Kerja

17 3 0
                                    

"Abang, ayo anter aku."

Tepukan pelan pada bahu belakang Khai mengejutkan cowok itu. Pasalnya Kean santai sekali bicara seperti demikian saat dirinya masih menyantap sarapan. Iya sih, dia memang diberi amanah oleh sang Ayah untuk antar dan jemput Kean selama adik perempuannya kerja.

Iya, kalian nggak salah baca. Kean betulan kerja. Satu minggu lalu Kean resmi bekerja di sebuah cafe guna mengisi liburan kuliah selama tiga bulan. Daripada nggak ada kegiatan dan cuma leha-leha dirumah, Kean mau coba hal baru dengan kerja. Asal-usul Kean mau kerja dimula ketika salah satu teman kelas Kean menjadi volunteer di sebuah program kelembagaan. Terus, Kean kepo sama kegiatan yang dilakukan temannya itu. Terlihat seru, tercetuslah ide untuk mengisi liburannya dengan kegiatan bermanfaat.

Jujur saja, seluruh anggota keluarga shock mendengar niat Kean. Bagaimana cara menjelaskan, ya? Kean itu bukan pemalas, tapi nggak bisa disebut rajin juga. Salah satu contohnya adalah seringkali Kean meninggalkan rumah dengan keadaan kamar berantakan. Tentu Ifa ngamuk, namun anaknya itu seringkali mengiyakan saja agar ocehan sang Ibu cepat selesai atau lebih parahnya lagi, ia menebalkan telinganya. Meski begitu, setiap minggu Kean rajin membersihkan akuarium di ruang tengah maupun sapu halaman belakang yang bahkan seluruh penghuni tau kalau luasnya tuh nggak sedikit.

Niat hati ingin "memperbudak" anak sendiri dalam perusahaannya harus Hanan urungkan tatkala Kean bertekad akan mencari pekerjaan tanpa bantuan siapapun. Karena ia tau, kedua orang-tua serta abangnya memiliki banyak koneksi. Akan sangat mudah bagi Kean untuk mendapat pekerjaan jika dibantu oleh mereka. Dewasa ini, ia ingin mandiri seperti kebanyakan anak seusianya.

Usai mendapat persetujuan, malam itu juga Kean menyiapkan segala hal keperluan dalam mencari kerja. Mulai dari data diri, portfolio, serta dokumen pendukung yang sekiranya akan membantu.

Hal pertama yang harus Kean lakukan adalah membuat dokumen data diri semenarik mungkin. Tenang, Kean sudah minta tolong pada temannya yang jago design untuk membantunya dalam membuat hal tersebut. Jadi, Kean tinggal memasukkan data diri. Begitupula dengan portfolio. Pokoknya persiapan Kean tuh sudah matang soal dokumen. Tinggal Kean buat akun di job portal dan tunggu panggilan kerja.

Memasuki hari ke-14 mencari kerja, Kean belum mendapat panggilan. Mau ngeluh, tapi baru satu minggu. Lagipula ia sendiri yang menolak segala jenis bantuan orang-tua dan abangnya. Jadi, kerjaan Kean selama menunggu panggilan ya cuma begitu-begitu saja. Banyak dari teman Kean yang mengisi liburan mereka dengan pulang ke kampung halaman, naik gunung hingga trip keluar negeri. Kean nggak iri, kok. Dia cuma bete, nggak punya kegiatan.

Di suatu siang, Kean memutuskan ke cafe. Entah cafe mana, yang penting Kean keluar rumah dan bisa mengusir suntuk. Karena belum punya sim, Kean pilih menggunakan transportasi umum—-lebih tepatnya bus-—menuju sana. Kenapa nggak pakai supir? Bukankah lebih mudah dan nyaman? Kean sendiri nggak tau mau ke cafe mana. Kalau pakai supir, kasian dong nanti mereka pergi tanpa tujuan.

Berbekal sumber internet dan maps, Kean sampai di cafe dengan perjalanan 45 menit. Sebenarnya cafe tersebut tak begitu jauh, dikarenakan macet, jadilah perjalanannya memakan waktu lama.

Cafe yang Kean pilih kebetulan masih terbilang baru. Wajar saja jika pengunjung yang datang tak begitu banyak. Malah tergolong sepi.

Lagi asik menyendok cheesecake, Kean nggak sengaja nguping dua orang pegawai cafe sedang gosip soal teman mereka yang resign dua hari lalu di meja kasir. Bagai sebuah petunjuk, Kean langsung mendatangi dua pegawai tersebut. Ia ingin menanyakan lebih dalam tentang itu.

Kedua pegawai cafe merespon dengan baik sebab Kean begitu sopan saat menanyakannya. Mereka memberitahu jika Kean dapat melamar besok. Tentu saja Kean senang bukan main.

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang