HAPPY READING!
Padahal mamanya bilang tidak akan membiayainya tapi dia masih ingin merebut warisan yang bahkan dia tidak tahu. Sebenarnya Mamanya kenapa? Dulu sebelum itu terjadi Mama adalah sosok yang paling baik mencintai kami sepenuh hati.
Apakah uang itu segalanya? Volna tidak tahu tapi Volna sudah lelah. Dia ingin menemui ayahnya memeluknya. Hanya ayahnya yang paling sayang padanya mencintainya dan tidak pernah memarahi.
Setelah beberapa jam kemudian terdapat ketukan pintu yang membuat Volna langsung melompat dan membuka pintu itu. "Volna, Alan di sini."
Alan dengan tangan di belakang mengumbar senyum manisnya, Volna langsung memeluk khawatir menangkupkan pipi Alan mengecek kondisi Alan.
"Alan enggak kenapa-kenapa kok Kak Na." Alan meringis masih menyembunyikan kedua tangannya, ingin cepat pergi kalau ketahuan Kakaknya pasti akan marah.
"Tangan kamu mana? Sini lihat."
"Tangan Alan enggak kenapa-kenapa kok Kak Na, udah ya Alan laper mau makan." Alan berusaha mengelak dan lari dari Volna, Volna menghela napas menatap Alan yang pergi menjauh.
"Sherly, tangan Alan luka ya?" Volna berdiri dan menatap Sherly meminta jawaban.
Sherly tidak tahu harus menjawab apa, Adiknya meminta untuk tidak membicarakan sementara Kakaknya langsung bertanya padanya.
"Eh, gimana ya."
"Jujur aja Sher."
"Iya, pergelangan tangannya lecet. Tapi adik kamu minta buat dirahasiain dari kamu." Volna menghela napas panjang, lalu berjalan masuk ke dalam kamar Xander ponselnya masih berada di sana. Setelah masuk dia kembali duduk di sana dan mengetikan sebuah pesan di sana.
Kenapa?
Heh anak kurang ajar. Udah merasa hebat kamu? Emang bener kamu itu cewek enggak bener.
d
apet darimana kamu uang segitu banyak buat nyewa orang buat gebukin kita?
Kenapa anda mengusik lagi kehidupan saya?
Bahkan tangan Alan sampai lecetSialan, nyesel saya lahirin kamu
lahirin Alan
Saya tidak pernah minta untuk dilahirkan
Jadi, bukan urusan saya anda
atau tidak.Lebih baik anda mikir kalau masih punya otak. Anak sekecil itu anda lecet
Alan juga anak anda, anda tidak pantas disebut Mama
Untuk warisan lupakan saja, anda bahkan tidak berhak, sudah punya selingkuhan kaya jangan ganggu kami lagi
Warisan itu dari mantan suami saya, atas dasar apa kamu bilang saya tidak berhak?Saya anaknya, orang luar tidak usah ikut-ikut
Volna menghela napas mengusap air matanya yang terus turun, sebenarnya Volna tetap menyayangi Mamanya terlepas apa yang dia perbuat. Tapi, dia sampai tega menyakiti anaknya yang bahkan masih di sekolah dasar apa memang dari awal Mamanya tidak pernah menganggapnya anak? Volna makin terisak, dia lelah dengan semuanya."Nangis aja Na, Xander di sini." Entah sejak kapan Xander sudah bangun dan memeluk Volna membiarkan Volna membasahi baju di area perutnya, Volna hendak menatap Xander menanyakan kapan dia mendengarnya tapi Xander kembali menarik kepalanya untuk tetap berada di pelukannya.
"Kamu, tau semua?" Xander menggeleng kemudian berjongkok mengusap kepala Volna sayang.
"Aku nyariin kamu tadi, kamu hilang. Terus aku keluar lihat kamu sama Alan. Nada kamu khawatir banget tapi aku enggak tau ada apa. Jadi, sekarang Nana jelasin ya?" Xander mengusap pipi Volna yang masih basah menatap Volna sayang.
"Alan diculik mungkin lebih tepatnya bukan di culik karena dia Mama aku. Mama aku bawa Alan biar aku tanda tangan kontrak kalau nanti harga warisan Papa buat dia semua. Aku bahkan enggak tau warisan apa tapi Mama ngebet banget buat klaim itu." Volna menjelaskan setelah kembali terisak lalu melanjutkan penjelasannya.
