Extra Part 4

36 2 0
                                    

Papi Jo

"Papiiiiii."

Didalam kamar gelap, terlihat gadis mungil tengah membangunkan ayahnya yang masih terlelap. Sebenarnya, bukan perkara sulit menarik Ayah dari pulau kapuk, jika saja dimalam sebelumnya lelaki itu tak tidur terlalu larut. Salahkan pertandingan club basket kesukaan lelaki itu yang tayang pada dini hari. Menyebabkan si bungsu harus bersusah payah membangunkannya.

Berbagai cara telah Eirene lakukan. Menepuk pipi, menggoyangkan lengan, hingga menjambak rambut tak berhasil. Gadis itu merengut kesal. Terbesit niat jahat menyiram Ayah dengan segelas air di nakas, tapi tak sampai hati ia melakukannya.

Layaknya serial kartun yang ia tonton, tiba-tiba saja sebuah lampu muncul disamping kepalanya diikuti bunyi "ting", Eirene ingat akan pesan Mami. Beliau mengatakan tentang jurus jitu menarik Papi dari keluar dari kasur.

Sebelum mengeksekusi, senyum miring tersungging dibibir kecil Eirene.

"AWW!!"

Berhasil! Papi Jo bangun.

Melihat Papi kesakitan dan siap melayangkan teriakan, Eirene sudah lebih dulu memasang senyum polos. Membuat Jo menahan amarahnya dan beralih menghujani kecupan di pipi Eirene. Tentu saja gadis kecil itu menerima dengan hati gembira.

"Siapa yang kasih tau kamu buat gigit begitu?"

"Mami, hehe."

Mendengar hal tersebut, Jo kembali menyerang anaknya dengan kecupan disertai dengan gelitik dipinggang mungil si kecil.

Kegiatan seru itu harus terhenti saat nyonya pemilik rumah menginteupsi mereka untuk sarapan.

.

Langkah Jo begitu tergesa mengetahui pekerjaannya selesai diluar dugaan. Ia memiliki janji pada kedua putrinya untuk pulang tepat waktu agar mereka bisa makan malam bersama.

Sialnya, kemacetan tak bisa ia hindari. Rentetan sumpah serapah keluar dari mulutnya.

Sebelum Eirene ngambek, Jo menghubungi Naura. Guna menginfokan keadaanya serta menenangkan si kecil.

"Mi, makan malam udah siap, ya?"

"Iya. Kamu di mana, Pi?"

"Sorry, Mi. Aku baru balik, terus sekarang kejebak di lampu merah deket kantor."

Belum Naura menjawab, suara grasak-grusuk memenuhi panggilan. Tak berselang lama, suara Eirene menggantikan Naura.

"Papi.."

"Hi, sayang. Maaf ya, Papi telat pulangnya. Pasti Eirene udah lapar." Jo berucap dengan suara rendah. Menyesali perbuatannya.

"Engga, kok. Tadi aku banyak icip masakan Mami pas bantu, hehe."

Hati Jo mencelos. Tak menyangka bahwa Eirene akan sesenang itu perihal makan malam bersama yang ia skip lebih dari dua minggu. Jangan lupakan Jo dengan segala ke-sensitifan-nya, yang sudah berkaca-kaca dan berusaha menjaga suaranya agar tak terdengar aneh di telinga anak dan istrinya.

"Wah! Pintar sekali anak Papi! Kalo gitu Papi ngebut sekarang biar bisa icip masakan adek."

"Jangan ngebut. Aku, Mami dan Kakak akan tunggu Papi sampai jam delapan."

"Kalau sudah diatas jam delapan?"

"Aku makan duluan."

Sontak saja gelak tawa keduanya tak terelakkan. Sedangkan diujung sana Naura dan Aubree geleng-geleng kepala melihat interaksi mereka.

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang