Murka

19 3 0
                                    

Hai, gue Samudra Hendrawan anaknya Bapak Jefri Hendrawan. Sorry ya, kalau perkenalannya kaku banget. Gue nggak pintar perkenalan yang asik-asik gitu. Gue disini mau cerita… cerita apaan, ya? Kisah percintaan gue tragis soalnya. Hidup gue juga biasa aja, I mean gue kerja–latihan –persiapan S2–repeat.

Gimana kalau kita omongin alasan dibalik gue ambil S2 dulu?

Jadi alasan gue ambil S2 yang pertama karena mbak mantan, hehe. Bisa dibilang salah satu pengalihan gue biar nggak mikirin dia terus kalu nggak dengan ngumpul bareng anak–anak, ya belajar. Gue anaknya suka belajar.

Awalnya gue belum ada keinginan untuk ambil Magister karena niat gue mau seriusin mantan gue, tapi ternyata Allah berkehendak lain. Patah hati terberat gue ya dia, hehe. Alasan kedua gue yaitu, karena istrinya Hanan. Kenapa jadi Ifa? Karena Hanan pernah cerita katanya Ifa pingin lanjut S2 namun, dilarang sementara sama Hanan. Iyalah wong mereka baru nikah. Gue kalau jadi Hanan nggak bakal rela ditinggal istri keluar negeri, meskipun tujuannya buat belajar.

Sejak saat itu gue jadi ke-trigger pingin S2 juga. Daripada gue kebanyakan galau. Nanti ucapan terima kasih di Thesis gue ada nama mbak mantan, Ifa dan Hanan selaku orang dibalik alasan gue ambil S2.

Saat gue memberikan undangan Tasha ke orang tua gue, mereka jelas terkejut. Gue nggak pernah cerita pada mereka kalau hubungan anaknya kandas. Nyokap tersakiti banget pas tau mantan calon mantunya diembat cowok lain sampai nangis, haha. Bokap sempat nawarin gue buat dijodohin sama salah satu anak koleganya, tapi gue tolak dan bilang kalau gue mau lanjut S2.

Respon mereka jelas positif, bahkan bokap merekomendasikan beberapa kampus di Manchester. Di mana ada beberapa teman bokap yang ngajar disana, tapi bertekad lanjut disini dengan beasiswa.

Saking sibuknya kerja, manggung dan persiapan kuliah, gue jadi belum ada keinginan untuk buka hati lagi. Ada sih, senior gue dikantor yang menunjukkan sinyal–sinyal suka sama gue, tapi maaf, gue nggak tertarik. Selain karena belum pingin, dia janda coy!
Maksud gue disini, di Jakarta, di Indonesia masih banyak perawan cantik yang mungkin masuk tipe gue dan mau sama gue. Terus ini yang deketin gue janda. Cantik sih, independent woman gitu, tapi beneran deh, gue belum pingin.

Anak–anak puas banget ngetawain pas gue ceritain lagi dideketin janda. Padahal Mbak Sandra bisa dibilang janda ekslusif. Cantik, baik, pintae, kaya, paket lengkap pokoknya. Setelah gue menunjukkan fotonya, si brengsek Dani dengan entengnya bilang, seandainya dia lagi nggak dekat sama Ruby, Mbak Sandra mau digebet. Tentu saja kontroversi. Buktinya, Dani ditimpuk sandal sama yang lain. Gue mah, bagian ngetawain doang.

Kita lanjut ke bagian Hanan, ya.

Okay, jadi ada satu moment di mana pertama kali gue liat Hanan ngamuk dan kalap banget. Gue nggak tau apa Hanan sudah cerita ini ke kalian atau belum, tapi biar gue ceritain lagi biar jelas, ya.

Jadi waktu itu kita dapat tawaran manggung disalah satu festival musik terbesar di Indonesia. Dari semua pacar TFP, yang paling sering nonton adalah Jov dan Ruby, sedangkan Ifa terbilang jarang. Kerennya, pernah bertolak ke Medan seorang diri demi melihat TFP tanpa menginfokan ke Hanan terlebih dulu. Tau–tau sudah berdiri diantara penonton. Nah, di festival ini Ifa nonton sendiri. Ditambah ada kejadian "diganggu" oleh empat oknum yang berusaha dempet–dempetin badannya ke Ifa.

Berkat campur tangan Bapaknya Hanan, pelaku tertangkap dalam kurun waktu kurang dari tiga jam setelah Ifa cerita ke Hanan. Saat itu Hanan bilang gue dan Dani mau ketemu sama orang tapi butuh teman. Nggak taunya alasan Hanan adalah untuk mencegah ia berbuat hal yang lebih brutal ke pelaku. Benar saja, sampai sana nggak pakai Bismillah, Hanan mukul pelaku yang sebelumnya sudah babak belur. Mungkin karena sudah dipukul duluan sama orang suruhan Bapaknya Hanan. Jangan ditanya muka–muka pelakunya sehancur apa.

Jujur gue kaget banget pas liat kejadian itu, maksudnya, gue nggak pernah liat Hanan semurka itu. Sampai pelakunya pingsan, Hanan masih bernafsu buat pukulin. Karena gue nggak mau dia jadi pelaku pembunuhan, gue dan Dani bergerak misahin. Buku jarinya sampai luka saking kencangnya pukulan.

Setelah mukul anak orang sampai pingsan, Hanan sempat–sempatnya bercanda,

“Nggak salah gue bawa lo sama Dani, Mas. Kalo gue bawa Mas Matt, Mas Kala sama Jo beda lagi ceritanya."

“Beda gimana?”

“Mereka bertiga kan seneng mancing emosi gue. Kalo gue makin dikomporin terus kehasut, hasilnya bisa lebih brutal dari yang tadi. Apalagi Jo sama Mas Kala paling nggak suka denger atau liat perempuan dilecehin, yang ada bertigaan ntar mukulnya.

Terbukti, setelah Hanan menceritakan kejadian tersebut, Kala dan Jo langsung mengambil langkah untuk menemui pelaku. Walau sudah ditahan, keduanya masih komat-kamit mengeluarkan sumpah serapah. Hanan benar, bisa mati anak orang kalau mereka berdua diajak.

Sampai sekarang Ifa belum tau kalau pelaku yang “menyentuhnya” di festival itu dipukulin Hanan dan masuk penjara. Katanya Hanan nggak mau Ifa ngingat–ngingat lagi kejadian buruk itu. Mantap banget emang teman gue!

Dah ah, segitu dulu dari gue. Nanti gantian sama Jo atau Dani. Bye.







Belom ada seminggu kan aku absennya? 🤣
See u on the next chapter ❤️

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang