Kotor
"Abaaaang."
Gue curiga anak gue anteng banget main sama Kara. Mana itu bocah dua se-frekuensi banget perihal "acak-mengacak" apapun. Padahal Bapaknya Kara galak.
Bener, kan. Itu bocah dua balik kerumah dalam keadaan kotor, ya gue tau berani kotor itu baik kalo kata iklan sabun detergen, tapi kan–-hadeh bini gue sensitif kalau rumah kotor!
"Ya Allah Nak, kamu kotor banget. Main apa sama Kara?"
"Main petak umpet terus Kara jatoh, celananya kotor. Karena Kara takut diomelin sama Om Kala, jadi aku ikut kotorin celana biar diomelin berdua, hehe."
"Tapi kok kotornya sampe ke baju?"
"Tadi aku lap dibaju abis nanem bunga."
"Bunga dari siapa?"
"Uti."
"Uti nyuruh kamu nanem bunga?"
"Engga. Pas tadi aku main petak umpet, pohon disana nggak ada temennya. Aku mau ambil yang ada pot nya nggak kuat karena berat, jadi Kara yang cabut dari situ terus aku yang nanem, deh."
"Kamu punya sekop?"
"Engga. Aku pake tangan, hehehe."
Okay.......
.
Konser
“Abaang.”
“Abang Khai.”
Kemana ini anak? Kayaknya kalau diam sedikit nggak asik kali ya, buat anakku. Adaaa saja kelakuannya, bisa diam kalau lagi sekolah sama tidur doang. Di sekolah pun, Abang terkenal sebagai anak yang nggak bisa diam (sudah pasti) dan banyak tingkah.
Banyak tingkah disini bukan dalam artian negatif, salah satu contohnya saat belajar, tiba–tiba izin ke toilet. Untuk ukuran anak TK pasti ketika salah satu muridnya ke toilet akan didampingi oleh sang guru. Kebetulan disekolah Abang memiliki banyak tanaman serta bunga. Karena sedari kecil sudah akrab pada bunga yang kebanyakan diajarin sama Uti-nya, jadilah anakku menjadi tutor dadakan buat gurunya. Dia kenalin semua bunga yang ada ditaman sekolah, padahal itu masih jam pelajaran. Saat disuruh kembali ke kelas, anakku malah jawab,
“Tapi bunga yang disana belum aku kasih tau Bu Rasti. Pasti Ibu nggak tau kan, namanya bunga apa? Ini aku kasih tau.”
Sampai akhirnya dua guru berdatangan bermaksud membantu Bu Rasti dalam memberikan pengertian ke Abang.
Kembali ke saat ini, sebenarnya aku mau suruh anakku mandi karena nanti sore mau nonton Papap beserta Om–om nya manggung. Tapi dari bangun tidur siang sampai sekarang, anaknya nggak balik–balik ke kamar. Biasanya kalau habis berbuat sesuatu, misal bikin tower pakai lego, atau mewarnai pasti akan membawa hasil karyanya ke kamar lalu menunjukkan padaku.
Aku bukannya nggak mau main sama Abang tapi kehamilan ku–-eh iya, aku belum ngasih tau. Aku isi lagi muehehe. Alhamdulillah, tapi di kehamilan keduaku ini kayak gampang capek dan sering mual gitu. Aku jadi kebanyakan dikasur dan membiarkan Abang main sama Nanny-nya (kalau nggak terpaksa, aku nggak bakal mau pakai Nanny).
Ternyata anakku lagi main pistol air sama Nanny-nya dihalaman belakang. Dia paham kalo Ibun nya nggak suka rumah becek apalagi kotor. Saat melihatku, Abang lari menghampiriku.
“Ibun, kita jadi liat Papap genjreng?”
“Jadi, dong. Ibun kira Abang lupa.”
“Aku inget, tapi aku lagi main air sama Mbak, hehehe.”
“Mainnya udahan, ya. Sekarang Abang mandi dulu biar ganteng.”
“Tapi sama Ibun.” yang kujawab dengan anggukan.
Percaya nggak, kalau anakku itu nggak pernah mau dimandiin sama Nanny-nya? katanya malu. Diumur lima tahun Abang sudah paham malu coba. Makanya selalu aku sama Papap nya yang menemaninya mandi dan pakai baju.
.
Ini pertama kali Abang nonton konser Bapaknya, namun kali keduaku datang ke konser Bojoku dalam keadaan hamil. Seperti di kehamilan pertama, Bojo membawa dua bodyguard untuk menjagaku dan Abang. Saat sampai kami langsung menuju backstage di mana The First Place bersiap–siap sebelum naik panggung.
“PAPAAAAAAAP.”
Membuat semua orang yang ada disana otomatis melihat kearah kami. Maap ya, anak saya berisik.
“Kok lama banget Nak, sampenya?” tanya Bojo sambil menghujani Abang dengan ciuman.
“Ibun tadi mual jadi aku nunggu Ibun dulu.”
“Masih Bun, sampe sekarang?”
“Udah nggak, kok.”
“ABANGGGGG.”
“OM JOOOOO.”
Abang ketemu sama partner berisiknya, ehe ampun Kak Jo. Selain partner berisik, Kak Jo yang paling nempel sama Abang. Paling klop. Kalau Abang lagi diajak ke studio, pasti setelahnya Kak Jo bawa Abang main. Kadang sama istrinya juga. Pulangnya malam dan pasti bawa mainan. Aku bilang pada Kak Jo dan Ara nggak perlu repot–repot karena Abang tuh, kadang suka latah mata saja. Setelah dua atau tiga hari kemudian, kadang nggak dimainin lagi. Lucunya, mereka selalu bilang nggak masalah atau bilangnya dibeliin sama orang-tuanya Kak Jo, iya, Abang sampai dibawa ke orang-tua Kak Jo dan Ara, makin nggak enak aku.
Kalau partner sesama bocilnya Abang, ada Baskara atau Kara (anaknya Kak Kala) sama Daniella (anaknya Kak Dani). Jangan salah, walau perempuan sendiri, tapi tingkahnya sebelas dua belas sama Abang dan Kara.
“BUMIL.”
Dita menghampiriku bersama Jasmine, anaknya yang baru berusia 10 bulan. Diikuti Kak Jov, Kak Ruby, Ara dan Devina (istri Kak Samu). Kami memang jarang bertemu namun, masih saling mengabari di grup dan kurasa kalian tau apa yang terjadi setelah kami semua berkumpul wkwk.
.
Konser berjalan hampir dua jam. Melihat Abang lompat–lompatan mengikuti irama padahal dia nggak tau Papap nya nyanyi apa karena baby earmuff nya, aku jadi ikut happy. Saat intro dari Forever terdengar, salah satu lagu favoritku dari TFP karena Bojo terinspirasi dariku ehehe (plis biarin aku pamer), Bojo bilang,
“Lagu ini gue persembahkan untuk istri dan anak–anak gue yang duduk disana. Lagu ini nggak akan tercipta kalo nggak ada kalian. I love you guys so much.”
Tumben nih si Bapak jadi alay begini, jadi terharu aku.
Hellooooo~
Kaget nggak? Wkwk
Ini hanya selingan ya. Jangan expect bakal season dua dalam waktu dekat 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
BOJO
FanfictionSekilas Cerita Kehidupan Rumah Tangga Tiffany Naditya Kusuma & Hanan Adityatama Erlangga.