HAPPY READING!
Volna sudah keluar dari kamarnya dan menenteng tasnya bersama dengan Alan. Volna menggerutu dalam hati walaupun Xander memang tidak bisa disalahkan karena sakit tetapi karena dia, Volna jadi harus mengikuti susulan matematika belum lagi dia harus bekerja tidak enak juga kalau mengambil cuti lagi."Udah sehat?" tanya Mamanya saat melihat Xander menuju ke meja makan, Xander menjawab dengan anggukan dan melirik ke arah Volna yang terlihat sedih.
"Kenapa Na?" Volna melihat ke arah Xander lalu tersenyum.
"Enggak apa-apa kok." Xander cemberut kenapa Volna tidak berkata jujur apa memang dia tidak pantas untuk mengetahui isi pikiran pacarnya itu?
Alih-alih mengomel seperti biasa Xander memilih untuk tidak bertanya lagi dia masih berpikir kalau Volna memang belum bisa berkata jujur kepada dirinya dan Xander tidak ingin memaksa.
Mereka makan dengan tenang dan pergi ke sekolah tanpa sepatah kata, Xander benci ketenangan ini, pacarnya itu bahkan terus menatap ke jendela tidak ingin berbicara atau menatapnya. Awalnya sih lumayan ramai karena Alan terus berbicara dan Volna menjawab tetapi setelah Alan keluar dari mobil ini atmosfer langsung suram.
"Xan." Akhirnya sepatah kata dikeluarkan membuat Xander menatap Volna sekilas lalu kembali menatap jalanan.
"Aku balik ke rumah aku ya?" Volna kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Kenapa? Nana nggak suka di rumah Xanxan? Kurang apa nanti biar aku beliin rumah yang kamu mau." Kecerewetan Xander muncul dia tidak menyangka Volna membahas tentang itu.
Volna tersenyum. "Punya pacar cerewet banget. Aku nggak enak sama Mama kamu dan anggota keluarga sisa aku sama Alan aja kalau nggak ada yang jaga rumah itu dia pasti bakal ngelakuin apa aja." Seketika Xander mengerti siapa yang mereka bahas, Xander menghela napas panjang akhirnya menyetujuinya.
Volna keluar terlebih dahulu mencegah Xander membukakan pintu ketika mereka sudah sampai di sekolah. "Masih punya tangan hehe." Volna menggoyangkan kedua tangannya ke depan wajahnya lalu tersenyum membuat Xander tersenyum tipis. Pacarnya memang tidak pernah mau merepotkan orang.
Xander berjalan ke arah Volna dan menggenggam tangannya lalu mengajaknya berjalan menuju ke kelas. Tangannya hangat membuat hatinya melunak, apa Tuhan mempertemukan nya dengan Xander sebagai hadiah? Volna bahagia setidaknya sekarang.
***
"Pulang dulu ya kak, saya sih sudah stress kemarin mau foya - foya sekarang." Volna menatap kedua temannya itu kesal walaupun sebenarnya Volna sudah belajar kemarin tapi ucapan temannya tentang ulangan yang susah membuat dia parno sendiri.
Volna cemberut lalu melambaikan tangannya mengusir kedua temannya perempuan itu membuka buku matematika untuk mereview materi sedikit sebelum dia melangkah ke ruang guru.
Selembar kertas kecil hampir terjatuh Volna menangkapnya dengan cepat lalu melihatnya bibirnya tertarik ke atas dan matanya menyipit.
Awalnya dia ingin menendang kursi di depannya karena kesal karena dia yakin soal susulan akan lebih susah dibanding dengan ulangan yang sebenarnya tapi melihat kertas itu menaikan mood nya sendiri.
Semangat ulangannya Nana! Jawabannya bener semua kok yang ini. Pasti soalnya besok sama 🤍
Walaupun dia telat menyadari dan yakin soal susulannya tidak akan sama, tapi dengan Xander yang menyemangatinya sudah cukup.
Volna berdiri dan membawa semua barangnya lalu pergi melangkah ke ruang guru mengintip ke dalam dan menemukan guru matematika itu sedang sibuk mengoreksi.
"Permisi Bu, saya mau susulan ulangan matematika." Volna memberanikan diri berbicara dan mendapat tatapan ganas dari orang tua itu.
"Kenapa kemarin enggak masuk?"
"Itu bu, saya sakit kemarin." Volna tidak menemukan alasan, masa bilang Xander sakit jadi dia terpaksa tidak masuk terlalu jujur juga bikin masalah tambah ribet.
"Terus? Surat ijinnya?"
"Saya sudah berikan ke wali kelas itu bu."
"Kamu yang sakit atau pacar kamu? Surat ijin kamu saja yang nulis kamu sendiri kan?" Volna meringis dia memang tidak pernah izin apapun yang terjadi, walaupun sakit dia selalu memaksakan dirinya untuk masuk demi mencegah kejadian ini terjadi.
"Saya enggak punya pacar kok bu." Volna memotong ucapannya kemudian melanjutkan setelahnya.
"Mama saya repot Bu kemarin, jadi saya terpaksa buat surat izin sendiri. Pikir saja daripada nggak buat sama sekali gitu Bu," ujar Volna yang seratus persen berbohong bahkan melihat wajah mamanya saja dia enggan apalagi meminta untuk membuatkan surat izin.
"Ya sudah, ini kerjakan di perpustakaan. Nanti saya ke sana." Volna mengangguk sambil menerima kertas yang disodorkan lalu melangkahkan kakinya ke perpustakaan.
Mencari tempat yang sekiranya nyaman dan menarik kursinya mendaratkan tubuhnya di sana dan mulai mengerjakannya. Volna tersenyum melihat soalnya, ini sama persis seperti soal yang kemarin diberikan oleh Xander. Apa Xander mempunyai sebuah trik sulap yang terselip di notes yang di berikan untuknya?
Alhasil perempuan itu terus tersenyum sembari mengerjakan, inikah yang namanya keberuntungan selalu menyertainya.
Baru sedang asik bergumam dan menulis jawaban muncul suara yang memanggil namanya dengan nada kesal.
"Volna." Alhasil cewek itu mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang menatap perempuan itu kesal sepersekian ekspresi wajahnya berubah menjadi merasa bersalah.
"Kenapa?"
"Aku cariin ke mana-mana ternyata kamu di sini. Aku khawatir kamu hilang," ucap orang itu lalu mendumel kesal menarik kursi yang ada di dekat Volna dan menopang dagunya.
"Aku baru ulangan susulan Xan, memang tadi aku belum bilang ya kalau suruh ninggal aja?" Volna berhenti menulis dan melihat ke arah lawan bicaranya.
"Belum. Aku tungguin aja deh."
"Ke Cafe aja Xan, nanti aku nyusul. Mau minta maaf juga karena kemarin enggak masuk."
"Kan udah ijin sama aku."
"Sama Fey kan belum."
"Ish, Dia itu nggak penting. Nggak usah ijin segala." Nada cemburu keluar dari ucapannya membuat Volna tertawa lepas, Xander cemberut dan menempelkan kepalanya di bahu Volna, mencari kesempatan nyender.
"Tungguin di luar aja deh, aku mau nyelesain ini dulu. Bentar lagi Bu Mit dateng." Volna mendorong perlahan bahu Xander, Xander menurut dia langsung berjalan ke arah meja yang agak jauh dari Volna tetapi masih bisa menatap pacarnya itu.
Volna bernapas lega lalu mulai mengerjakannya lagi baru setengah jalan Bu Mita datang membawa sebuah buku dan duduk di depan Volna yang sedang mengerjakan.
"Gimana? Gampang kan? Ngerjain lima menit itu harusnya selesai." Volna meringis hendak mengeluh tetapi tidak bisa walaupun akhirnya menjawab dengan jawaban yang aman.
"Lumayan Bu." Setelah itu tidak ada suara, Volna mengerjakannya dengan lancar dan sekitar setengah jam akhirnya perempuan itu menyodorkan hasil tes miliknya.
Bu Mit mengangguk dan Volna pamit untuk keluar disusul oleh Xander setelahnya untung pacarnya itu selesai dengan cepat kalau tidak mungkin dia akan menyeret Volna darisana dan memeluknya gemas, wajah seriusnya membuat Xander bertambah menyukainya.
Rambut Volna di acak-acak dengan tangan besar dan hangat itu, membuat pipi Volna ikut menghangat Xander memeluk Volna selama perjalanan ke parkiran dan mengobrol dengan santai.
"Bilangnya enggak punya pacar, dasar Volna gemes banget nyembunyiin pacar sendiri." Bu Mit menatap dari jendela perpustakaan lalu tertawa senang.
***
Lanjut? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...