Waktu era PDKT & pacaran, aku memanggilnya “Kak/Kakak” lalu setelah menikah, naik pangkat menjadi “Mas”. Namun, semuanya berubah ketika negara api menyerang. Nggak, maksudnya aku mulai memanggilnya “Bojo” ketika kami sudah menjalani rumah tangga di bulan ke-4. Nggak ada filosofi khusus dibalik panggilan tersebut. Hanya saja aku sering mendengarnya dari Bapak dan Mama.
Bapakku merupakan orang asli Jawa. Lebih tepatnya Madiun, Jawa Timur. Dikehidupan sehari-hari, Bapak terkadang menggunakan Bahasa Jawa meskipun itu hanya beberapa patah kata. Beliau paham bahwa anak-anaknya nggak ada yang fasih Bahasa Jawa.
Kata “Bojo” beberapa kali terucap dari mulut Bapak ketika sedang “Membicarakan” tetangga, seperti :
“Bojone Mbak Diyem nggak disini toh, Ma?”
“Oalaaah bojone Bude Parti sekarang kerjane nganggo motor.”
Dan masih banyak lagi. Maaf kalau bahasa Jawaku terlihat kaku dan aneh. Karena sesungguhnya aku blasteran Betawi dari Mama.
Dari percakapan tersebut, terlintas dibenakku untuk memanggil Mas ku dengan sebutan “Bojo”.
.
Ketika panggilan tersebut keluar pertama kali dari mulutku, dia agak kaget. Kedua alisnya berkerut, bibirnya agak monyong aaah lucu sekali membayangkan ekspresinya!!
Walaupun panggilanku sering berubah seperti “Mas”, “Yang”, “Sayang”, “Ayang”, “Babe”. Ya, aku tau itu nggak konsisten. Tapi dia tetap menjawab panggilanku kok!
Bahkan nomor handphone ku diubah menjadi “Bojo” olehnya. Lucu kan? Muehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOJO
FanfictionSekilas Cerita Kehidupan Rumah Tangga Tiffany Naditya Kusuma & Hanan Adityatama Erlangga.