MFB 11 - Sudut meja dan dia

166 28 140
                                    

HAPPY READING!

Setelah kejadian itu setiap kali Volna bertatapan dengan Xander dia langsung berlari dan selalu memegang maskernya. Xander sendiri hanya tertawa, merasa pacarnya sangat lucu.

"Xan, lo lihat ini bentar. Jangan cuma Volna mulu." Vey tiba-tiba datang dan menyodorkan berkas ke arah Xander, Xander berdecih lalu merebut berkas itu dari tangan Vey.

"Penjualan kita menurun dari minggu kemarin." Vey menjelaskan sementara Xander berdecak kesal.

"Rapat, pulang nanti kita rapat." Xander pergi meninggalkan Vey sambil menggengam erat berkas itu dan masuk ke dalam ruangannya.

Blam!

Xander emosi, hampir saja pintu ruangannya hancur karena bantingan Xander. Alan yang di dalam tentu terkejut, dia menatap Xander kebingungan.

"Kak Xan kenapa?" Alan kecil mendekatkan Xander dan memainkan pensil yang masih dia pegang. Xander berjongkok, setengah terkejut dan lupa kalau Alan berada di ruangannya.

"Ada masalah di cafe, Alan. Maaf ya bikin Alan kaget." Xander tersenyum dan Alan menggeleng pelan.

"Alan enggak kaget kok," ucap Alan kembali duduk dan larut dalam pekerjaannya lagi. Xander tersenyum dan segera berjalan ke tempatnya lalu membuka berkas yang tadi diberikan Vey kepadanya.

Xander mengamati kurva penjualan dan memang turun dari minggu sebelumnya, Xander terus menerus berdecih dalam hati dia tidak menemukan titik temu apa yang salah.

"Makanannya enggak menarik? Promosi kurang? Review nya -" Xander berhenti berpikir lalu mengetikan nama cafenya di laman pencarian dan mengecek ratingnya.

"Bagus-bagus aja."

"Cek makanannya, tambahi promosi." Xander mengucapkannya sambil menulisnya di sebuah kertas dan bergegas keluar dari sana. Dia menghampiri dapur dan melihat makanan yang mereka buat.

"Heh, potong buahnya tipis, kalau kebesaran jadinya enggak enak dilihat mata." Xander memprotes dan berjalan ke sebelahnya.

"Siapa yang suruh kalian ngeluarin es krim ini dari pendingin?" Xander menatap dingin, lalu menggebrak meja dapur akhirnya dia memasukan sendiri ke dalam kulkas dan menatap tajam semuanya.

"Es krim dimasukin di kulkas yang beda sama mentega, nugget, sosis dan yang lainnya, Kalian pikir enak makan es krim bau amis?" Xander mengomel kembali lalu melihat ke semuanya dan keluar masih dengan tatapan sinis.

"Jangan lo marahin terus pegawainya, lo jahat banget sih Xan." Vey angkat bicara setelah Xander keluar dari dapur, Xander mendesis mendengar ucapan Vey dia menghela napas jengah.

"Berisik, cek bagian promosi naikin promosi di internet."

Xander masuk kembali ke dalam ruangannya dan duduk di sebelah Alan yang masih asik mengerjakan soal di buku paketnya.

"Alan, Kak Xan tiduran di sini ya. Enggak keganggu kan?" Alan menggeleng, setelah mendapat jawaban Xander membaringkan tubuhnya di sofa yang panjang dan menjajarkan kakinya naik di pegangan kursi lalu memejamkan matanya.

Cowok itu akhirnya membuka mata dan pengelihatan pertamanya adalah kegelapan, sepertinya lampu sudah dimatikan. Sudah berapa lama dia tidur? Xander berdiri dan menguap lalu berjalan dan menge- klik saklar lampu dan seketika ruangannya sudah menyala terang.

Xander tidak menemukan Alan di sana membuat Xander buru-buru keluar dan melihat cafe yang masih ada pengunjung, setelah dia melihat jam ternyata ini masih jam lima sore. Masih ada satu jam sebelum cafe tutup.

My Favorite boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang