Welcome

18 3 0
                                    

Menuju Grammy Award 2024 (6)

Hello om om sekalian, kenalin aku Khaizan Anarghya Erlangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello om om sekalian, kenalin aku Khaizan Anarghya Erlangga.

Kala Yudhistira
ALHAMDULILLAH, YA ALLAH AKHIRNYAAAA
Hai, baby Khai

Alevandra Matt
PUJI TUHAN
SELAMAT, NAN
ITU PIPINYA GEMESIN AMAT!!

Jonas Cendric
SELAMAT YA, MAS
BABY KHAI CEPET PULANG!

Dani Abhivandya
CONGRATS, MAS

Samudra Hendrawan
Alhamdulillah
Lahir jam berapa, nan?

Makasih semuanya.
Jam 4 pagi, mas.
Makanya gue baru bisa ngabarin sekarang.

Dani Abhivandya
Gimana rasanya, mas?

Semrawut, dan.
Mulesnya dari sore, keluarnya tadi pagi.

Alevandra Matt
Asik official jadi bapak, nih

Dani Abhivandya
Bapak pertama di TFP

Kala Yudhistira
Cerita nan, gimana prosesnya

Jonas Cendric
Kenapa nanya nanya, mas?
Pengen punya juga?

Alevandra Matt
Buat persiapan, jo

Kala Yudhistira
Nggk gt y anjg

Alevandra Matt
WKWKWKWKWKWK

Kala Yudhistira
Cerita, nan!

Bentar, gue ganti popok dulu.

Alevandra Matt
GILAK!!
UDAH BISA GANTI POPOK, DONG

Begitulah sekilas percakapan gue dan anak–anak saat gue mengumumkan resmi jadi seorang Ayah. Rasanya? Campur aduk, cuy. Bahagia? Sudah pasti. Bangga? Jelas! Ada sedihnya juga, karena gue bakal punya saingan dirumah. Nggak, bercanda.

Khaizan Anarghya Erlangga, memiliki arti tempat penyimpan harta yang berharga. Harta yang dimaksud disini bukan berupa materi, tapi lebih ke doa dan harapan supaya jadi laki–laki yang baik dan istimewa. Keren, kan?

Sedikit cerita saat pemilihan nama untuk Abang. Awalnya, sempat terpikirkan menamai anak kami berawalan huruf seperti gue. Biar kayak orang-orang, maksudnya. Scroll sana-sini, belum dapat yang pas. Kami selalu berselisih. Misal, gue suka salah satu nama, Ifa nggak setuju dan begitupula sebaliknya.

Diujung lelah, gue membuat kesepakatan. Kalau nggak menemukan yang cocok hingga lusa, gue akan menamainya antara Hartono, Haryanto atau Hartanto. Entah karena frustasi atau menganggap itu sebagai guyonan, Ifa menyetujuinya. Padahal dari gue pribadi, nggak main-main.

Menjelang tenggat waktu, Ifa mengusulkan nama Khaizan. Terinspirasi dari salah satu tokoh buku bacaannya bernama Khaisar, dari situlah Ifa mulai mencari nama-nama berawalan Khai. Begitu menemukannya, ia langsung mengajukan pada gue. Tak perlu waktu lama buat gue menyetujuinya. Selain namanya bagus, makna dibaliknya juga indah.

Kita kembali ke situasi menjelang Ifa lahiran.

Nano–nano banget rasanya waktu liat bagaimana perjuangan Ifa melahirkan. Gue jadi tau apa yang dirasakan Ibu dulu saat melahirkan ketiga anaknya. Ifa sampai nangis minta maaf pada Mama dan Ibu. Gue? Ikutan nangis.

Hingga malam hari, Abang belum keluar. Tak tega melihat betapa lelahnya kedua orang-tua dan mertua, gue mempersilahkan mereka untuk pulang dan beristirahat, tapi mereka kompak menolak dan memilih menunggu.

Jujur, tidur gue nggak nyenyak, kayak takut nanti tiba–tiba Ifa butuh sesuatu atau mulas, bahaya kalau nggak ada gue.

Dugaan gue benar, jam tiga dini hari kontraksinya semakin menjadi dan dokter bilang posisi Abang sudah bagus dan waktunya melahirkan.

JANGAN DITANYA BETAPA DEG–DEGANNYA GUE SAAT ITU!

Didalam ruangan, nggak ada yang bisa gue lakukan selain berdoa dan memberikan semangat pada Ifa. Peluh yang membasahi kening, cengkraman kuat serta dorongannya dibawah sana menambah kecemasan gue. Tapi kata dokter, gue nggak boleh menunjukkannya. Siapa lagi yang bisa kuatin Ifa kalau bukan gue?

Saat tangisan Abang terdengar, gue membeku. Suara dokter dan suster disekitar tak terdengar ditelinga gue. Hanya ada tangisan Abang. Gue baru tersadar setelah Ifa menggenggam tangan gue. Dengan wajah pucat, senyum lelah  dan air mata berderai, ia berucap,

"Khaizan.."

Disitulah tangisan gue pecah. Tak peduli pada suster yang tertawa liat gue nangis sampai jongkok-jongkok.

Tau nggak, rasanya pas lo upacara, tapi perut lo kosong? Gemetar kan, pasti. Nah, sama rasanya saat gue mau adzan ditelinga Abang. Gemetaran parah!!

Gemetar, air mata nggak berhenti. Aduh, rebek banget, dah.

Disaat gue struggle sama keadaan sendiri, bisa-bisanya Ifa celetuk,

“Pap, ingus kamu bleberan, tuh. Hapus dulu, kek.”

DIKETAWAIN DONG GUE, SAMA AKUNG DAN UTI-NYA ABANG!

Dihari itu nggak terhitung berapa kali gue nangis. Dimulai dari melihat perjuangan Ifa melahirkan, mendengar tangisan Abang, lalu saat skin to skin contact pertama kali sama Abang, melihat Abang tidur nyenyak dalam baby box, bahkan saat mengganti popoknya pun, gue nangis. Jangan kaget sama poin terakhir, satu bulan sebelumnya, gue praktik sama ahlinya. Tepuk tangan dulu, dong!

Eh iya, untungnya, gue nggak jadi sewa jasa birth photography. Kalau iya, pasti isinya kebanyakan pas gue nangis. Aib semua itu.

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang