Hari ini rumah kami ditunjuk sebagai tempat arisan bulanan yang diadakan ibu-ibu komplek. Sebenarnya bukan ditunjuk sih, lebih tepatnya Ifa mengajukan diri karena memang sistemnya yang bergilir.
Acara dimulai pukul 10.00 pagi namun, Ifa ribet dari subuh. Mulai dari memeriksa sembari menghitung seolah menerka apakah makanannya akan cukup, lalu mengeluarkan piring yang digunakan saat-saat tertentu untuk makanan ringan, juga membersihkan ruang tamu. Jelas, point terakhir bagian gue yang disuruh geser sofa ke tempat lain sebab biasanya arisan disini duduknya lesehan pakai tikar atau karpet.
.
12.00 PM
Arisan ibu-ibu komplek usai. Selama acara berlangsung, gue sembunyi dikamar walau sesekali mengecek keadaan, barangkali Ifa butuh sesuatu. Menurut gue inti dari acara ini sebenernya gibah. Kenapa gue tau? Abis tiap gue keluar kamar, ada saja kehidupan orang yang dibicarakan. Bini gue yang kesehariannya bekerja dan jarang berinteraksi sama ibu-ibu komplek, hanya merespon dengan anggukan sembari nyengir menanggapi ocehan para ibu bermulut tajam itu.
Baru saja melempar badan gue ke kasur usai beberes rumah pasca arisan, ada panggilan masuk dari ponsel gue.
"Kenapa, Dan?"
"Mas, sibuk nggak? Gue mau curhat, dong. Tapi maunya langsung."
"Lo pikir gue Mama Dedeh."
"Mas, tolong lah. Gue mau cerita juga sama bini lo."
"Mau curhat apa sih, sayangku?"
"ENYAH LO, BABI!"
"KATANYA MAU CURHAT. GILIRAN GUE TANGGEPIN MALAH NGE-GAS!"
"Enakan ngomong langsung, Mas. Gue kerumah lo, ya. Ada bini lo, kan?"
"Ada."
"Okay. Siapin makanan ya, Mas"
"Yang ada lo seharusnya bawa makanan."
"Tanggal tua, Mas."
"Yaudah pintu gue tertutup rapat kalo gitu."
"IYA-IYA, ELAH! GUE OTW."
.
"Eh Kak Dani. Masuk, Kak. Bentar ya, gue bangunin Mas Hanan dulu."
Buset malah tidur si anak kampret, pikir Dani.
Selagi menunggu pasutri itu, mata gue menelisik seisi ruangan. Sekedar info, rumah Mas Hanan tuh, rumah impian gue. Maksudnya, nggak terlalu besar dan nggak kecil banget. Pas gitu, lho. Ditambah barang-barang dirumah mereka tuh, cantik-cantik banget. Kayak rumah orang luar negeri di ig itu. Rumah gue di Boston nggak secantik ini, ya lo mengharapkan apa, sih? Bokap nyokap gue sibuk. Mana sempat beli gini-ginian.
Ditambah Ifa orangnya nggak suka sama sesuatu yang berantakan. Jadi nggak heran rumah mereka bersih plus wangi banget!
"Sorry ya, Kak. Udah gue bangunin kok anaknya. Bentar lagi turun paling."
"Iya, santai. Eh, tapi sebenernya kedatangan gue kesini mau curhat sama lo berdua sih, Fa."
"Oh? Mau curhat apa? Eh, tunggu Mas Hanan dulu deh, masyaAllah tidur lagi apa, ya?"
Bukan Mas Hanan namanya kalau nggak kebo.
"Minum dulu deh, Kak. Mau minum apa?"
"Apa aja, Fa. Oh iya nih, tadi gue mampir, ehe."
Tadi kata Mas Hanan, gue suruh bawa sesuatu biar bisa numpang curhat. Makanya tadi gue mampir ke salah satu resto khusus donat dan kopi.
"Kok repot-repot sih, Kak? Tadi disini abis arisan, makanan masih banyak, tuh. Mas Hanan nggak bilang, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BOJO
FanfictionSekilas Cerita Kehidupan Rumah Tangga Tiffany Naditya Kusuma & Hanan Adityatama Erlangga.