"Sebenernya tadi aku mau langsung aja serahin harta warisan Papa tapi Mama kamu bilang kalau tenang aja, Waktu sampai ke sini Alan balik tapi pergelangan tangannya lecet, aku tanya ke Sherly tapi katanya Alan enggak mau aku tau. Xan maaf ya kemungkinan keluarga kamu nanti kenapa-kenapa Mama aku punya suami dan dia kaya banget, mungkin aku emang harus nyerahin warisannya itu." Volna memegang tangan Xander di akhir, ingin menangis lagi karena dia menjadikan dirinya beban semua orang.
"Keluarga ini, keluarga kita enggak bakal kenapa-kenapa Nana. Jadi, kamu enggak usah peduli justru nanti Mama kamu pasti nyariin kamu lagi buat bahas sesuatu yang bahkan enggak kamu duga." Volna hendak bertanya apa maksud dari ucapan pacarnya itu tapi Xander langsung menyenderkan kepalanya ke kaki Volna.
"Masih pusing dikit, Nana sayang Xanxan aja ya? Enggak usah mikirin Mama kamu yang nyebelin itu." Volna tersenyum lalu meminta Xander untuk tidur saja kembali.
"Jangan pergi," ucap Xander setelah berbaring dan memegang tangan Volna menggenggamnya lalu memejamkan matanya.
Xander sudah tertidur setelah agak lama tanpa melepas genggaman tangannya, Volna menatap wajah Xander baru kali ini dia bisa menatap lama wajah pacarnya itu dari dekat.
"Mungkin kalau kamu ketemu Papa aku, dia bakal suka sama kamu Xan." Volna memegang rambut Xander yang bagian depan, memainkannya dan membaringkan kepalanya di sana.
"Volna, Papa di sini." Volna membuka matanya menatap gambaran ayahnya yang buram, Volna mengusap matanya memastikan bahwa itu benar ayahnya. Volna berdiri dan menutup mulutnya tidak percaya tangannya terulur untuk menyentuh bahu ayahnya.
"Iya sayang, ayah disini. Kehidupan Volna berat ya? Volna mau ikut ayah aja?" Volna sudah menangis dia memeluk ayahnya sayang, melampiaskan semua keluh kesahnya.
"Volna capek Pa, Volna enggak tau kenapa Mama jadi kayak gitu. Papa disana makan enggak kekurangan kan?" Ayahnya menggeleng lalu terus memeluk anaknya itu dengan sayang.
"Ayah enggak kekurangan apapun ayah bahagia di sini ayah udah enggak sakit lagi. Volna mau ikut?" Volna tidak menjawab dia terus memeluk ayahnya menghirup aroma baju ayahnya yang tercampur minyak kayu putih, dia sangat kangen dengan aroma itu.
"Kalau Volna capek, Volna ikut ayah aja ya?" Lagi-lagi kalimat itu diulang tetapi Volna masih tidak bersuara.
"Alan nanti sendirian Pa, Volna enggak mau ninggalin Alan."
"Alan juga bisa ikut kita Na, kita kumpul lagi di sini dengan lengkap gimana?"
"Maaf Pa, Volna juga punya orang penting yang sayang sama Volna kayak Alan, Xander, Mamanya, temen-temen Volna, Sherly, Pak Man." Ayahnya mengusap kepala Volna perlahan seperti tidak akan ada waktu lagi untuk menyentuhnya.
"Ayah tau, Volna anak yang kuat ya? Volna punya banyak temen, Volna sehat terus Volna makannya yang banyak ya? Kamu kenapa kurus kayak gini? Volna, ayah selalu di sini." Ayahnya menunjuk hati Volna. "Ayah akan selalu di sini, sampai kapanpun, Ayah juga ada di hati Alan. Ayah bangga punya kesayangan kayak kalian."
"Ayah yakin, Volna bakal bahagia. Pacar kamu baik sama kamu?" tanya Ayahnya lalu menatap kedua manik mata anaknya itu, Volna mengangguk lalu tersenyum masih berlinang air mata.
"Ayah sayang sama kalian, Ayah nunggu kalian disini." Volna mengeratkan pelukannya sampai ayahnya menghilang dan Volna terbangun.
***
Lanjut? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...