HAPPY READING!
Mobil berwarna biru itu melaju ke rumah Volna, Volna yang hanya diam sambil terus menggerakan tangannya tidak nyaman dan Xander yang fokus ke jalanan.
Xander sesekali melirik Volna dan melihat gerak-gerik tidak nyaman, Volna terus memegangi Seat belt miliknya dan mencengkramnya kuat. Entah kenapa, salah satu tangan Xander meraihnya dan jari-jarinya masuk ke dalam ruas-ruas jari Volna, memegangnya erat.
"Kenapa Xan?"
"Cerita sesuatu dong Na, biar mobilnya enggak sepi kayak kuburan," ucap Xander sambil menatap padatnya jalanan, walaupun sudah malam kota metropolitan ini masih sibuk beraktifitas seperti pada siang hari.
"Tapi aku enggak mau cerita apa-apa."
"Ceritain hal yang bikin kamu seneng." Xander memberi saran membuat Volna menggeleng, tidak ada hal yang menyenangkan di dalam hidupnya.
Sementara mobil mereka berhenti karena lampu hijau yang berubah menjadi merah dan suasana di mobil yang sepi. Xander melepas genganggaman tangannya membuat Volna sedikit kecewa, Xander membuka sebuah kotak yang berada di dasbor mobil dan meletakannya di pangkuan Volna. Belum sempat Volna bertanya, Xander sudah melajukan mobilnya ketika lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.
"Buka aja." Volna melihat ke arah cowok dengan rambut agak acak-acakan itu dan menurutinya, cowok itu bahkan tidak melihat ke arah Volna, dia masih fokus ke jalanan yang super duper padat mungkin tidak fokus sedikit mereka bisa pulang satu jam lebih lama.
"Permen?"
"Bukan, itu kotak pensil."
"Tapi dalamnya ada permennya Xander." Volna membuka isinya dan memperlihat ke arah Xander dengan senang. Volna suka permen, terutama permen jelly dan Xander tau apa yang Volna suka membuat Volna merasa istimewa.
"Ya udah, dimakan dulu Na. Jalanannya macet banget nih." Xander memutar stir mobilnya dan menancapkan gas, berusaha mencari celah tempat agar mobilnya maju. Volna mengambil satu permen dan membuka bungkusnya dan memasukannya ke dalam mulut.
"Xan."
"Ya?"
"Xander lihat sini dulu."
"Bentar, Na," ucap Xander masih fokus melihat jalanan dan akhirnya berhenti masuk ke dalam rumah makan yang biasanya dia datangi bersama Vey.
"Kenapa?" Xander akhirnya bertanya dan melihat ke arah Volna yang masih membuka bungkus permen yang entah ke berapa itu.
"Permennya meletup di mulut Xan, jadi masuk ke mulut terus langsung ada kayak percikannya gitu." Volna berbicara sambil menggoyangkan tubuhnya senang, merasa bahagia hanya dengan memakan permen saja.
"Emang iya? Mau coba," ujar Xander lalu tersenyum dia mendekatkan wajahnya ke arah Volna sementara Volna terpaku hingga wajah mereka berdekatan menyisakan beberapa senti saja.
Volna hampir tidak sadarkan diri dengan perilaku pacarnya itu, sebelum terjadi hal yang sudah Volna bayangkan di dalam pikirannya, tangannya langsung terjulur ke depan dan menempelkan permen yang masih terbungkus ke bibir Xander.
"Ini, permennya." Lalu Volna tersenyum kaku sementara Xander terdiam tidak menyangka tangan Volna yang menjadi penghalang antara dirinya. Xander mundur dengan raut wajah kesal dan mengambil permen yang disodorkan oleh Volna dan menyimpannya di saku celananya lalu keluar dari mobil.
"Ayo beli makan dulu Na, suka seafood, kan?" Xander bertanya setelah dia membukakan Volna pintu sambil menutupi kekecewaannya karena masalah permen tadi. Sementara Volna hanya mengangguk dan turun dari mobil masih sambil mengunyah permen yang diberikan Xander tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...