PART 74

1.1K 64 7
                                    

Jangan lupa memberikan 🌟 sebelum membaca cerita ini

Pagi ini, Disa berhasil bangun lebih pagi tanpa adanya bantuan alarm. Entah hanya keberuntungannya atau tidak, tapi yang pasti, semoga satu hari ini menjadi keberuntungan baginya disetiap detiknya. Disa berhasil menghirup udara di dalam kamarnya dengan mata yang masih tertutup. Ia berharap kalau ia bangun lebih pagi dari Rendi, ya walaupun ia tahu kalau hal itu mustahil.

Sebelum ia benar-benar bangun, ia mengeratkan pelukannya pada benda padat empuk panjang yang biasa ia peluk di waktu tidurnya. Ia mengambil posisi ternyaman dengan menaruh kepalanya di atas benda empuk tersebut. Disa mencoba membuka kedua matanya dengan perlahan walaupun kantuk masih melanda. Perlahan, matanya mulai terbuka, seisi kamar pun perlahan terlihat di matanya. Tapi, tak ada salahnya bila ia menunggu Rendi selesai sembari memejamkan matanya. Ia mengeratkan kembali pelukannya pada gulingnya. Namun, sepertinya ia menyadari ada satu hal yang aneh pada gulingnya. Sejak kapan guling dapat membalas pelukan? Karna refleks, Disa langsung membuka matanya dan menoleh ke arah benda yang padat yang ia fikir adalah gulingnya.

DEGH!

Jantung Disa kembali berdetak tak karuan saat menyadari benda apa yang kini berada dalam pelukannya. Tidak, ini bukanlah benda padat yang sering ia peluk. Ini aset milik seseorang yang ia kesali dalam hidupnya, siapa lagi kalau bukan suaminya. Kini ia benar-benar tak mempunyai banyak nyali untuk sekedar menggeser tubuhnya menjauh dari dada bidang Rendi. Ia justru kembali memejamkan mata seolah ia masi tertidur lelap. Tanpa ia sadari, Rendi sudah sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Disa yang mulai tak nyaman, bahkan saat Disa membuka matanya dengan perlahan.

Ide jahil kembali muncul dalam benak Rendi. Ia sedikit mengeratkan pelukannya saat itu juga pada Disa, hingga membuatnya masuk dalam pelukan hangatnya. Sedangkan Disa, ia hanya bisa terpaku diam meratapi kesialan karna kebodohannya di pagi ini. Detak pada jantungnya tak juga mereda. Dentumannya semakin keras, ia dapat merasakan detak jantungnya yang kembali tak karuan, ia memohon kepada semua organ tubuh yang ada pada dirinya. Tolong, jangan buat ia malu di hadapan musuhnya sendiri. Tolong jangan memberikan reaksi apapun yang tak bisa ia tahan. Lagi pula, ada apa dengan laki-laki menyebalkan ini, fikirnya. Mengapa ia selalu menjahili Disa dengan cara seperti ini. Apa ia balas dendam karna kerusuhan yang selalu Ia buat di sekolah.

'Lepasin gue, gue mohon. Jangan buat gue mati muda Ren. Gua masih mau hidup, please.' Umpat Disa. Namun, Rendi seolah mendengar jeritan hati wanitanya. Ia langsung membebaskan Disa dari pelukannya. Tapi sebelum itu, ia berkata "yaudah gua lepasin, kalo mau peluk ngomong aja ya, gausah gengsi." Ucap Rendi. Disa tak membalas sepatah katapun dari kalimat Rendi barusan. Ia langsung beranjak duduk dari posisi tidurnya. Disa menatap Rendi dengan mimik wajah bingungnya, ia rasa, baru kali ini Disa mendengar kalimat dengan nada ramah seperti itu keluar dari mulut Rendi.

Rendi yang melihat ekspresi wajah Disa yanh seperti itu pun segera bangkit dari ranjangnya dan memposisikan dirinya duduk tepat di samping Disa. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Disa, Disa yang menyadari itupun langsung memundurkan sedikit tubuhnya dari sang suami.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Rendi. Disa pun langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "U-udah sana, lu mandi duluan." Ucap Disa dengan terbata-bata. Melihat Disa yang semakin tertekan, Rendi semakin menjadi-jadi. Ia langsung beranjak dari atas ranjang untuk ke kamar mandi. Namun sebelum itu, ia meninggalkan kecupan terlebih dahulu pada pipi kiri milik wanita cantik disampingnya. Disa dengan refleks menoleh ke arah Rendi, hingga akhirnya wajah dari keduanya sangat dekat. 'Sialan.' Umpatnya lagi. Disa hanya bisa menelan salivanya saat matanya bertemu dengan mata lelaki tampan di hadapannya.

MARRIED WITH SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang