HAPPY READING!
Anggin mengembalikan ponselnya ke pemiliknya sementara pemiliknya menatap ponselnya dengan nelangsa. Anggin yang melihat wajah Volna mengerutkan dahinya kemudian menepuk pundak Volna dua kali.
"Mama enggak bakal biarin dia nyakitin kamu lagi." Anggin mengusap puncak kepala Volna dengan sayang. Volna tersenyum.
Lagipula mereka tidak boleh terlalu kepikiran dengan hal yang menganggu mereka. Mereka punya jadwal yang banyak hari ini. Volna dan Anggin sudah sampai di sebuah salon dengan cat warna putih tulang di sana serta banyak pegawai dan pengunjung.
"Mau diapain ini anaknya Mbak Anggin ?" tanya seorang yang sepertinya sudah akrab dengan mama mertua.
"Buat Volna tambah cantik biar anak saya tambah terpesona." Pegawai salon tersebut senang mendengar penuturannya sementara Volna yang mendengarnya jadi malu sendiri.
Volna duduk dengan canggung di sana menunggu dirinya diajak bicara atau diminta sesuatu. Tukang pemangkas rambut tersebut melihat pantulan wajah Volna dari cermin agak lama sembari sesekali menyentuh rambut Volna seolah mengatur sesuatu.
"Dipotong sepinggang enggak apa-apa, ya ?" tanya tukang pemangkas rambut tersebut dan diberi jawaban dengan anggukan serta senyuman dari Volna. Volna diam sembari menatap cermin rambutnya sesekali di sisir dan kadang dia meringis karena merasa rambutnya tertarik.
Ponsel Volna bergetar menandakan ada pesan yang masuk di sana takut kalau penting dia membuka ponselnya secara perlahan takut kain yang menutupi bajunya akan lepas. Volna segera melihatnya dan hanya sebuah pesan dari Xander yang menanyakan ingin membeli kue yang mana di antara dua pilihan tersebut. Setelah menjawab, Volna kembali menatap cermin dan menyimpan ponselnya.
"Gimana rasanya udah mau nikah ?" tanya tukang pangkas rambut tersebut sembari masih meneruskan pekerjaannya untuk memangkas rambut Volna yang masih separuh terpangkas.
"Mbak Anggin sering cerita tentang kamu. Jadi, kita tahu juga." Tukang pangkas rambut tersebut mengkonfirmasi terlebih dahulu sebelum Volna bertanya-tanya.
Volna tersenyum. "Agak deg- deg an sih, mbak. Sekali dalam seumur hidup soalnya." Volna menjawab pertanyaan yang pertama kemudian memberikan senyum formal.
"Iya harus sekali dalam seumur hidup dong, semoga lancar ya sampai hari - H." Rambut Volna masih dipangkas dengan rapi. Volna tersenyum "Amin."
Setelah selesai Volna dan rambutnya yang masih basah karena habis keramas di salon dirinya menunggu rambutnya yang sedang di keringkan. Volna memainkan ponselnya menjawab Xander yang terus-terusan mengespamnya yang bertanya tentang apa yang sedang Volna lakukan sekarang.
Volna menjawabnya dengan sabar. Sudah bertahun-tahun berlalu dan itu merupakan hal yang biasa. Xander yang garang ke semua orang namun, hangat dengan Volna dan keluarganya.
Xanxan 🤍
Nana sayang lagi apa ?
Xanxan kangen
Masih sama mama di salon Xan
Emang kamu dimana ?
Di rumah sama Alan
Alan lagi sama temennya kerja kelompok
heran anaknya rajin banget padahal ini hari libur
Daripada kamu males
jahat banget sii
Males males gini lulus cumlaude
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...