Dinas Keluar Kota

38 2 0
                                    

Apa yang kalian rasakan ketika ditinggal orang tua atau pacar dinas keluar kota? Kesepian? Sudah jelas. Aku tau rasanya. Namun, ini justru kebalikannya. Aku yang meninggalkan Bojo dinas keluar kota karena tuntutan pekerjaan.

Memang nggak mudah karena ini kali pertama aku meninggalkan Bojo. Biasanya Bojo yang suka pergi-pergi keluar kota. Entah itu dinas kerja atau ada job manggung.

.

Dua hari sebelum keberangkatan, aku sudah menyiapkan beberapa bahan makanan yang sekiranya mudah untuk diolah seperti nugget, telur, sosis, ayam krispi yang tinggal digoreng, kentang, dan mi instan. Mama pernah bilang sebisa mungkin untuk mengurangi konsumsi makanan instan dan penyedap masakan terlalu banyak. Jadi aku sangat mengusahakan untuk nggak terlalu sering mengolah bahan-bahan yang kusebutkan diatas kecuali kentang dan telur.

Aku nggak melarang kok. Hanya dikurangi saja jumlahnya, misal dua minggu sekali atau dalam keadaan mendesak seperti saat aku sakit, atau sedang berpergian seperti yang akan kulakukan beberapa hari ke depan. Aku juga nggak beli sayur. Kenapa? Karena aku yakin pasti nggak akan diolah even sayur bayam yang masaknya cuma masukkin bawang-bawangan, gula, daun salam dan garam saja. Lagipula aku nggak mau Bojo ledakkin dapurku.

.

Sebelum berangkat, Bojo berpesan padaku untuk nggak meninggalkan sholat, minum vitamin, tidur yang cukup dan satu lagi, yang menurutku paling lucu yaitu, minta tolong bangunin sholat Subuh via telfon. Padahal bisa lho, set alarm terus beres. Namun, Bojo bersikeras maunya ditelfon. Katanya biar berasa dibangunin sama istri. Hihh colok juga nih matanya!

Di hari pertama ku tinggal dinas dan usai dibangunkan sholat Subuh via telfon, Bojo hubungi aku lagi hanya untuk menanyakan jumlah takaran detergent dan pelembut pakaian dimesin cuci. Lucu banget ya Allah..

Nggak berhenti sampai disitu, sorenya Bojo hubungi aku lagi untuk kasih tutor cara membuat Spaghetti Carbonara sama Kak Jo.

Padahal ada teknologi bernama Youtube. Kenapa nggak digunakan semaksimal mungkin, sih? Alasannya terlalu cepat menjelaskannya. Mana ponselnya hanya disandarin ke botol saus. Untung nggak oleng atau bahkan nyemplung ke Spaghetti-nya.

Berikut sekilas isi percakapan kami :

"Ini takaran garemnya semana, Dek? Tadi kan kata kamu kalo segenggam, garemnya 1/4 sendok teh. Tadi aku lebih dari segenggam. 3 genggam kan, Jo."

"Iya Mas, sekitar segitu."

"Yaudah garemnya coba setengah sendok teh dulu. Nanti kalo kurang boleh tambah lagi."

"Okay. Tapi Dek, segenggam tanganku sama kamu kan beda. Tangan kamu kecil. Pasti beda takaran garemnya. Kayanya kurang, deh."

Bolehkah ku akhiri saja telfon-nya?

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang