring.
"Berhenti manggil gue sayang, by, dan segalanya. Cukup panggil Volna aja." Xander dengan cepat menyetujuinya tapi baru ingat dia punya panggilan sayang baru untuk Volna.
"Kalau Nana gimana?"
"Boleh sih, nama gue juga. Sama kayak panggilan gue waktu SD."
"Baguslah, giliran Nana sekarang."
"Dare juga deh."
"Berhenti manggil gue-lo ganti pakai aku kamu kalau Nana sama Xander." Volna berhenti mencuci piring lalu mengangguk kecil, tanda menyetujuinya.
"Sekarang giliran kamu T atau D?"
"Truth deh gantian." Volna memikirkan apa yang dia tanyakan agak lama membuat Xander bahkan meliriknya sesekali, takut ternyata pacarnya itu berbicara tetapi dia tidak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...