HAPPY READING!
Volna berjalan masuk sesekali meminta untuk membawa belanjaan yang langsung ditolak oleh Sherly.
"Udah Na, biarin Sherly bawa barangnya. Nanti dia enggak kerja malah bingung." Sherly langsung mengangguk setuju akhirnya dia pasrah baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah dirinya sudah dipeluk oleh Alan menyambut kedatangan kakaknya itu.
"Kak Na, tadi Alan cariin. Mau tanya soal." Volna tersenyum saat Alan menunjukan buku paketnya sudah di isi jawaban berserta caranya, Volna bersyukur Alan tumbuh menjadi anak yang baik walaupun hanya dia yang mengurusinya.
"Nana, mau dipeluk juga." Xander mengikuti gaya Alan membuat Volna langsung menarik Alan untuk menghindar. Mamanya yang melihat hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak paham. Tiba-tiba saja anaknya itu jadi alay dan manja padahal biasanya kalau sakit bukannya menjadi lemah tidak berdaya malah bertambah galak semua pengurus rumahnya terkena semprotan ocehannya.
"Kok ngehindar?" Xander mencebikan bibirnya kesal tidak lama kemudian telinganya sudah ditarik oleh Mamanya dengan gemas.
"Kamu bukan anak-anak lagi ya Xan, jangan jadi anak manja." Xander cemberut, tubuhnya sudah nyaman tidak pusing ataupun demam lagi tapi pengen dipeluk Volna juga. Volna tertawa, Alan yang bingung akhirnya ikut terkikik gemas.
Mama Xander menggelengkan kepalanya dan pergi meninggalkan anak muda yang sedang jatuh cinta itu dia punya urusan lain.
"Sherly, belanjaannya minta tolong di masukin ke kamar, bisa?" Sherly mengangguk lalu pamit pergi dari sana.
"Sekarang, hapus fotonya." Volna berkacak pinggang menatap Xander kesal. Xander pura-pura tidak mendengarkan dia malah menatap langit-langit rumahnya dan berjalan mundur, hendak melarikan diri.
"Foto apa ya Na? Xanxan enggak tau."
"Xander." Volna memanggil nama pacarnya itu dengan nada kesal sementara Xander cengegesan.
"Aduh, duh. Pusing. Xanxan pusing. Tidur dulu ya Na. Dah." Xander ngibrit membuat Volna memegang kepalanya pening.
Alan akhirnya menyeret Volna untuk masuk ke dalam kamar dia sudah tidak sabar memecahkan soal matematika yang menurut dia sangat sulit. Cewek itu akhirnya meletakan ponselnya di meja dan duduk menjelaskan langkah yang Alan tidak mengerti.
Volna membuka belanjaannya, dia meringis melihat label harganya. Bahkan sehelai baju bisa digunakan untuk membeli motor baru. Dia bertambah pusing ketika melihat ada belasan kantong yang berjejer. Padahal tadi dia hanya membeli satu untuk dirinya dan tiga untuk Alan.
Volna membuka satu paper bag lagi dan melihat isinya, bahkan baju yang tadi dia iseng pegang karena menarik mata sudah ada dihadapannya. Lain kali dia akan mengikat tangannya saja agar tidak menyentuh apapun.
Volna mengeluarkan baju yang tadi dia beli untuk Alan, sengaja mencari yang murah tetapi paper bag itu malah memuat tiga baju sekaligus dengan harga yang fantastis. Bagaimana Volna akan membalas ini semua? Dia harus bekerja berapa lama untuk melunasi barang-barang ini.
"Alan, pilih tiga. Cuma tiga oke." Volna menyodorkan sekitar dua puluh pakaian yang berada di paper bag itu. Alan yang melihatnya langsung antusias dan menatap baju-baju yang ada di depannya.
"Aku enggak tau kak Na, tapi aku suka pakai yang kayak gini aja." Alan menarik baju yang dia pakai sendiri, sebuah kaos putih miliknya yang sudah kusam.
Bahkan setelah melihat baju berkilau ini, Volna merasa baju sehari-harinya sangat lusuh dan sangat pantas untuk dibuang. Volna akhirnya mengambil baju dengan warna yang menurut dia bagus dan mengembalikan sisanya ke paper bag.
Dia menatap gaun yang berada di depannya ini tidak baik, dia menyukai semuanya, Volna akhirnya memejamkan matanya dan mengambil sehelai gaun secara acak. Menyimpan sisanya ke paper bag lagi.
Diantara paper bag itu ada sebuah kardus kecil, Volna membukanya dan melotot seketika. Itu baju yang tadi dia lihat di toko yang harganya setara dengan sebuah mobil. Kehidupan orang kaya apa yang seperti ini, membeli baju yang harganya sama dengan mobil.
Volna membereskannya, baju ini pasti salah kirim ukurannya terlalu besar untuk Alan dia sudah yakin itu adalah milik Xander. Bahkan kalau misal itu seukuran Alan dia akan memohon untuk dikembalikan saja, seumur hidup dia tidak akan bisa membelinya.
Dengan menenteng banyak paper bag Volna berhenti di kamar Mama pacarnya itu mengetuknya dan seseorang dari dalam membukakan pintu.
"Loh Na, aduh. Suruh Sherly yang bawa aja. Nanti pergelangan tangan kamu lecet." Mamanya terlihat panik dan memencet tombol di sana membuat Sherly bergegas berlari menuju kamar nyonya nya.
"Iya Nyonya?"
"Bantu Volna bawa barangnya itu ya." Sherly mengangguk tetapi Volna menolak.
"Ini mau saya kembalikan saja. Itu mahal banget."
"Enggak bisa gitu dong Na, Mama juga enggak bisa pakai ukuran kamu juga. Udah ambil aja anggap aja hadiah dari Mama, kalau kamu tolak nanti Mama sedih loh." Volna tidak bisa memprotes lagi, dia tidak enak hati walaupun di sisi lain dia tidak tau bagaimana cara mengembalikan barang-barang tersebut.
Hasilnya adalah Volna kalah disinilah dia mengeluarkan barang-barang yang sudah dimasukan ke paper bag lagi. Cewek itu menyusunnya memisahkan dengan bajunya yang lain, setidaknya dia tidak akan memakai itu dia akan memakai apa yang tadi dia pilih saja.
Volna menatap kotak itu, dia dan Alan juga tidak bisa memakainya setidaknya itu mengurangi beban tanggungan untuk mengembalikan semua uang itu karena dia yang paling mahal. Volna berdiri dan bergegas menuju kamar pacarnya itu mengetuk pintu dan masuk ke dalam.
"Pusing Na, jangan suruh hapus fotonya dong." Xander berbicara dengan nada yang sok lemah padahal tadi dia sibuk salah tingkah melihat wajah Volna yang berada di ponselnya.
"Itu udah lupain aja." Volna lalu menyodorkan kotak yang sedari tadi dia bawa membuat Xander langsung meloncat dari kasurnya dan menatap Volan kegirangan.
"Ini apa?"
"Tadi aku pergi sama mama kamu, mama kamu beliin itu jadi aku kasih aja ke kamu." Volna berlagak cuek walaupun pipinya bersemu merah melihat senyum Xander yang merekah ini terlalu lucu.
"Beneran di kasih ke aku?"
"Iya. Itu juga yang beliin Mama kamu kok." Xander gemas dan memeluk Volna secara tiba-tiba, ini terlalu menyenangkan hatinya bahkan dia jatuh cinta lagi.
"Makasih Nana." Xander berucap tepat di telinga Volna membuat cewek itu mendorong Xander dan bergegas pergi dari sana, masuk ke dalam kamarnya sendiri dan menutup wajahnya. Ini terlalu manis.
Xander sendiri langsung meletakan hadiahnya di meja dan membukanya, baju ini terlihat dua ratus kali lebih cocok untuk dipajang saja karena ini hadiah pertamanya yang diberikan oleh Volna.
Xander menimang lagi, dia juga ingin memakainya untuk Volna lihat. Apakah dia harus membeli sepasang lagi?
***
Lanjut? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite boy
Teen Fiction[Finish, tidak lengkap, segera terbit] "Gimana kalau kita pacaran?" Volna hanya ingin menjalani hidupnya tanpa ada masalah apa pun. Suatu saat, dia bertemu dengan Xander yang menurutnya menyebalkan selalu ingin mendapatkan hatinya. Berbagai masalah...