"Dek, kaos ku yang kuning mana, ya?"
Perasaan kalo nggak dicari ada, deh.
"Ya, ditumpukan kaos kamu. Aku nggak misah-misahin, kok."
"Nggak ada."
"AWAS YA, MAIN DITARIK AJA KAOSNYA. AKU UDAH CAPEK-CAPEK SUSUNNYA."
Gimana mau narik sih, orang ketemu juga nggak. Nih ya, Ifa lama-lama beneran kayak ibu-ibu yang ngamuk kalau susunan baju dilemari berantakan. Terkadang gue nggak sengaja meletakkan handuk basah dikasur, lalu berujung gue ditimpuk pakai handuk tersebut dan puncaknya kalau anaknya alias dapur diberantakin.
"Kaos kuning mana sih, yang? kaos partai?"
Ifa menghampiri gue, bermaksud untuk membantu.
Kadang pertanyaan bini gue suka nggak masuk akal makanya gue diemin. Salah satu contohnya tadi, buat apa coba gue kumpulin kaus partai?
"Kaos kuning yang buy 1 get 1 itu."
"Ada, kok. Belum lama aku liat."
"Nggak ada."
"Kalo ada, mau kasih apa?"
"Sepaket panci."
"Deal!"
Ini bukan kali pertama gue taruhan perihal sesuatu yang gue yakini nggak ada, tapi begitu dicari Ifa ketemu. Sebelumnya kita, maksudnya gue, kalah taruhan dengan membelinya berbagai macam pisau dan spatula, yang bahkan menurut gue keliatan sama semua, hanya beda ukuran saja kecuali pisau daging.
Awalnya gue "pasang" sepaket skincare-nya Ifa, tapi ia menolak dengan alasan baru beli dan memilih perintilan anaknya. Seingat gue pasca payday yang dibeli bini gue kebanyakan peralatan dapur ketimbang alat tempur wanita dan antek-anteknya. Tapi, bukan berarti bini gue nggak terawat ya, enak aja lo!
Gue selalu memeriksa semua kebutuhan Ifa yang didepan meja kaca, pada tau lah ya itu apaan. Cara meriksanya? Di-shake. Kalau masih berat, berarti baru dan kalau tinggal sedikit, gue tinggal transfer ke bini biar nanti sisanya dia yang urus. Paling nanti dia yang bingung, ada uang hasil ngepet darimana. Nggak lah, coy. Itu nanti balik ke gue juga. Maksudnya kalau kebutuhan pribadinya sudah tercukupi dan masih ada sisa, biasanya ia gunakan untuk beli kebutuhan gue. Bukan kebutuhan primer sih, tapi lebih ke sekunder, misal beli kemeja, kaus, sepatu bahkan parfum.
Khusus parfum, ada cerita lucu. Setelah nikah, urusan wewangian diambil alih Ifa karena gue terlalu sering ketangkap basah sebagai pelaku penguras parfum Ifa alias pakainya kayak mandi parfum, katanya. Seluruh penjuru badan gue semprotin. Terus, yang sering gue habiskan adalah parfum favoritnya. Ngamuk dong, yaudah deh tuh, besoknya Ifa bukan beli parfum langganan gue, melainkan ia coba yang lain karena tergoda diskon dan malah keterusan untuk bulan-bulan selanjutnya. Bisa dibilang, gue kelinci percobaan. Makanya wangi gue beda-beda.
Disisi lain, kalian pasti sudah tau kan kalau Jo itu tukang nempel-nempel? Semua juga ditempelin sama dia. Satu waktu dia ngeh wangi gue beda dari yang sebelumnya (se-bagus itu ingatannya). Berbekal dari sana, dia nuduh gue yang nggak-nggak.
"Parfum lo ganti, Mas? Kok beda lagi sama yang kemarin? Wah, jangan macem-macem lo, Mas."
"Apaan sih, lo? Ini parfum diskonan yang dibeli bini gue. Beda merk sama yang kemarin."
"Oh, kirain."
Bangsat emang.
Okay, kita balik lagi ke taruhan panci.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOJO
FanfictionSekilas Cerita Kehidupan Rumah Tangga Tiffany Naditya Kusuma & Hanan Adityatama Erlangga.