Titipan

14 3 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat. Usia Abang sudah memasuki empat tahun. Masa di mana ia aktif di semua kegiatan, baik di rumah maupun di sekolah. Tadinya gue belum pingin Abang sekolah diusia dini, namun karena ia melihat Daniella (Anak Dani dan Ruby) main kerumah saat ia baru pulang sekolah, Abang jadi pingin ikutan. Terbukti sih, anaknya happy, jadi gue dan Ifa juga nggak menyesal.

Kegiatan Abang diluar rumah selain sekolah adalah ikut gue ke studio atau ke lokasi pekerjaan gue yang lain. Seperti sekarang, Abang ikut ke lokasi pemotretan. Sebenarnya untuk job ini gue jarang ambil, sebab kalian tau sendiri pekerjaan utama gue sudah banyak menyita waktu, ditambah side job gue sebagai musisi. Gue ambil job ini karena sepupu gue baru buka clothing line terus minta tolong, jadi ya gitu deh, lumayan uangnya bisa buat les Taekwondo Abang.

Gue dan Ifa terkikik melihat Abang. Anak gue itu selalu melongo tiap melihat sesuatu yang baru baginya.

Tak berselang lama, seorang staff menghampiri guna menyuruh keruang ganti untuk make-up dan ganti baju.

"Kenapa Papap dandan kayak Ibun?" adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Abang.

"Biar nanti hasil fotonya bagus, Bang."

Merasa tak puas, ia menghampiri gue.

"Papap."

"Iya, Nak?"

"Liat aku. Papap bilang, kalau bicara harus tatap mata sama yang ngomong."

"Kalau Papap nengok, nanti dandanan nya jadi berantakan, Abang. Sini yuk, sama Ibun. Mam biskuit, mau?" mendengar makanan, sontak ia lupa dengan semuanya.

.

"Bang, Fa, thanks ya, udah luangin waktu buat bantu gue."

"Gue juga makasih. Sorry ya, yang tadi."

"Nggak papa, gue paham kok. Hati-hati kalian."

Setelah empat jam pemotretan, semuanya beres, eittss, jangan dikira lempeng-lempeng saja. Ada moment di mana gue garuk-garuk kepala melihat tingkah Abang. Kayaknya pertama kali gue melihat Ifa kewalahan ngurus Abang. Makanya tadi gue sempat turun tangan, yang berujung pemotretannya agak molor.

Dengan perlahan, gue meletakkan Abang diatas car seat-nya. Anak ini lumayan sensitif kalau tidurnya terganggu walau hanya gerakan kecil saat ia belum nyenyak.

"Pap, maaf ya, tadi kamu jadi ikut bantuin aku. Aku nggak ngerti kenapa Abang ngamuk cuma gara-gara baju."

"Hahahah, anak kamu posesif banget, Bun."

"Foto copy-an kamu, tuh."

"Gimana kalo fotonya ada model perempuannya ya, Bun?"

"Itu giliran aku yang ngamuk."

"HAHAHAHAHA."

"ASTAGHFIRULLAH, BERISIK IH!"

"Hehe maaf, maaf. Oh iya, Kak Anin udah jalan, Bun?"

"Udah sampe malah. Kamu nggak mau titip sesuatu?"

"Sekarang sih nggak ada, nanti kalo berubah pikiran, aku hubungin kamu."

"Okay, kamu hati-hati. Jadi anak yang baik ya, Nak." usai mengecup punggung tangan dan pipi gue ia bergegas turun untuk menemui Kak Anin.

.

"Kak, sorry, lama"

"Santai, tadi aku juga beli boba dulu."

Sebelum menemani Bojo kerja, aku sudah lebih dulu membuat janji bersama Kak Anin. Ya, sekedar jalan-jalan ke mall. Katanya, sudah lama ia nggak mampir ke pusat perbelanjaan di Jakarta.

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang