Kabar

16 3 0
                                    

"Lho kok udah pulang, Pap?!"

Ifa begitu terkejut melihat gue pulang dua jam usai makan siang.

"Aku mau main sama Abang hari ini."

Walaupun dengan raut wajah bingung, Ifa tetap mengangguk seraya menunjuk Abang yang sedang asik bermain diatas karpet bersama mainannya. Melihat gue mendatanginya, Abang sontak mengulurkan kedua tangannya seakan meminta untuk digendong. Anak gue beneran kangen Bapaknya. Maaf ya Nak, Papap terlalu sibuk diluar sana.

Sekedar info, usia Abang saat ini adalah delapan bulan. Hampir setiap hari, kami dikejutkan hingga dipusingkan dengan berbagai tingkah Abang yang terbilang aktif.

Meski tinggal di kota metropolitan, nggak membuat Abang selalu berkutat dengan mainan canggih jaman sekarang. Ifa dan Ibu memiliki banyak cara untuk mengenalkan Abang tentang alam, contohnya kami bertiga pernah hiking, piknik, hingga kemah bersama. Bukan glamping ya, beneran camping perjusami saat sekolah atau kayak lo pada naik gunung. Repot sudah pasti, namun disitulah titik keseruannya.

Banyak kegiatan yang kami lakukan selama camping, seperti memancing didanau selagi menggendong Abang, mencari kayu bakar dan membuat api unggun bersama, memandang bulan dan bintang dihamparan luas. Jangan lupakan bahwa kami hanya menggunakan sleeping bag sebagai alas kasur. Hebatnya, anak gue nggak rewel. Keren nggak, tuh?

Begitupula dengan Ibu, yang memiliki sejuta ide agar cucunya semakin banyak belajar mengenai hal baru. Dimulai dari mengajak Abang mengelilingi mini garden belakang rumah, memperkenalkan berbagai macam bunga yang beliau miliki, serta membawa buku dongeng guna menceritakan pada cucunya ditaman sembari menghirup udara segar.

Tak kalah dari Ibu dan Ifa, peran Ayah, Kak Anin dan Dinan juga sama besarnya dalam mengajarkan hal baru pada Abang. Gue bersyukur anak gue tumbuh dengan sangat baik disini.

.

Memanfaatkan anak gue yang aktif, sekarang Ifa memiliki cara baru untuk membangunkan gue ketika kebo mode on, yaitu dengan meletakkan Abang diatas badan gue, lalu nanti Abang akan mengerahkan seluruh tenaganya dimulai dari tarik rambut, mukul pipi, hingga mengigit hidung gue. Iya, anak gue brutal banget. Nggak tau nurun dari siapa. Metode diatas teruji ampuh. Iya lah, siapa yang nggak bangun, dapat serangan anarkis begitu.

Tak terasa satu jam terlewati. Anak gue belum memperlihatkan tanda-tanda lelah. Kata Ifa, Abang baru bangun tidur jadi saat ini ia sedang on fire main.

Sebentar, tumben Mas Kala video call.

Rupanya, semua anak TFP sedang berkumpul, lebih tepatnya sofa di studio.

"Woy, Nan."

Tau lah ya, siapa yang berisik.

"Ada apa nih, telfon rame-rame begini?"

"Pengen liat anak gue lah!"

Iya, anak gue = anak bersama.

"Pas banget lo pada telfonnya. Gue lagi balik cepet terus Abang lagi nggak bobo pula."

"Mana Abang-nya buruan!" teriak Dani tak sabaran.

"YOOOO, GEMASSSS!!"

"HAI, KHAIZAAAAAN."

"PIPINYA MAKIN MONTOK, YA TUHAN."

"HEH! ANAK GUE SAMPE BENGONG INI, HAHAHA."
"Nak, itu om-om kamu, lupa ya?"

"Bang, ini Om Jo, yang kamu eek-in waktu ditaman."

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang