HAPPY READING!
Bohong kalau Volna tidak tersenyum saat ini. Pacarnya yang masih berdiri di sana dengan kaku dan mengganti ke slide berikutnya. Prakarya Volna yang terpampang di sana. Volna menaikkan alisnya bagaimana bisa prakarya itu ada di sana ?
"Aku mau ngaku sekarang kalau dulu yang beli karya kamu yang ini tuh aku. Terus sampe sekarang aku masih dendam sama temen kamu siapa itu yang jadi pasangan kamu di king and queen. Bisa-bisanya kamu pasangan sama dia duluan daripada aku." Nada Xander meninggi membuat Volna tampak bingung meresponnya.
Xander mendengus sebal masih tampak kesal dengan hal-hal yang sudah sangat lama. "Untung sekarang kamu punya aku." Xander mendumel lagi. Sifatnya memang tidak pernah berubah, selalu saja cemburuan.
Xander berdehem berusaha menetralkan wajahnya dari rasa cemburu. "Kamu tau enggak sih, aku malu banget waktu aku minta kamu buat jadi pacar aku terus kamu tolak mentah-mentah."
Volna hendak menjawab namun, Xander sudah melanjutkan bicaranya. Dirinya sudah tampak bergetar karena gugup setengah mati apalagi melihat perempuannya ada di depan, menatap dirinya.
"Nana jahat sama Xanxan. Untungnya Xanxan pinter maksanya biar Nana jadian sama aku," ujarnya dengan nada yang berubah menjadi anak kecil. Xander terus memaparkan materi yang sudah dia buat tadi sampai hingga slide yang hampir terakhir, sebuah slide yang menjadi finalnya.
Volna tersenyum mendengar semua cerita dari Xander. Dirinya tidak ingin menjawab lebih, dia dan Xander sudah pacaran sekitar sepuluh tahun rasanya dirinya sudah sangat hafal dengan tingkah pacarnya tersebut.
"Udah banyak yang kita lalui bareng, Na. Semua kita selesain bersama-sama dan aku harap kamu bisa menjawab satu pertanyaan dari aku," ujar Xander kemudian masuk ke slide terakhir. Seketika saja lampunya berganti menyorot ke arah Volna dan Xander mendekatinya dengan perlahan.
Volna berdiri secara perlahan kemudian menatap bingung karena lampunya kini mengarah ke dirinya . Xander mendekat kemudian bersimpuh di harapan Volna dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna putih dan membukanya. Bertepatan dengan Xander yang membuka kotak. Semua lampu menyala membuat Volna terkejut dan melihat sekelilingnya. Para pegawai dan termasuk dengan Fey sudah berdiri di dekat proyektor masing-masing memegang tulisan "Terima! Terima!"
"Aku harap aku bisa jadi orang yang satu-satunya yang ada di hidup kamu selamanya. Jadi, Volna apa kamu mau buat jadi tunangan aku?" tanyanya masih dengan gaya melamar dan menunggu jawaban dari kekasihnya tersebut.
Volna menutup mulutnya kemudian menangis terharu tidak menyangka dirinya akan dilamar hari ini. Dengan tangan bergetar, Volna menyodorkan tangannya dan menganggukkan kepalanya. Xander yang melihat itu tersenyum dan mengambil cincin yang ada di dalam kotak dan menyematkannya ke jari manis Volna.
Xander berdiri kemudian memeluk badan kecil Volna itu dengan sayang. Volna membalasnya dan para pegawai sekaligus Fey menarik sebuah converty kertas membuat heboh suasana.
Setelah mereka berpelukan. Mereka saling menatap Xander memegang area pipi Volna kemudian menatap matanya, seolah berkomunikasi dengan batinnya. Volna yang seakan tahu menganggukan kepalanya dan Xander yang mendapatkan jawaban langsung melakukan hal yang tadi dia bicarakan.
Volna memejamkan matanya dan berhenti ketika mereka saling kehabisan napas. Saling menatap setelahnya dan tertawa karena malu. Ini ciuman pertama mereka setelah sepuluh tahun sudah mereka menjalani hubungan pacaran.
Mereka tidak sadar kalau pegawainya dan Fey semuanya menatapnya. Ada beberapa kamera juga yang sudah disiapkan diam-diam oleh Anggin, Mama Xander untuk mengabadikan momen tersebut.
Wajah mereka berdua memerah. Sangat malu begitu tahu kalau ada orang yang memperhatikan sedari tadi dan mengabadikannya dalam sebuah foto maupun vidio.
Volna memeluk Xander erat, menenggelamkan wajahnya di dalam dada bidang Xander.
"Na, mau tau enggak caranya supaya enggak malu lagi?" Xander bertanya ingin menawarkan sebuah solusi yang menurut nya boleh untuk dicoba.
"Gimana?" tanya Volna masih menenggelamkan wajahnya di dada bidang Xander. Dirinya tidak mau wajahnya yang memerah tertangkap oleh kamera.
"Lihat aku dulu. Aku kasih tau caranya," kata Xander dan diikuti oleh Volna yang sudah tidak menyembunyikan wajahnya lagi.
Xander memegang pipi Volna kembali dan menyerang Volna lagi dengan ciuman yang dalam. Volna yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba tidak siap dan terkejut. Matanya membulat namun, tidak menolak.
Mereka berhenti setelah kehabisan napas. "Sekarang malunya ada di aku semua," ujar Xander kemudian memamerkan deretan gigi putihnya.
Volna mengambil napas sebanyak-banyaknya kemudian memegang wajah Xander secara tiba-tiba berusaha menyakinkan dirinya tentang sesuatu.
"Kita harus malu sama-sama." Volna kemudian menjinjitkan kakinya dan memejamkan matanya, mencium Xander dengan agak kesulitan karena perbedaan tinggi badannya.
Xander yang mendapatkan perlakuan seperti itu langsung memeluk tubuh munyil Volna dan ikut memejamkan matanya, melupakan apa saja yang ada di sekitar mereka.
"Aku cinta kamu, Na."
"Aku juga cinta kamu, Xan."
***
Deru mobil yang stabil membuat dua orang yang ada di dalam mobil tampak berbincang dengan seru atau lebih tepatnya satu orang menggoda seorang lainnya.
"Iya, deh yang udah jadi tunangannya Xander." Goda seseorang membuat Volna yang merasa kepergok mengamati cincin yang tersemat di jari manisnya menjadi malu.
"Ma ..." Volna merajuk, meminta untuk berhenti menggodanya.
"Iya, deh mama berhenti godain menantu mama yang udah ciuman tiga kali dalam satu waktu sama anak mama," ujarnya masih terus menggoda membuat Volna menutup mukanya sendiri karena malu setengah mati. Mengingat dirinya inisiatif sendiri di ciuman terakhir membuat rasanya ingin menghilang dari muka bumi saja.
Telepon Volna berdering membuat perempuan itu akhirnya tidak menutup kembali wajahnya sendiri dan melihat nama yang tertera di sana "orang gila".
Melihat itu, Volna dan calon mertua tersebut saling pandang. Anggin langsung merebut ponsel Volna dan menggeser tombol berwarna hijau di sana untuk mengangkat teleponnya.
Tanpa menggunakan speaker, Anggin menjawab telepon tersebut. " Kenapa anda menelepon lagi? Tidak cukup dengan tuntutan polisi waktu itu?"
Volna tidak bisa mendengar jawaban dari seberang sana, dirinya hanya bisa diam dan menatap mama mertuanya.
"Saya mama dari Volna dan Alan sekarang. Anda tidak berhak sama sekali meminta kedua anak itu kembali pada anda." Anggin sudah naik pitam. Dia sudah menaikkan nada suaranya satu oktaf di atas.
"Volna menikah tidak butuh restu anda. Bukannya dari awal anda sudah menyingkirkan kedua anak itu dari kartu keluarga anda? Jadi, anda juga tidak berhak mendapatkan uang sepeserpun. Saya tau anda sudah tidak punya uang makanya anda ingin mengambil kembali anak saya, kan?" Mama Anggin masih terus berbicara di telepon. Volna sudah mulai menarik perlahan baju dari Anggin, meminta untuk mengakhiri teleponnya saja.
"Itu karma. Anggap saja perusahaan kecilmu yang bangkrut itu karena karma membuang kedua anakmu yang tidak bersalah." Setelah mengucapkan itu Anggin mematikan telepon nya dengan emosi.
"Ma ..." Volna kembali berbicara setelah telepon tersebut dimatikan.
***
Lanjut? Yes or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...